Manis dan lezatnya ibadah yang tiada tara akan terasa jika berlandaskan atas rasa cinta dan rindu. Imam Ali zainal Abidin yang telah mencicipi manisnya cinta dan dzikir kepada Allah bermunajat :
Betapa sedapnya rasa Cinta-Mu
Betapa nikmatnya minum kedekatan-Mu
Amirul Mukminin Imam Ali a.s berkata :
Ilahi, demi keagungan dan kemuliaan-Mu
Sungguh aku mencintai-Mu
Hingga terasakan manisnya cinta-Mu
Didalam kalbuku.
Tak pernah terbetik
Dalam hati orang yang mengesakan-Mu
Bahwa Engkau membenci
Orang orang yang mencintai-Mu.
Imam Zainal Abidin a.s. dalam suatu munajatnya mengungkapkan tentang suatu kondisi kemantapan hati yang telah diliputi Cinta Ilahi :
Demi keagungan-Mu duhai Junjunganku,
Jika Engkau mengusirku,
aku akan tetap berdiri di depan gerbang-Mu.
Aku tak akan berhenti merayu-Mu
Sampai aku mencapai titik puncak makrifat
Dengan kebaikan dan kemuliaan-Mu.
Itulah ungkapan paling mendalam akan rasa cinta yang bersemayam di hati. Kondisi semacam ini tidak akan hilang dan berubah dari hati seorang hamba meskipun dia diusir oleh tuannya, atau dari sisinya.
“Adakah orang yang telah mencicipi manisnya cinta-Mu
Lalu menginginkan pengganti selain-Mu ?
Adakah orang yang telah bersanding di samping-Mu,
Lalu ia mencari penukar selain-Mu ?
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda