Tekad yang kuat takkan mampu
menembus dinding
takdir.
- Ibnu Atha' illah al-Iskandari -
TEKAD ADALAH kekuatan jiwa yang bisa mempengaruhi segala
sesuatu. Orang-orang sufi menyebutnya dengan himmah. Tekad ini takkan berpengaruh
apa-apa, kecuali dengan takdir dan ketentuan Allah.
Hikmah di atas menguatkan hikmah sebelum dan sesudahnya.
Seakan Ibnu Athaillah ingin menyatakan bahwa keinginanmu tidak akan ada gunanya bila berbeda dengan keinginan Tuhanmu. Jika tekad yang kuat saja tidak akan membuahkan hasil apa-apa, kecuali dengan takdir dan izin Allah, apalagi tekad yang lemah, seperti halnya tekadmu, wahai murid. Hikmah ini ditujukan untuk mendinginkan api ketamakan yang menyala-nyala di dalam hatimu yang selalu yakin bahwa segala sesuatu itu bergantung pada usahamu sendiri dan pasti berhasil.
Seakan Ibnu Athaillah ingin menyatakan bahwa keinginanmu tidak akan ada gunanya bila berbeda dengan keinginan Tuhanmu. Jika tekad yang kuat saja tidak akan membuahkan hasil apa-apa, kecuali dengan takdir dan izin Allah, apalagi tekad yang lemah, seperti halnya tekadmu, wahai murid. Hikmah ini ditujukan untuk mendinginkan api ketamakan yang menyala-nyala di dalam hatimu yang selalu yakin bahwa segala sesuatu itu bergantung pada usahamu sendiri dan pasti berhasil.
Istirahatkan dirimu dari kesibukan mengurusi
duniamu.
Urusan yang telah diatur Allah
tak perlu kausibuk ikut campur.
- Ibnu Atha'illah al-Iskandari -
SESEORANG KERAP merencanakan berbagai hal bagi dirinya
sesuai dengan keinginan nafsunya. Kemudian, untuk menggapai rencana
yang
telah ditetapkannya itu, ia melakukan berbagai pekerjaan yang menyibukkan
dirinya. Tentu saja, hal ini akan membuatnya lelah. Bahkan
mungkin pula kecewa, terutama bila sebagian besar perkara yang telah direncanakannya itu tidak
berhasil diwujudkan.
Dengan menggunakan lafaz "istirahat", Ibnu
Athaillah ingin menjelaskan kepada para murid bahwa mereka dituntut untuk meninggalkan
segala perkara yang menyebabkan keletihan dan penderitaan.
Kecuali, jika perencanaan atau pengaturan tersebut ditujukan
untuk sekadar memenuhi tuntutan hidup dan tak sampai memberatkan.
Tentu saja, hal ini tidak akan merugikan diri. Bahkan, pepatah
mengatakan, "Perencanaan adalah setengah dari kehidupan."
Urusan-urusan yang telah diatur Allah hendaknya dijauhi oleh
seorang murid. la tak perlu lagi sibuk mengurusi
apa yang telah ditangani Allah karena tindakan semacam itu termasuk sikap
"sok tahu" yang tak layak dilakukan oleh orang yang berakal. Lagi pula, tindakan itu
bertentangan dengan prinsip rububiyah (kepengaturan) dan
takdir Allah, selain juga bisa melalaikan ibadah.
Hikmah di atas ditujukan sebagai peringatan bagi para murid karena biasanya apabila seorang murid sedang menghadap Tuhannya dan
sibuk dengan zikir-zikir dan ibadah-ibadahnya, seluruh sebab penghidupan
duniawi akan terputus darinya. Saat itulah, setan datang
dan mulai membisikinya, mengiming-iminginya dengan berbagai
hal yang sebagian besarnya tidak akan pernah terwujud. Bisikan
setan itu kemudian akan membuat si murid lalai, bahkan meninggalkan
kebiasaan zikir dan ibadah. Tips untuk menghindari hal
itu ialah banyak berzikir dan
riyadhah (olah jiwa). Dengan zikir dan riyddhah, seorang murid akan dijauhi setan dan terhindar
dari kesibukan menyusun rencana ini dan itu yang membuatnya letih.
Kegigihanmu dalam mencari apa yang telah dijamin untukmu dan kekuranganmu dalam melaksanakan apa yang diminta darimu menjadi bukti butanya mata hatimu.
- Ibnu Atha'illah al-Iskandari -
MAKSUD DARI "apa yang telah dijamin" ialah
rezeki dan karunia Allah.
Allah swt. berfirman, "Dan berapa
banyak binatang yang tidak (dapat) membawa
(mengurus) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar dan
Maha Mengetahui," (QS. Al-'Ankabut [29]: 60).
Sementara itu, maksud dari "kekuranganmu dalam
melaksanakan apa yang diminta darimu" ialah kekurangan dalam melaksana-kan
amalan-amalan
yang bisa membimbingmu menempuh jalan menuju Tuhanmu,
seperti zikir, shalat, dan wirid. Allah swt. berfirman,
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku," (QS. Al-'Ankabut [291: 56)
Yang dituntut dari seorang murid ialah terus berusaha memberi makan
ruh dengan zikir-zikir kepada Allah dan melakukan amalan-amalan yang
mendekatkan diri kepada-Nya; bukan memberi makan yang lainnya
karena itu sudah menjadi wewenang Tuhannya.
Buta mata hati maknanya, hati tidak lagi bisa melihat
berbagai perkara maknawi, sebagaimana mata dapat melihat
perkara-perkara indrawi.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda