Monday, December 29, 2008

Leading by Example

Pada suatu hari, Konfusius, seorang filsuf yang terkenal, menempuh perjalanan jauh menyeberangi padang gurun bersama beberapa muridnya. Setelah menempuh perjalanan berhari-hari akhimya persediaan air minum habis, mereka semua berjalan dengan lemah dan gontai. Suatu ketika salah seorang dari muridnya menemukan ceruk kecil dibawah batu-batuan yang berisi genangan air yang dangkal. Dengan segera ia mengambil mangkuk nasinya dan dengan susah payah hanya mampu menyedok sebanyak setengah dari isi mangkuk itu. Ia kemudian mengantarkan semangkuk air itu kepada gurunya. Ketika Konfusius baru menempelkan mangkuk itu ke bibimya, ia merasa semua mata muridnya memandangnya. Ia tidak jadi meminum isi mangkuk itu, malahan menuangnya ke pasir gurun yang panas sambil berkata, "Air ini terlalu sedikit untuk kita semua dan terlalu banyak untuk satu orang saja. Mari kita lanjutkan perjalanan ini. "

Sebagai seorang pemimpin, Konfusius tidak mampu meminum air itu sendirian dan membiarkan muridnya sengsara. Ia tidak merasa dirinya lebih tinggi dari para muridnya dan inilah contoh dari seorang pemimpin sejati. Hari itu Konfusius belum mampu menghilangkan dahaga pasukannya namun ia memberikan sesuatu yang jauh lebih berarti kepada pasukannya, yaitu arti dari sebuah kepemimpinan sejati.

Keutamaan keluarga Nabi

Sudah banyak kebimbangan dan ikhtilaf
Semua menyatakan mazhabnya yang paling benar
Kupegang teguh kalimah "La Ilaha Illallah"
dan kecintaan kepada Ahmad dan
Ali

Beruntung Anjing karna mencintai Ashabul Kahfi
mana mungkin aku celaka
karena mencintai keluarga Nabi

(Al-Zamakhsyari)

Keutamaan keluarga Nabi

Wahai Ahli Bait Kasulullah,
kecintaan kepadamu
Allah wajibkan atas kami
Dalam
Alquran yang diturunkan
Cukuplah tanda kebesaranmu
tidak sah salat tanpa
salawat kepadamu

(Imam Syafi'i)

Leadership

A Leader takes people where
they want to go.
The great Leader takes people where they
don't neccessarily want to go,
but ought to be.

(Rosalynn Carter)

Leadership

A Leader is anyone who
has two characteristics :
First, he is going somewhere;
second he is able to persuade
other people to go with him.

Blame it on The Rain

Bagi Anda yang pemah mengecap masa remaja pada akhir era 80 an pasti tidak lupa dengan penyanyi duet terkenal Milli Vannili. Kejayaan sesaat mereka hancur akibat mereka ketahuan menggunakan suara orang lain, bahkan gelar Emmy Award yang berhasil diraih pun ditarik kembali oleh panitia. Mungkin suatu kebetulan, salah satu judul lagu mereka adalah Blame It on the Rain (Salahkanlah pada Hujan), seolah memang ingin menunjukkan sifat asli duet palsu ini. Di dalam lirik Lagu itu tersirat kata-kata " whatever you do, don 't put the blame on you, Blame It on the Rain" ( apa pun yang kau lakukan, jangan salahkan dirimu, Salahkanlah pada Hujan). Dewasa ini, sikap yang satu ini sering menghantui kehidupan setiap orang. Memang ada kalanya kesalahan bukan ada di pihak kita, namun walau demikian kitalah yang bertanggung jawab untuk tidak terjebak di dalamnya sebelum kesalahan itu menjadi batu sandungan bagi kesuksesan kita.

Seorang psikolog melaporkan sebuah penemuan yang mencengangkan atas hasil surveinya. Ia melakukan interview dengan para narapidana di penjara-penjara Amerika Serikat. Hasilnya, tidak seorang pun dari mereka yang mengaku bersalah atas tuduhan yang dijatuhkan kepada mereka. Jawaban klasik yang mereka berikan adalah bahwa mereka berada pada waktu yang salah, di tempat yang salah, dan bertemu dengan orang yang salah. Akhir dari penelitian itu menyimpulkan bahwa sekumpulan terbesar orang yang tidak bersalah akan Anda temukan di dalam penjara. Memang sangat ironis, mengingat tempat yang menampung orang bersalah terbanyak di dunia ini adalah penjara.

Seorang tua berjalan dalam kegelapan malam dan berhenti di bawah sebuah lampu jalanan. Ia terlihat serius mencari-cari sesuatu, namun belum kunjung menemukan apa yang dicarinya. Kemudian, datanglah seorang pemuda yang menanyakan, "Apa yang sedang Bapak cari?

Jawab si bapak, "Saya sedang mencari kunci saya yang hilang. " Anak muda itu langsung menawarkan bantuannya untuk mencari kunci tersebut. Setelah satu jam mencari, akhimya si anak muda pun menyerah. Dengan putus asa Ia bertanya : “Apakah Bapak yakin kunci Bapak hilang disekitar sini ?“
Bapak Tua itu menjawab dengan malu, "Oh tidak, kunci itu tidak hilang disini tetapi di rumah saya, tetapi di rumah saya tidak memiliki penerangan yang cukup, tempat ini kelihatannya lebih terang dari pada rumah saya. "cerita ini mengingatkan kita untuk sekali lagi tidak mencari alasan-alasan atas kegagalan dalam hidup ini di luar sana. Sering kali, alasan-alasan itu justru berasal dari dalam diri kita dan hanya kitalah yang mampu mengubahnya. Bahkan, sekalipun memang berasal dari luar, hal itu pun tidak akan mengubah sesuatu yang positif dalam diri kita.

Mencari "kambing hitam" atas kegagalan kita adalah cara termudah untuk menghindari tanggung jawab menyelesaikan tantangan dalam kehidupan kita. Berhentilah mencari alasan atas kegagalan Anda, cobalah terlebih dahulu melihat ke dalam sebelum mencari-cari sebabnya di luar sana. Wayne Dyer mengingatkan bahwa semua usaha pencarian pembenaran di dalam hidup ini adalah sia-sia. Betapapun banyaknya alasan yang Anda temukan di luar sana dan betapapun banyaknya kesalahan orang lain yang mengakibatkan kegagalan Anda, hal itu tetap tidak mengubah din Anda. Berkomitmenlah untuk mengambil 100% tanggung jawab bagi kesuksesan Anda. Hidup ini adalah hidup Anda sendiri, jangan biarkan faktor luar menghambat pencapaian sukses Anda.

Commitment


Seorang anak muda menghampiri
.seorang petani paruh baya dan mulai bercerita dengan penuh semangat rnengenai buku yang baru saja dibacanya. "Buku ini mampu menyelesaikan semua permasalahan yang Anda hadapi. Buku ini berisi informasi penting mengenai kapan waktu menuai terbaik, cara memilih bibit .unggul, dan begitu banyak ide praktis yang dapat melipat gandakan hasil panen Anda. Saya jamin buku ini harganya tak ternilai bagi Anda, " dengan penuh semangat dan antusias serta mata yang berbinar-binar sang anak: muda itu menjelaskan.Petani tua yang tampak tidak terpengaruh oleh semangat si anak muda dengan suara lirih ia berkata, "Anak muda, tentu buku ini memuat informasi penting dan berguna bagi setiap petani, bahkan dengan pengalaman saya yang telah berpuluh-puluh tahun menjadi petani, saya telah mengetahui .seluruh isi buku ini. Masalah kami sebagai petani adalah, walaupun kita telah mengetahui seluruh isinya, tidak berarti kami akan melaksanakan semuanya. "

Bukankah hal yang sama juga terjadi pada kebanyakan hal orang yang terus menggali dan mencari informasi terbaru dalam bidang pengembangan diri ? Tepat apa yang dikatakan oleh Josh Billings, "Bukan apa yang tidak kita ketahui yang menghindarkan kita dari kesuksesan; tetapi apa yang kita ketahui namun tidak dilakukan itulah rintangan terbesar bagi kesuksesan. "Kesuksesan adalah hak setiap insan manusia, namun mengapa lebih banyak yang gagal ketimbang yang berhasil? Apakah karena kebanyakan orang belum mengetahui caranya menjadi sukses? Tentu saja tidak, buku pengembangan diri adalah buku dengan topik terlaris yang ada di semua toko buku terkenal di dunia. Kebanyakan orang gagal mencapai kesuksesan
yang mereka impikan karena mereka tidak melakukan apa yang dipelajari dan diyakini benar. Mereka tidak sungguh-sungguh mengambil komitmen untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan demi mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Saturday, December 27, 2008

So Close ... yet so Far Away



Seorang ilmuwan kenamaan Prancis, John Henry Fabre pernah mengadakan suatu percobaan unik terhadap sekelompok spesies ulat. Fabre mengambil beberapa ulat dan membuatnya sedemikian rupa sehingga ulat yang paling depan menyentuh ulat yang paling belakang. Mereka membuat suatu lingkaran penuh mengelilingi sebuah pot bunga. Di tengah pot bunga diletakkan ranting dan pucuk daun muda pohon cemara yang merupakan makanan pokok ulat-ulat tersebut. Kemudian, mulailah ulat-ulat bergerak berjalan beriringan mengitari pot bunga. Ber¬putar dan terus berputar, jam demi jam, hari demi hari, malam demi malam, hingga akhirnya genaplah tujuh hari dan tujuh malam mereka berputar-putar mengelilingi pot bunga. Setelah menempuh perjalanan yang melelahkan, ulat-ulat tersebut mati karena kelaparan dan kehausan. Padahal, di dekat mereka yang jaraknya tidak lebih dari radius 10 sentimeter, terdapat banyak sekali makanan ke¬sukaan mereka. Mereka telah bekerja keras untuk mencari makanan, tetapi berhubung masing-masing ulat tersebut memilih untuk "membutakan" matanya dengan pasrah mengikuti ulat di depannya, maka matilah mereka ber-sama-sama di dekat makanan yang mereka cari-cari.


Sungguh suatu percobaan yang dapat memberikan pelajaran berharga bagi kita. Banyak manusia hidup di dunia ini dengan menjalani kesalahan yang sama dengan ulat-ulat tersebut. Mereka lebih banyak melihat pada keterbatasan yang dibuat oleh lingkungannya ketimbang mendayagunakan kekuatan dahsyat yang bersemayam di dalam dirinya. Mereka se­lalu mengekor pada orang lain dan tidak memiliki tujuan yang jelas dalam hidupnya. Mereka tidak menyadari bahwa di dekat mereka sebenarnya ada keberhasilan besar yang menunggu, andaikata mereka mau menyadarinya dengan memanfaatkan kekuatan dahsyat di dalam diri mereka

Sunday, December 14, 2008

God is not fair?

Suatu perlombaan lari 400 meter diadakan untuk menguji siapa manusia yang paling eepat di dunia. Lomba tersebut merupakan perlombaan yang paling diminati oleh seluruh penon ton sehingga semua orang menunggu dengan antusias. Lomba ini diikuti oleh tiga orang atlet paling hebat di nomor lari 400 meter. Semua peserta lomba me-mulai dari garis start yang sama, menempuh jarak yang sama, dan memiliki tujuan yang sama, yaitu menjadi orang yang paling eepat meneapai garis finish. Setelah bersiap, tanda perlombaan pun dimulai. Sang wasit menembakkan pistol ke udara, 3 ... 2 ... 1, tan!!! Semua peserta seeepat kilat berlari menuju garis akhir, dan berusaha saling menda¬hului satu sama lain. Sorak-sorai penonton yang begitu bergemuruh menambah seru jalannya perlombaan. Tiba tiba, terjadilah hal di luar dugaan. Pada tikungan kedua di lintasan, dua orang atlet saling bersinggungan satu sama lain, dan karena gesekan tersebut keduanya menjadi sedikit terganggu keeepatannya dan terhambat sebentar.
Penonton begitu bersemangat menyaksikan jalannya perlombaan sehingga tidak memperhatikan insiden keeil tersebut. Salah satu dari atlet yang bersinggungan merasa terganggu dengan kejadian ini dan seketika ia berhenti berlari dan menyatakan protesnya, "Kenapa kamu me-nyenggol saya? Kamu curang ... !" Oleh karena tidak mendapat respons akhirnya ia berteriak dengan nada marah kepada panitia dan penonton, "Ini curang! Saya tidak mau diperlakukan curang seperti ini ... saya minta perlombaan diulang!" Sambil tetap bersungut-sungut marah, ia tidak mau melanjutkan perlombaan, dan meminta start diulang. Akibat keributan kecil itu, atlet yang tidak bersinggungan pun melirik ke belakang karena ingin mengetahui apa yang terjadi, sehingga sempat terkejar oleh pelari lainnya yang bersinggungan. Sementara itu, penonton sama sekali tidak mempedulikan kejadian keeil tersebut. Penonton tidak peduli dengan atlet yang marah tadi, Penonton juga tidak peduli dengan dua atlet lainnya.

Mereka hanya peduli pada siapa atlet yang paling dulu menyentuh garis finish. Sorak-sorai penonton tambah bergemuruh ketika garis finish sedikit lagi tereapai. Akhir-nya tibalah saatnya ketika sang juara menyentuh garis fi¬nish, dua atlet menyentuh garis finish seeara bersamaan dan seluruh penonton berdiri memberikan applause meriah. Suasana menjadi semakin mendebarkan, seluruh penonton menantikan siapakah gerangan yang dipastikan menjadi juara.
Siapakah juaranya? Tidak penting mengetahui siapa yang menjadi juara. Hal yang pasti, atlet yang kalah sudah jelas, yaitu atlet yang tidak mau meneruskan perlombaan dan terus marah-marah tadi.

Dalam kehidupan ini, kita sering mendengar lontaran kata kata bernada kecewa yang keluar dari mulut seseorang dengan ber kata, "God is not fair!" Jika kita berandai-andai apa yang akan dilakukan Tuhan, tentunya kita pasti akan menemukan bahwa sering kali keputusan Tuhan terlihat tidak cocok dengan standar keadilan manusia, Jika Anda diberi kepercayaan untuk memutuskan sesuatu seperti contoh berikut ini, apa yang akan Anda putuskan?

Bagaimana kalau Anda dihadapkan pada permintaan dua orang yang kontradiksi satu sama lain. Sebagai contoh, seorang petani berdoa agar segera diturunkan hujan, agar padi di sawahnya dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan panen yang sukses. Sementara itu, di sebelah rumah sang petani tadi ada seorang anak kecil yang atap kamarnya bocor mengharapkan jangan turun hujan agar dia bisa tidur dan tidak basah kuyup. Apa kemudian keputusan yang diambil? Mungkin masalah ini masih terlalu mudah bagi Tuhan, Ia dapat segera memutuskan diturunkannya hujan sementara di lain pihak, Tuhan akan mengutus seseorang yang murah hati agar dapat memperbaiki rumah yang bocor tersebut. Lebih rumit lagi seorang mendoakan dijatuhkannya hukuman mati kepada seorang narapidana yang merenggut nyawa anaknya, disisi lain keluarga narapidana berdoa dengan sungguh-sungguh meminta pengampunan dari Tuhan. Kita tahu, pasti banyak sekali doa-doa kompleks yang dipanjatkan kepada Tuhan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Dan pada kesempatan dimana Tuhan tidak berpihak kepada keinginan kita, muncul kesal dan kita bergumam, "God is not Fair!"

Cerita tentang tiga atlet tadi menunjukkan kepada kita bahwa terkadang kita merasa bahwa dunia ini tidak adil. Biarlah saya yang menyampaikan berita duka mengenai dunia ini. Benar, dunia ini memang tidak adil karena hidup tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita melainkan sesuai dengan kehidupan itu sendiri. Namun berita yang menggembirakan dan yang terpenting adalah respons apa yang Anda berikan terhadap kenyataan hidup ini, itulah arti kehidupan sebenarnya. Dunia ini begitu kejam dan tidak memerhatikan keinginan kita. Dunia ini benar-benar seperti perlombaan yang ingin segera me-nentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Jika kita selalu memiliki attitude sebagai orang yang tidak siap bersaing dan sulit bangkit dari kegagalan, maka hasH akhirnya pasti kita akan menjadi orang-orang yang terkalahkan. Sebaliknya, jika kita memiliki attitude sebagai orang yang selalu siap bersaing dan mau bangkit dari setiap kegagalan yang kita alami, tidak mudah putus asa, tidak mudah menyerah kalah, tidak selalu menyalahkan kegagalan pada lingkungan atau orang lain, kita akan keluar sebagai pemenang. Setidaknya, menang dari sifat negatif diri sendiri. Persaingan dalam hidup adalah hal biasa dan tidak dapat dihindari. Justru dengan adanya persaingan kita seharusnya lebih terpacu lagi untuk berbuat yang lebih baik dan mengeluarkan seluruh kemampuan kita.

Jadi, jangan sekali-kali Anda mempermasalahkan hal hal kecil dan menganggapnya sebagai ketidakadilan terhadap Anda. Jangan menyalahkan lingkungan dan orang lain. Menurut Anda, apakah orang-orang sukses tidak mengalami persinggungan dan kesulitan dalam hidupnya? Apakah mereka tidak pernah mendapatkan masalah dalam hidupnya? Mereka juga sering kali mengalami hal hal sulit dan persinggungan dalam hidupnya, tetapi mereka berfokus dalam mencari solusi, bukan pada masalahnya. Mereka tidak terus-menerus terpaku pada masalah dan berlarut-larut dalam kesedihan. Apakah mereka-orang-orang sukses - menyalahkan Tuhan dengan mengatakan God is not fair? Jangan pernah katakan God is not fair, mungkin kita yang tidak fair terhadap diri kita sendiri karena kenyataannya God is always fair (Tuhan selalu adil) sesuai kehendak-Nya. Itulah kunci pertama dan utama attitude, jangan menyalahkan sesuatu pada lingkungan atau orang lain, dan jangan pernah berkata God is not fair!

Thursday, December 11, 2008

Do You Know Where You're Going?

Pada suatu hari di sebuah persimpangan jalan di perbatasan kota, seorang anak muda yang sedang mengendarai mobilnya berhenti. Ia terlihat kebingungan; sementara itu, di salah satu sudut jalan di bawah pohon rindang terlihat seorang kakek bijak sedang duduk santai sambil mengisap kreteknya. Sang anak muda menghampiri sang kakek dan bertanya, "Kek, jalan mana yang harus saya ambil?" Kakek itu balik bertanya, "Kamu ingin pergi ke mana?" "Tidak tahu," jawab anak muda itu. Kakek bijak itu pun berpikir sejenak dan kemudian menjawab, "Jika kamu tidak tahu mau ke mana, tidak menjadi masalah kalau kamu belok ke kiri atau ke kanan. "

Tepat sekali jawaban yang diberikan oleh sang kakek.
Tidak akan menjadi masalah jalan mana yang akan Anda pilih, selama Anda sendiri tidak memiliki suatu tujuan yang jelas dan pasti. Hidup ini memberikan pilihan yang tiada batas ke mana kita ingin tuju. Tengoklah bandara Soekarno Hatta, jika Anda tiba di terminal keberangkatan, lihatlah begitu banyak tujuan dengan pesawat yang berbeda ke banyak tujuan di seluruh dunia. Setiap pilihan akan membawa Anda ke tempat yang berbeda; hal yang sarna juga terjadi dengan pilihan hidup Anda. Dalam hidup, sering kali kita dihadapkan pada permasalahan seperti ini yang membawa kita ke arah yang tidak menentu. Salah satu sebab utamanya adalah karena kita tidak memiliki tujuan (goals) yang jelas sedari awal kita melangkah.

Hidup kita sama persis dengan permainan jigsaw, potongan-potongan kecil yang sengaja diacak agar supaya kita berpikir untuk meletakkannya pada posisi yang tepat. Manakala Anda mendapat suatu hadiah permainan jigsaw dengan 1.000 potongan kecil yang terpisah, Anda pasti tidak dapat merangkainya jika Anda tidak tahu hasil akhir dari gambar yang ingin Anda rangkai. Anda membutuh¬kan gambar akhir; otak Anda sama dengan permainan jiqsaw ini, ia haruss dapat melihat hasil akhir sebelum dapat mulai fokus merangkai gambar itu. Oleh karena itu, kita perlu melihat dengan jelas tujuan kita dalam pikiran kita

Tuesday, January 15, 2008

Rahasia Bisnis Orang Jepang

Belajar dari :
Langkah Raksasa Sang
Nippon Mengusai Dunia

11. Etika Kerja Jepang

Etika kerja bangsa Jepang bersifat umum,
tetapi lebih memiliki banyak persamaan
dengan sistem kerja bangsa Asia dari pada
sistem kerja bangsa Barat.

MESKIPUN KEMAMPUAN bangsa Jepang untuk menciptakan sesuatu tidak sehebat bangsa Barat, mereka selalu berusaha memperbaharui ciptaan dan meningkatkan mutu produksi. Hal itu secara tidak langsung mempertahankan Jepang sebagai penguasa perekonomian dunia dalam era globalisasi dan pemicu kebangkitan negara Asia lainnya sebagai penguasa ekonomi yang baru. Sejak beberapa dekade lalu, Jepang banyak membantu perekonomian negara-negara Asia dengan cara menanam modal. Hal tersebut membuka banyak peluang kerja di Asia. Jepang juga memindahkan sebagian teknologinya ke negara tetangga, meskipun beberapa teknologi tersebut sudah usang.

Perusahaan-perusahaan Jepang di Malaysia memberi Sumbangan sebanyak dua puluh tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pabrik-pabrik yang didirikan juga memberi peluang mewujudkan prasarana dan kawasan perindustrian baru.
Malaysia merupakan salah satu negara yang paling banyak mendapat manfaat dan penanaman modal Jepang. Asas “memandang ke Timur” menjadikan hubungan bisnis dan diplomatik semakin utuh. Diakui atau tidak, penanaman modal jangka panjang Jepang memiliki pengaruh besar pada kekuatan ekonomi sebagian besar negara Asia Timur. Keberhasilan perusahaan dan organisasi Jepang lainnya di luar negeri membuktikan etika kerja mereka dapat diterapkan di negara-negara lain.

Etika kerja bangsa Jepang bersifat umum, tetapi lebih memiliki banyak persamaan dengan sistem kerja bangsa
Asia daripada sistem kerja bangsa Barat. Hal itu dapat diterapkan di negara lain dengan melakukan penyesuaian dengan budaya setempat. Bangsa Jepang merupakan contoh bangsa yang maju melalui tekad kuat dan kemauan tinggi. Mereka rajin dan mau bekerja keras untuk membangun dan memajukan negaranya. Bangsa Jepang juga berusaha mengembalikan gambaran, harga diri, dan nama baik mereka yang tercemar akibat kalah perang. Semua infrastruktur yang hancur didirikan kembali menggunakan teknologi yang lebih canggih. Berbagai industri tumbuh dengan cepat, sehingga mampu memenuhi keperluan negara dan menjadi sumber dana untuk membangun kembali negara dan bangsanya.

Etika kerja yang baik menghasilkan “buah” yang baik dan dapat dinikmati terus-menerus. Yang di perlukan adalah tindakan, bukan hanya sekadar pembicaraan. Etika kerja yang baik hanya menjadi etika jika tidak diterapkan. Untuk menerapkannya, diperlukan komitmen. Tanpa konsistensi dan disiplin, etika yang baik juga tidak dapat menghasilkan sesuatu. Semangat dan sikap seperti itu hanya dapat diwujudkan melalui kemauan untuk bekerja. Tanpa kemauan tersebut, kerajinan dan disiplin yang ketat tidak akan terwujud. Kemauan itu harus ditanamkan dalam jiwa dan pikiran. Jika tidak, maka dalam diri seseorang akan selalu timbul perasaan santai dan malas yang dapat merusak prestasi kerjanya.

Etika kerja orang Jepang berbeda dengan etika kerja Barat. Bangsa Barat percaya pada anggapan bahwa sesuatu dapat diperoleh dengan cuma-cuma. Oleh karena itu, para pekerja di Barat sering mendesak kenaikan gaji dan hal-hal lain tanpa memperkirakan pengeluaran, kemampuan, dan pendapatan perusahaan. Bangsa Jepang beranggapan bahwa mereka perlu bekerja keras dan berusaha demi mendapatkan sesuatu. Mereka perlu bekerja keras untuk menentukan banyaknya bagian yang diperoleh seseorang.

Meskipun tidak memiliki banyak sumber alam, mereka tidak berpangku tangan dan membiarkan keadaan geografis dan takdir menentukan nasib dan masa depan mereka. Bangsa Jepang sadar mereka perlu berjuang untuk kesejahteraan hidupnya. Bagi mereka, hidup merupakan perjuangan. Dalam perjuangan, berbagai rintangan dan cobaan harus dihadapi dengan tabah. Perjuangan itu akan berhasil melalui etika kerja yang teratur, penuh disiplin, kreatif, dan inovatif. Etika kerja seperti itu penting untuk menimbulkan keinginan berusaha dan bekerja lebih keras daripada orang lain. Usaha keras juga berarti mau mengorbankan waktu, tenaga, dan uang untuk menghasilkan kualitas kerja yang lebih baik dan produk yang mampu bersaing.

Kebanyakan perusahaan di Jepang mengesampingkan perbedaan status antara pekerja, baik pekerja eksekutif maupun pekerja biasa. Kedua golongan tersebut itu menghabiskan waktu yang sama banyak dalam bekerja. Pengorbanan setiap pekerja dihargai dengan merujuk setiap keputusan yang akan dibuat kepada para pekerja. Hal itu memperkuat komitmen setiap pekerja sebagai bagian dari komponen perusahaan dan organisasi. Organisasi Jepang bersikap seperti seorang ayah dan hal itu meningkatkan kesetiaan dan semangat kerja pekerjanya. Etika kerja Jepang dapat dilaksanakan di negara lain jika ada kemauan dan kesungguhan untuk memajukan diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

[ Fakta Menarik ]
Tips menjadi bangsa maju seperti Jepang :
• Tekad kuat
• Kemauan tinggi
• Kerja keras
• Usaha mengembalikan citra, harga diri, dan nama baik negara
___
Etika kerja yang baik
menghasilkan ‘buah’ yang baik
___
Usaha keras berarti mau mengorbankan
waktu, tenaga dan uang.
___

Oleh : Ann Wan Seng

Liquid Culture

Sedang senang senangnya coba coba buat liquid culture untuk Jamur Tiram, so far so gud, besok tinggal fase test apakah liquid culture yang ...