Pada suatu hari, Konfusius, seorang filsuf yang terkenal, menempuh perjalanan jauh menyeberangi padang gurun bersama beberapa muridnya. Setelah menempuh perjalanan berhari-hari akhimya persediaan air minum habis, mereka semua berjalan dengan lemah dan gontai. Suatu ketika salah seorang dari muridnya menemukan ceruk kecil dibawah batu-batuan yang berisi genangan air yang dangkal. Dengan segera ia mengambil mangkuk nasinya dan dengan susah payah hanya mampu menyedok sebanyak setengah dari isi mangkuk itu. Ia kemudian mengantarkan semangkuk air itu kepada gurunya. Ketika Konfusius baru menempelkan mangkuk itu ke bibimya, ia merasa semua mata muridnya memandangnya. Ia tidak jadi meminum isi mangkuk itu, malahan menuangnya ke pasir gurun yang panas sambil berkata, "Air ini terlalu sedikit untuk kita semua dan terlalu banyak untuk satu orang saja. Mari kita lanjutkan perjalanan ini. "
Kami menekuni Budidaya Jamur Tiram Sejak pertengahan 2013, bagi yang berminat untuk belajar Budidaya Jamur Tiram di Palembang Silahkan untuk Datang berkunjung ke Tempat Kami di Jl Pangeran Ayin, Komplek Griya Arisma Azhar B22, Kami Juga menyediakan Jamur tiram segar dan menjual Baglog serta Bibit, Semoga informasi yang kami sajikan memberi manfaat
Monday, December 29, 2008
Leading by Example
Keutamaan keluarga Nabi
Semua menyatakan mazhabnya yang paling benar
Kupegang teguh kalimah "La Ilaha Illallah"
dan kecintaan kepada Ahmad dan Ali
Beruntung Anjing karna mencintai Ashabul Kahfi
mana mungkin aku celaka
karena mencintai keluarga Nabi
Keutamaan keluarga Nabi
Wahai Ahli Bait Kasulullah,
Allah wajibkan atas kami
Dalam Alquran yang diturunkan
Cukuplah tanda kebesaranmu
tidak sah salat tanpa salawat kepadamu
(Imam Syafi'i)
Leadership
they want to go.
The great Leader takes people where they
don't neccessarily want to go,
but ought to be.
(Rosalynn Carter)
Leadership
has two characteristics :
First, he is going somewhere;
second he is able to persuade
other people to go with him.
Blame it on The Rain
Seorang psikolog melaporkan sebuah penemuan yang mencengangkan atas hasil surveinya. Ia melakukan interview dengan para narapidana di penjara-penjara Amerika Serikat. Hasilnya, tidak seorang pun dari mereka yang mengaku bersalah atas tuduhan yang dijatuhkan kepada mereka. Jawaban klasik yang mereka berikan adalah bahwa mereka berada pada waktu yang salah, di tempat yang salah, dan bertemu dengan orang yang salah. Akhir dari penelitian itu menyimpulkan bahwa sekumpulan terbesar orang yang tidak bersalah akan Anda temukan di dalam penjara. Memang sangat ironis, mengingat tempat yang menampung orang bersalah terbanyak di dunia ini adalah penjara.
Seorang tua berjalan dalam kegelapan malam dan berhenti di bawah sebuah lampu jalanan. Ia terlihat serius mencari-cari sesuatu, namun belum kunjung menemukan apa yang dicarinya. Kemudian, datanglah seorang pemuda yang menanyakan, "Apa yang sedang Bapak cari?
Jawab si bapak, "Saya sedang mencari kunci saya yang hilang. " Anak muda itu langsung menawarkan bantuannya untuk mencari kunci tersebut. Setelah satu jam mencari, akhimya si anak muda pun menyerah. Dengan putus asa Ia bertanya : “Apakah Bapak yakin kunci Bapak hilang disekitar sini ?“
Bapak Tua itu menjawab dengan malu, "Oh tidak, kunci itu tidak hilang disini tetapi di rumah saya, tetapi di rumah saya tidak memiliki penerangan yang cukup, tempat ini kelihatannya lebih terang dari pada rumah saya. "cerita ini mengingatkan kita untuk sekali lagi tidak mencari alasan-alasan atas kegagalan dalam hidup ini di luar sana. Sering kali, alasan-alasan itu justru berasal dari dalam diri kita dan hanya kitalah yang mampu mengubahnya. Bahkan, sekalipun memang berasal dari luar, hal itu pun tidak akan mengubah sesuatu yang positif dalam diri kita.
Mencari "kambing hitam" atas kegagalan kita adalah cara termudah untuk menghindari tanggung jawab menyelesaikan tantangan dalam kehidupan kita. Berhentilah mencari alasan atas kegagalan Anda, cobalah terlebih dahulu melihat ke dalam sebelum mencari-cari sebabnya di luar sana. Wayne Dyer mengingatkan bahwa semua usaha pencarian pembenaran di dalam hidup ini adalah sia-sia. Betapapun banyaknya alasan yang Anda temukan di luar sana dan betapapun banyaknya kesalahan orang lain yang mengakibatkan kegagalan Anda, hal itu tetap tidak mengubah din Anda. Berkomitmenlah untuk mengambil 100% tanggung jawab bagi kesuksesan Anda. Hidup ini adalah hidup Anda sendiri, jangan biarkan faktor luar menghambat pencapaian sukses Anda.
Commitment
Seorang anak muda menghampiri .seorang petani paruh baya dan mulai bercerita dengan penuh semangat rnengenai buku yang baru saja dibacanya. "Buku ini mampu menyelesaikan semua permasalahan yang Anda hadapi. Buku ini berisi informasi penting mengenai kapan waktu menuai terbaik, cara memilih bibit .unggul, dan begitu banyak ide praktis yang dapat melipat gandakan hasil panen Anda. Saya jamin buku ini harganya tak ternilai bagi Anda, " dengan penuh semangat dan antusias serta mata yang berbinar-binar sang anak: muda itu menjelaskan.Petani tua yang tampak tidak terpengaruh oleh semangat si anak muda dengan suara lirih ia berkata, "Anak muda, tentu buku ini memuat informasi penting dan berguna bagi setiap petani, bahkan dengan pengalaman saya yang telah berpuluh-puluh tahun menjadi petani, saya telah mengetahui .seluruh isi buku ini. Masalah kami sebagai petani adalah, walaupun kita telah mengetahui seluruh isinya, tidak berarti kami akan melaksanakan semuanya. "
Bukankah hal yang sama juga terjadi pada kebanyakan hal orang yang terus menggali dan mencari informasi terbaru dalam bidang pengembangan diri ? Tepat apa yang dikatakan oleh Josh Billings, "Bukan apa yang tidak kita ketahui yang menghindarkan kita dari kesuksesan; tetapi apa yang kita ketahui namun tidak dilakukan itulah rintangan terbesar bagi kesuksesan. "Kesuksesan adalah hak setiap insan manusia, namun mengapa lebih banyak yang gagal ketimbang yang berhasil? Apakah karena kebanyakan orang belum mengetahui caranya menjadi sukses? Tentu saja tidak, buku pengembangan diri adalah buku dengan topik terlaris yang ada di semua toko buku terkenal di dunia. Kebanyakan orang gagal mencapai kesuksesan
yang mereka impikan karena mereka tidak melakukan apa yang dipelajari dan diyakini benar. Mereka tidak sungguh-sungguh mengambil komitmen untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan demi mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Saturday, December 27, 2008
So Close ... yet so Far Away
Sunday, December 14, 2008
God is not fair?
Penonton begitu bersemangat menyaksikan jalannya perlombaan sehingga tidak memperhatikan insiden keeil tersebut. Salah satu dari atlet yang bersinggungan merasa terganggu dengan kejadian ini dan seketika ia berhenti berlari dan menyatakan protesnya, "Kenapa kamu me-nyenggol saya? Kamu curang ... !" Oleh karena tidak mendapat respons akhirnya ia berteriak dengan nada marah kepada panitia dan penonton, "Ini curang! Saya tidak mau diperlakukan curang seperti ini ... saya minta perlombaan diulang!" Sambil tetap bersungut-sungut marah, ia tidak mau melanjutkan perlombaan, dan meminta start diulang. Akibat keributan kecil itu, atlet yang tidak bersinggungan pun melirik ke belakang karena ingin mengetahui apa yang terjadi, sehingga sempat terkejar oleh pelari lainnya yang bersinggungan. Sementara itu, penonton sama sekali tidak mempedulikan kejadian keeil tersebut. Penonton tidak peduli dengan atlet yang marah tadi, Penonton juga tidak peduli dengan dua atlet lainnya.
Mereka hanya peduli pada siapa atlet yang paling dulu menyentuh garis finish. Sorak-sorai penonton tambah bergemuruh ketika garis finish sedikit lagi tereapai. Akhir-nya tibalah saatnya ketika sang juara menyentuh garis fi¬nish, dua atlet menyentuh garis finish seeara bersamaan dan seluruh penonton berdiri memberikan applause meriah. Suasana menjadi semakin mendebarkan, seluruh penonton menantikan siapakah gerangan yang dipastikan menjadi juara.
Siapakah juaranya? Tidak penting mengetahui siapa yang menjadi juara. Hal yang pasti, atlet yang kalah sudah jelas, yaitu atlet yang tidak mau meneruskan perlombaan dan terus marah-marah tadi.
Dalam kehidupan ini, kita sering mendengar lontaran kata kata bernada kecewa yang keluar dari mulut seseorang dengan ber kata, "God is not fair!" Jika kita berandai-andai apa yang akan dilakukan Tuhan, tentunya kita pasti akan menemukan bahwa sering kali keputusan Tuhan terlihat tidak cocok dengan standar keadilan manusia, Jika Anda diberi kepercayaan untuk memutuskan sesuatu seperti contoh berikut ini, apa yang akan Anda putuskan?
Bagaimana kalau Anda dihadapkan pada permintaan dua orang yang kontradiksi satu sama lain. Sebagai contoh, seorang petani berdoa agar segera diturunkan hujan, agar padi di sawahnya dapat tumbuh dengan subur dan menghasilkan panen yang sukses. Sementara itu, di sebelah rumah sang petani tadi ada seorang anak kecil yang atap kamarnya bocor mengharapkan jangan turun hujan agar dia bisa tidur dan tidak basah kuyup. Apa kemudian keputusan yang diambil? Mungkin masalah ini masih terlalu mudah bagi Tuhan, Ia dapat segera memutuskan diturunkannya hujan sementara di lain pihak, Tuhan akan mengutus seseorang yang murah hati agar dapat memperbaiki rumah yang bocor tersebut. Lebih rumit lagi seorang mendoakan dijatuhkannya hukuman mati kepada seorang narapidana yang merenggut nyawa anaknya, disisi lain keluarga narapidana berdoa dengan sungguh-sungguh meminta pengampunan dari Tuhan. Kita tahu, pasti banyak sekali doa-doa kompleks yang dipanjatkan kepada Tuhan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Dan pada kesempatan dimana Tuhan tidak berpihak kepada keinginan kita, muncul kesal dan kita bergumam, "God is not Fair!"
Cerita tentang tiga atlet tadi menunjukkan kepada kita bahwa terkadang kita merasa bahwa dunia ini tidak adil. Biarlah saya yang menyampaikan berita duka mengenai dunia ini. Benar, dunia ini memang tidak adil karena hidup tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita melainkan sesuai dengan kehidupan itu sendiri. Namun berita yang menggembirakan dan yang terpenting adalah respons apa yang Anda berikan terhadap kenyataan hidup ini, itulah arti kehidupan sebenarnya. Dunia ini begitu kejam dan tidak memerhatikan keinginan kita. Dunia ini benar-benar seperti perlombaan yang ingin segera me-nentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Jika kita selalu memiliki attitude sebagai orang yang tidak siap bersaing dan sulit bangkit dari kegagalan, maka hasH akhirnya pasti kita akan menjadi orang-orang yang terkalahkan. Sebaliknya, jika kita memiliki attitude sebagai orang yang selalu siap bersaing dan mau bangkit dari setiap kegagalan yang kita alami, tidak mudah putus asa, tidak mudah menyerah kalah, tidak selalu menyalahkan kegagalan pada lingkungan atau orang lain, kita akan keluar sebagai pemenang. Setidaknya, menang dari sifat negatif diri sendiri. Persaingan dalam hidup adalah hal biasa dan tidak dapat dihindari. Justru dengan adanya persaingan kita seharusnya lebih terpacu lagi untuk berbuat yang lebih baik dan mengeluarkan seluruh kemampuan kita.
Jadi, jangan sekali-kali Anda mempermasalahkan hal hal kecil dan menganggapnya sebagai ketidakadilan terhadap Anda. Jangan menyalahkan lingkungan dan orang lain. Menurut Anda, apakah orang-orang sukses tidak mengalami persinggungan dan kesulitan dalam hidupnya? Apakah mereka tidak pernah mendapatkan masalah dalam hidupnya? Mereka juga sering kali mengalami hal hal sulit dan persinggungan dalam hidupnya, tetapi mereka berfokus dalam mencari solusi, bukan pada masalahnya. Mereka tidak terus-menerus terpaku pada masalah dan berlarut-larut dalam kesedihan. Apakah mereka-orang-orang sukses - menyalahkan Tuhan dengan mengatakan God is not fair? Jangan pernah katakan God is not fair, mungkin kita yang tidak fair terhadap diri kita sendiri karena kenyataannya God is always fair (Tuhan selalu adil) sesuai kehendak-Nya. Itulah kunci pertama dan utama attitude, jangan menyalahkan sesuatu pada lingkungan atau orang lain, dan jangan pernah berkata God is not fair!
Thursday, December 11, 2008
Do You Know Where You're Going?
Tepat sekali jawaban yang diberikan oleh sang kakek.
Tidak akan menjadi masalah jalan mana yang akan Anda pilih, selama Anda sendiri tidak memiliki suatu tujuan yang jelas dan pasti. Hidup ini memberikan pilihan yang tiada batas ke mana kita ingin tuju. Tengoklah bandara Soekarno Hatta, jika Anda tiba di terminal keberangkatan, lihatlah begitu banyak tujuan dengan pesawat yang berbeda ke banyak tujuan di seluruh dunia. Setiap pilihan akan membawa Anda ke tempat yang berbeda; hal yang sarna juga terjadi dengan pilihan hidup Anda. Dalam hidup, sering kali kita dihadapkan pada permasalahan seperti ini yang membawa kita ke arah yang tidak menentu. Salah satu sebab utamanya adalah karena kita tidak memiliki tujuan (goals) yang jelas sedari awal kita melangkah.
Hidup kita sama persis dengan permainan jigsaw, potongan-potongan kecil yang sengaja diacak agar supaya kita berpikir untuk meletakkannya pada posisi yang tepat. Manakala Anda mendapat suatu hadiah permainan jigsaw dengan 1.000 potongan kecil yang terpisah, Anda pasti tidak dapat merangkainya jika Anda tidak tahu hasil akhir dari gambar yang ingin Anda rangkai. Anda membutuh¬kan gambar akhir; otak Anda sama dengan permainan jiqsaw ini, ia haruss dapat melihat hasil akhir sebelum dapat mulai fokus merangkai gambar itu. Oleh karena itu, kita perlu melihat dengan jelas tujuan kita dalam pikiran kita
Tuesday, January 15, 2008
Rahasia Bisnis Orang Jepang
Langkah Raksasa Sang Nippon Mengusai Dunia
11. Etika Kerja Jepang
Etika kerja bangsa Jepang bersifat umum,
Perusahaan-perusahaan Jepang di Malaysia memberi Sumbangan sebanyak dua puluh tiga persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Pabrik-pabrik yang didirikan juga memberi peluang mewujudkan prasarana dan kawasan perindustrian baru. Malaysia merupakan salah satu negara yang paling banyak mendapat manfaat dan penanaman modal Jepang. Asas “memandang ke Timur” menjadikan hubungan bisnis dan diplomatik semakin utuh. Diakui atau tidak, penanaman modal jangka panjang Jepang memiliki pengaruh besar pada kekuatan ekonomi sebagian besar negara Asia Timur. Keberhasilan perusahaan dan organisasi Jepang lainnya di luar negeri membuktikan etika kerja mereka dapat diterapkan di negara-negara lain.
Etika kerja bangsa Jepang bersifat umum, tetapi lebih memiliki banyak persamaan dengan sistem kerja bangsa Asia daripada sistem kerja bangsa Barat. Hal itu dapat diterapkan di negara lain dengan melakukan penyesuaian dengan budaya setempat. Bangsa Jepang merupakan contoh bangsa yang maju melalui tekad kuat dan kemauan tinggi. Mereka rajin dan mau bekerja keras untuk membangun dan memajukan negaranya. Bangsa Jepang juga berusaha mengembalikan gambaran, harga diri, dan nama baik mereka yang tercemar akibat kalah perang. Semua infrastruktur yang hancur didirikan kembali menggunakan teknologi yang lebih canggih. Berbagai industri tumbuh dengan cepat, sehingga mampu memenuhi keperluan negara dan menjadi sumber dana untuk membangun kembali negara dan bangsanya.
Etika kerja yang baik menghasilkan “buah” yang baik dan dapat dinikmati terus-menerus. Yang di perlukan adalah tindakan, bukan hanya sekadar pembicaraan. Etika kerja yang baik hanya menjadi etika jika tidak diterapkan. Untuk menerapkannya, diperlukan komitmen. Tanpa konsistensi dan disiplin, etika yang baik juga tidak dapat menghasilkan sesuatu. Semangat dan sikap seperti itu hanya dapat diwujudkan melalui kemauan untuk bekerja. Tanpa kemauan tersebut, kerajinan dan disiplin yang ketat tidak akan terwujud. Kemauan itu harus ditanamkan dalam jiwa dan pikiran. Jika tidak, maka dalam diri seseorang akan selalu timbul perasaan santai dan malas yang dapat merusak prestasi kerjanya.
Etika kerja orang Jepang berbeda dengan etika kerja Barat. Bangsa Barat percaya pada anggapan bahwa sesuatu dapat diperoleh dengan cuma-cuma. Oleh karena itu, para pekerja di Barat sering mendesak kenaikan gaji dan hal-hal lain tanpa memperkirakan pengeluaran, kemampuan, dan pendapatan perusahaan. Bangsa Jepang beranggapan bahwa mereka perlu bekerja keras dan berusaha demi mendapatkan sesuatu. Mereka perlu bekerja keras untuk menentukan banyaknya bagian yang diperoleh seseorang.
Meskipun tidak memiliki banyak sumber alam, mereka tidak berpangku tangan dan membiarkan keadaan geografis dan takdir menentukan nasib dan masa depan mereka. Bangsa Jepang sadar mereka perlu berjuang untuk kesejahteraan hidupnya. Bagi mereka, hidup merupakan perjuangan. Dalam perjuangan, berbagai rintangan dan cobaan harus dihadapi dengan tabah. Perjuangan itu akan berhasil melalui etika kerja yang teratur, penuh disiplin, kreatif, dan inovatif. Etika kerja seperti itu penting untuk menimbulkan keinginan berusaha dan bekerja lebih keras daripada orang lain. Usaha keras juga berarti mau mengorbankan waktu, tenaga, dan uang untuk menghasilkan kualitas kerja yang lebih baik dan produk yang mampu bersaing.
Kebanyakan perusahaan di Jepang mengesampingkan perbedaan status antara pekerja, baik pekerja eksekutif maupun pekerja biasa. Kedua golongan tersebut itu menghabiskan waktu yang sama banyak dalam bekerja. Pengorbanan setiap pekerja dihargai dengan merujuk setiap keputusan yang akan dibuat kepada para pekerja. Hal itu memperkuat komitmen setiap pekerja sebagai bagian dari komponen perusahaan dan organisasi. Organisasi Jepang bersikap seperti seorang ayah dan hal itu meningkatkan kesetiaan dan semangat kerja pekerjanya. Etika kerja Jepang dapat dilaksanakan di negara lain jika ada kemauan dan kesungguhan untuk memajukan diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.
[ Fakta Menarik ]
Liquid Culture
Sedang senang senangnya coba coba buat liquid culture untuk Jamur Tiram, so far so gud, besok tinggal fase test apakah liquid culture yang ...
-
NAIROBI (AFP) - A baby hippopotamus that survived the tsunami waves on the Kenyan coast has formed a strong bond with a giant male century-o...