Imam Abu Al-Laitsi Nashr ibn Muhammad
As-Samarkandi menyampaikan sebuah kisah dari ayahnya, dari Abu Hasan Al-Fara,
dari Abu Bakar Al-Jurjani, dari Muhammad ibn Ishak, dari seseorang, dari Ma'mar
Az-Zuhri yang berkata. "Umar ibn Khattab mendatangi Rasulullah Saw seraya
menangis hingga sampai beliau bertanya kepadanya,
"Wahai Umar, apa yang
menyebabkan kau menangis?"
Umar,
"Ya Rasulullah, di depan pintu ada
seorang pemuda membuat miris hatiku dengan tangisannya."
Rasulullah berkata, "Wahai Umar, bawalah
ia ke sini!"
Umar lantas membawa pemuda itu ke hadapan
Rasulullalh dan dalam keadaan menangis.
Rasullullah, "Wahai Pemuda, mengapa
Engkau menangis?"
Pemuda, "Ya Rasulullah, aku menangis
karena dosa-dosaku yang banyak dan aku takut terhadap Tuhan Yang
Mahakuat."
Rasulullah, "Apakah engkau menyekutukan
Allah dengan sesuatu?"
Pemuda, "Tidak, aku tidak menyekutukan
Allah dengan apa pun."
Rasulullah, "Sungguh Allah mengampuni
dosa-dosamu meski sebesar langit tujuh lapis, sebanyak bumi tujuh lapis dan
sebesar gunung-gunung yang kokoh."
Pemuda, "Ya Rasulullah, dosa-dosaku
lebih besar dari langit tujuh lapis, tujuh bumi dan gunung-gunung yang
kokoh!"
Rasulullah, "Apakah dosa-dosamu lebih
besar dari kursi Allah?"
Pemuda, "Ya, dosa-dosaku lebih besar
dari kursi Allah."
Rasulullah, "Apakah dosa-dosamu lebih
besar dari Arsy Allah?"
Pemuda, "Ya, dosa-dosaku lebih besar
dari Arsy Allah."
Rasulullah, "Apakah dosa-dosamu lebih
besar dari ampunan Allah?"
Pemuda, "Ampunan Allah lebih besar dari
dosa-dosaku dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosaku, kecuali Allah Yang
Mahabesar."
Rasulullah, "Katakan padaku, apa
dosamu?"
Pemuda, "Aku malu untuk menyebutkannya
kepadamu."
Rasulullah, "Katakan padaku, apa
dosamu?"
Pemuda, "Wahai Rasulullah. Aku adalah
tukang gali kuburan selama tujuh tahun. Aku melakukan pekerjaanku sampai suatu
hari ada seorang wanita muda Anshar mati. Setelah mayat wanita itu dikuburkan,
aku menggali kuburnya dan aku lepaskan kain kafannya. Aku menggaulinya ....
Tidak lama kemudian, ia hidup dan berdiri seraya berkata, Celakalah kau pemuda.
Apakah engkau tidak malu kepada Allah saat Dia mengadili semua manusia"
''Engkau telah menggauliku dan meninggalkan aku dalam keadaan telanjang di tengah
kerumunan orang mati. Engkau telah meninggalkan dosa pada yang akan kau
pertanggungjawabkan di hadapan Allah.'"
Mendengar ucapan pemuda itu, Rasulullah
membenahi tubuh dan menepuk kening lantas berkata, "Wahai pemuda fasik.
Sungguh kau pantas masuk neraka! Keluar dari rumahku!"
Pemuda itu pergi meninggalkan Rasulullah dan
ia bertaubat selama empat puluh hari. Setelah empat puluh hari merintih untuk
bertaubat, ia mengangkat kepala dan berdoa.
"Wahai Tuhannya Muhammad, Adam dan Hawa.
Jika Kau mengampuni dosa-dosaku, beri tahukanlah kepada Muhammad
dan sahabat-sahabatnya bahwa Engkau telah mengampuni dosa-dosaku. Jika tidak,
datangkan api dari langit kepadaku dan bakarlah diriku dengannya. Hindarkanlah
aku dari siksa api neraka di akhirat."
Karena kasus tersebut, Jibril lantas datang
kepada Rasulullah dan berkata, "Salam sejahtera untukmu, wahai Muhammad.
Tuhanmu menitipkan salam untukmu."
Rasulullah, "Dialah Keselamatan,
dari-Nya datang keselamatan dan kepada-Nya keselamatan kembali."
Jibril, "Wahai Muhammad, Allah bertanya,
Apakah Engkau yang menciptakan makhluk?"
Rasulullah, "Dialah yang menciptakan aku
dan semua makhluk."
Jibril, "Allah bertanya, Apakah engkau
yang memberi rezeki kepada mereka?'"
Rasulullah, "Yang memberi rezeki adalah
Allah."
Jibril, "Allah bertanya, 'Apakah engkau
yang menerima taubat ataukah Allah?"'
Rasulullah, "Allah yang menerima
taubatku dan taubat mereka."
Jibril, "Allah berfirman,
Sesungguhnya Allah menyuruhmu memaafkan lelaki itu karena Allah telah memaafkan
dosa-dosanya! '
Rasulullah lantas menyuruh orang memanggil
pemuda itu dan memberinya berita gembira bahwa Allah telah menerima taubatnya,
(Abu Al-Laitsi Nashr ibn Muhammad As-Samarkandi dalam Tanbih al-Ghafilin).
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda