Taubat hukumnya wajib bagi setiap
orang muslim, baik laki- laki maupun perempuan. Allah telah berfirman:
Bertaubatlah kamu kepada Allah dengan
taubat yang semurni-murninya,(QS.
At-Tahrim [66]: 8)
Perintah dalam ayat ini mengandung
makna wajib, dan dalam ayat lain Allah swt telah berfirman,"Dan janganlah kamu
seperti orang- orang yang lupa kepada Allah," yakni orang-orang yang telah
berjanji kepada Allah, kemudian mereka membuang ajaran-ajaran kitab-Nya di
belakang punggungnya, "lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri
mereka sendiri," Yakni menjadikan mereka melupakan kondisi dirinya
sehingga tidak melakukan nahi mungkar terhadap dirinya sendiri dan tidak pula
mempersembahkan kebaikan baginya. Rasulullah saw; pernah bersabda,
"Barangsiapa yang suka bersua dengan Allah, maka Allah pun suka bersua
dengannya, dan barangsiapa yang tidak suka bersua dengan Allah, maka Allah pun
tidak suka bersua dengannya.
"Mereka itulah orang-orang yang
fasik." (QS. Al-Hasyr [59]: 19).
Yakni orang-orang yang durhaka lagi
melanggar janji mereka kepada Allah dengan menyimpang dari jalan hidayah,
rahmat, dan ampunan.
Orang fasik itu ada dua macam, yaitu
fasik yang kafir dan fasik yang durhaka. Fasik yang kafir ialah orang yang
tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menyimpang dari jalan hidayah, dan
masuk ke dalam jalan yang sesat, sebagaimana yang disebutkan di dalam
firman-Nya:
maka ia mendurhakai perintah Rabbnya.
(Q5. Al-Kahfi [18]: 50).
Yakni menyimpang dari ketaatan
kepada perintah Rabb yang menyuruhnya untuk beriman. Sedangkan fasik yang
durhaka ialah orang yang suka minum khamar, memakan barang yang haram, berzina,
berbuat durhaka terhadap Allah, menyimpang dari jalan ibadah, dan masuk ke
dalam kedurhakaan, namun tidak sampai mempersekutukan Allah.
Perbedaan di antara keduanya ialah
kalau fasik yang durhaka masih mempunyai harapan untuk diampuni dengan jalan
bertaubat dan menyesali perbuatannya sebelum kematiannya, karena sesungguhnya
setiap kedurhakaan yang bersumberkan dari dorongan hawa nafsu masih dapat
diharapkan mendapat ampunan, sedangkan setiap kedurhakaan yang bersumberkan
dari sikap sombong, tidak punya harapan untuk mendapat ampunan. Kedurhakaan
yang dilakukan oleh iblis bersumberkan dari kesombongannya, oleh karena itu
sudah seharusnya Anda bertaubat dari dosa-dosa Anda sebelum kematian datang
menjemput dengan harapan mudah-mudahan diterima oleh Allah, sebagaimana yang
disebutkan dalam firman-Nya:
Dan Dialah yang menerima taubat dari
hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan
(QS. Asy-Syuura [42]: 25).
Yakni Allah memaafkan dosa-dosa yang
mereka lakukan dengan menerima taubat mereka, sehubungan dengan hal ini Nabi saw pernah bersabda:
Orang yang bertaubat dari dosanya sama
halnya dengan orang yang tidak punya dosa.
Dalam sebuah hikayat disebutkan,
bahwa dahulu pernah ada seorang lelaki bila melakukan suatu dosa ia catat
dosanya itu di dalam sebuah daftar khusus miliknya. Pada suatu hari ia
melakukan suatu dosa lalu membuka daftar catatannya untuk menulis dosa yang
baru dilakukannya itu, namun ia tidak menjumpai tempat di dalamnya selain
firman Allah yang mengingatkannya:
maka mereka itu kejahatannya diganti
Allah dengan kebajikan, (Q5. Al-Furqan [25]: 70) hingga akhir ayat.
Yakni Allah akan mengganti
kemusyrikannya dengan keimanan, perbuatan zinanya dengan pemaafan dan
kedurhakaannya dengan kepatuhan dan ketaatan.
Dalam hikayat lain disebutkan bahwa
di suatu hari ketika khalifah 'Umar ibnul Khaththab ra. sedang berjalan di
salah satu jalan utama kota Madinah, berpapasan dengan seorang pemuda yang
membawa sebuah botol di balik bajunya. Lalu beliau bertanya"Hai anak muda,
apakah yang engkau bawa di balik bajumu itu?" Ternyata yang dibawa sang
pemuda adalah sebotol khamar, sehingga ia merasa malu bila menjawab bahwa yang
dibawanya adalah khamar, dan ia berkata dalam hatinya, "Ya Tuhanku,
janganlah Engkau permalukan daku dan Engkau buka aibku di hadapan khalifah
'Umar tetapi tutupilah kesalahanku di hadapannya, aku berjanji mulai sekarang
aku tidak akan minum khamar lagi untuk selamanya."
Kemudian sang pemuda menjawab,
"Wahai Amirul Mu'minin, yang saya bawa ini adalah sebotol cuka."
'Umar berkata, "Coba perlihatkan kepadaku agar aku dapat
menyaksikannya." Sang pemuda tidak punya cara lain, lalu ia terpaksa
membukanya di hadapan 'Umar, ketika ia membukanya ternyata telah berubah
menjadi sebotol cuka dan memang 'Umar melihatnya sebotol cuka. Perhatikanlah,
sikap sosok makhluk manusia yang bertaubat karena takut dan malu dengan sesama
makhluknya, akhirnya Allah mengubah khamar yang dibawanya menjadi cuka, berkat
keikhlasannya dalam bertaubat. Untuk itu seandainya seorang pendurhaka
bertaubat meskipun ia miskin amal baik dengan taubat yang setulus-tulusnya dan
menyesali dosa-dosa yang telah dilakukannya, niscaya Allah akan mengganti
khamar (keburukan)nya dengan cuka (ketaatan)nya.
Dalam sebuah riwayat dari Abu
Hurairah ra. disebutkan, "Di suatu malam seusai salat 'isya berma'mum
kepada Rasulullah saw; aku keluar, dan di tengah jalan tiba-tiba aku berjumpa
dengan seorang wanita yang bertanya, "Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya aku
telah melakukan suatu dosa, maka adakah pintu taubat masih terbuka
bagiku?" Aku bertanya, "Dosa apakah yang telah engkau lakukan."
Ia menjawab, "Aku telah berzina dan membunuh anak dari hasil perzinaanku
itu." Maka kukatakan kepadanya, "Engkau telah binasa dan
membinasakan, demi Allah dosamu tidak terampunkan," Setelah mendengar
jawabanku itu, maka dengan serta merta wanita itu jatuh terjungkal tak sadarkan
diri, dan aku melanjutkan langkahku, namun dalam benakku terpikirkan, beraninya
daku memberi fatwa padahal Rasulullah masih ada di antara kita. Lalu aku
kembali kepada Rasulullah dan kuceritakan hal itu kepadanya, maka beliau
bersabda, "Engkau telah binasa dan membinasakan, lalu bagaimana kamu
dengan ayat-ayat berikut yang menyebutkan:
Dan orang-orang yang tidak menyembah
tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), kecuali dengan (alasan)yang benar, dan tidak berzina,
barangsiapa yang
melakukan demikian
itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipatgandakan
azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu dalam keadaan
terhina, kecuali orang-orangyang bertaubat, beriman, dan mengerjakan amal
saleh, maka mereka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. (Q5.
Al-Furqan [25]: 68-70).
Maka aku segera keluar dan bertanya
kepada orang-orang, "Siapakah yang dapat menunjukkan kepadaku tempat
tinggal wanita tadi yang telah bertanya kepadaku?" sehingga membuat anak-
anak kecil mengatakan, "Abu Hurairah telah gila." Pada akhirnya
kujumpai juga wanita itu lalu kuceritakan kepadanya apa yang telah dikatakan
oleh Rasulullah Setelah itu ia bernapas dengan tersendat-sendat karena gembiranya
lalu berkata, "Sesungguhnya aku punya sebuah kebun, sekarang kusedekahkan
kepada Allah dan Rasul-Nya."
Dalam sebuah hikayat bersumberkan
dari 'Atabah Al Ghulam rahimahullah disebutkan bahwa dahulu ia adalah seorang
yang fasik dan pendurhaka, terkenal dengan kebejatannya dan suka minum khamar.
Pada suatu hari ia masuk ke dalam majelis pengajian Al Hasan Al Bashri yang
sedang membaca firman-Nya:
Belumkah datang waktunya bagi
orang-orangyang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah, (Q5.
Al-Nadiid [57]: 16).
Yakni apakah masih belum tiba
saatnya bagi mereka untuk takut hatinya kepada Allah? Dalam tafsirnya terhadap
ayat ini sang Syekh mengemukakan nasihatnya yang sangat menyentuh sehingga
membuat para hadirin menangis, maka berdirilah seorang pemuda di antara mereka
yang langsung bertanya, "Wahai orang mu'min yang bertakwa, apakah Allah
menerima taubat orang yang fasik lagi durhaka seperti diriku ini bila
bertaubat?" Syekh Al Hasan Al Bashri menjawab, "Ya, Allah mau
menerima taubat kefasikan dan kedurhakaanmu." Ketika 'Atabah Al Ghulam
mendengar jawaban sang syekh, wajahnya berubah menjadi pucat dan tubuhnya
bergetar, lalu menjerit dan jatuh pingsan. Setelah siuman Al Hasan Al Bashri
datang menghampirinya dan mengucapkan bait-bait berikut:
Wahai pemuda yang durhaka kepada Tuhan
Pemilik Arasy, tahukah kamu apakah balasan orang yang durhaka?
Yaitu neraka Sa 'iir yang keras suara
gejolak dan gemuruhnya bagi para pendurhaka, nanti di hari semua ubun-ubun
dipegang.
Jika engkau mampu bertahan terhadap
neraka, durhakalah terhadap-Nya, tetapi jika tidak mampu, maka menjauhlah dari
kedurhakaan.
Kesalahan-kesalahan yang telah engkau
lakukan membuat dirimu terbelenggu olehnya, maka bersungguh-sungguhlah dalam
membebaskan dirimu.
Maka 'Atabah Al Ghulam kembali
menjerit keras dan jatuh pingsan, setelah siuman ia bertanya, "Wahai
Syekh, apakah Rabb Yang Maha Penyayang menerima taubat orang tercela seperti
diriku ini?." Maka sang Syekh menjawab, "Tiada yang dapat menerima
taubat seorang hamba yang menyimpang selain hanya Rabb Yang Maha Pemaaf."
Kemudian Atabah mengangkat kepalanya dan memanjatkan tiga buah do'a berikut.
Dalam do'a pertamanya ia mengatakan,
"Ya Tuhanku, jika Engkau menerima taubatku dan mengampuni dosa-dosaku,
maka muliakanlah daku dengan pemahaman dan hafalan sehingga daku dapat
menghafal semua ilmu dan Al Quran yang saya dengar."
Dalam do'a yang kedua ia mengatakan,
"Ya Tuhanku, muliakanlah diriku dengan suara yang bagus sehingga setiap
orang yang mendengar bacaan Al Quranku hatinya menjadi lembut, meskipun dulunya
berhati kasar."
Dalam do'a yang ketiganya ia
mengatakan, "Ya Tuhanku, muliakanlah
daku dengan rezeki yang halal dan berilah daku rezeki dari arah yang tidak kusangka-sangka."
Maka Allah memperkenankan semua
do'anya sehingga pemahaman dan hafalannya bertambah kuat, apabila membaca Al
Quran bertaubatlah semua orang yang mendengarkan bacaannya. Dan di dalam
harinya selalu terdapat semangkuk gulai dengan dua buah roti kering, tanpa
diketahui siapa yang menyajikannya. Dia tetap dalam keadaan seperti itu sampai
berpulang ke rahmatullah.
Demikianlah keadaan orang yang
kembali ke jalan Allah, karena sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan
pahala orang yang berbuat baik dalam amalnya.
Salah seorang ulama pernah ditanya,
"Apakah seseorang hamba yang bertaubat dapat mengetahui bahwa taubatnya
diterima atau tidak?" Ia menjawab, "Tiada kepastian mengenai hal
tersebut, namun dapat dilihat melalui tanda-tandanya yang antara lain sebagai
berikut.
1.
Bila ia melihat dirinya mampu
menahan diri dari kedur- hakaan.
2.
Hatinya tidak pernah merasa gembira
karena selalu diawasi oleh Rabb.
3.
Selalu mendekati ahli kebaikan dan
menjauhi orang-orang yang fasik.
4.
Harta duniawi yang sedikit
dilihatnya banyak, dan amal akhirat yang banyak dilihatnya sedikit.
5.
Hatinya selalu disibukkan oleh
hal-hal yang difardhukan oleh Allah atas dirinya.
6.
Selalu memelihara lisannya, dan
pikirannya selalu gundah karena menyesali dosa-dosa yang terlanjur
dilakukannya.
Dikutip dari Kitab Mukasyafatul
Qulub – Imam Al-Ghazali
--------- ### -------
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda