Ketika ditanyakan pada 500 orang manajer, dalam sebuah survei secara global, mengenai pemimpin macam apa yang mereka dambakah, jawaban populer yang muncul adalah: “Pemimpin yang menginspirasi.”
Dari survei terpotret juga bahwa saat ini hanya 11 persen pemimpin yang dinilai mampu menginspirasi. Padahal, kita sangat sadar kenyataan bahwa perusahaan akan lebih mudah meraih sukses di bawah pimpinan yang menginspirasi.
Kurangnya pemimpin yang berbobot di sekitar kita, bahkan di negara kita, memang kita rasakan benar. Padahal, dalam suasana bisnis yang kompetitif seperti sekarang ini dan negara yang tengah dilanda berbagai bencana tim kerja membutuhkan energi
lebih, di mana pemimpin berperan untuk senantiasa mensuplai energi pada tim dengan memberi motivasi yang sehat serta inspirasi yang tidak ada hentinya.
Inspirasi dibutuhkan dalam menghadapi berbagai tantangan organisasi, misalnya, melawan korupsi. Hanya bila pemimpin bisa memberi inspirasi yang kuat dan mengenalah maka tim kerja bisa terdorong untuk mendukung dan menyukseskan gerakan anfikorupsi. Inspirasi ini perlu sedemikian kuatnya sampai menjadi ‘api pemicu’ perubahan sikap mental, mindset, dan perilaku anggota tim untuk berubah dan mengubah. Inspirasi seolah energi positif yang menyebar seperti ‘mistik". Dampaknya, tim kerja seakan rela bekerja tanpa kenal waktu dan tenaga, serta tidak hitung-hitungan.
Menginspirasi kelompok amatlah penting dan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Beberapa hal yang biasa dilakukan oleh pemimpin yang inspiratif dapat di- ’benchmark’ oleh kita:
“Customer focused”
Apakah dia seorang menteri, pemimpin organisasi, atau direktur, seorang pemimpin harus berfokus pada ‘pelanggan’ dan tahu persis apa kebutuhan pelanggannya. Pemimpin yang tidak menyadari siapa pelanggannya akan tetap menjadi pemimpin yang berada di “awang-awang”, gambaran visinya “mengambang”, bicaranya sulit dimengerti bawahan karena tidak jelas kemana arahnya. Pemimpin yang bahkan “stake- holder focused” mampu bersikap direktif, tahu persis apa yang perlu ditanyakan bila bertemu atasan, bawahan, dan pihak eksternal. Ia pun otomatis akan menghilangkan sikap “bossy” dan birokratis, karena setiap perilakunya didasarkan pada pelayanan pelanggan.
Keluar dari Meja Kerja
Tak ada dalam sejarah pemimpin inspiratif menggerakkan tim dari balik meja kerjanya. Mahatma Gandhi, Winston Churchill, George Patton, Mother Teresa adalah orang-orang lapangan. Menginspirasi memang lebih mudah dilakukan dari tengah-tengah tim.
Hubungan informal dan kontak personal sangat berpengarüh pada mental bawahan. Mungkin itu juga sebabnya, mengapa Agus Martowardoyo, dirut Bank Mandiri, membuka pintu rumah dan ponsel-nya buat semua orang yang membutuhkan berkoordinasi dengannya.
Sadari Peta Kekuatan Karyawan
Hanya pemimpin yang sadar akan kapasitas sumber dayanya-lah yang bisa mengajak orang di sekitarnya untuk berupaya lebih dan membuat nilai tambah. Hal ini juga yang memungkinkan pemimpin untuk memotivasi bawahan secara personal, sesuai dengan kekuatan dan kekhasan bawahannya. Bawahan akan merasa “terangkat” dan seolah “superman’ yang merasa mampu berbuat lebih. Pemimpin yang inspiratif membuat bawahannya menghargai dirinya sendiri seperti halnya ia menghargai perusahaan dan pelanggannya.
Dengan mengenali kekhasan bawahan, pemimpin yang inspiratif bisa menjadi lebih dari sekedar ‘coach” yang baik, namun ia juga membimbing bawahan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, kemudian memberikan pengarahan dan jalan keluar, juga prinsip profesional dan solusi permasalahan, bahkan sampai filosofinya.
Bermainlah pada Level Emosional
Ketika sesekali saya tanyakan kepada beberapa bawahan yang sangat setia kepada atasannya, padahal bisnis sedang merosot, maka jawaban mereka sekadar, “Dengan Bapak, kita selalu bersama-sama, terlambat makan sama-sama, makan enak sama-sama.” Alasan emosional inilah yang tampak lebih solid daripada sekadar hubungan finansial. Upah memang menentukan kepuasan kerja, namun pemimpin besar biasanya kreatif dalam menemukan cara yang tidak biasa dalam memenuhi kebutuhan bawahannya, yaitu mempertimbangkan faktor-faktor di luar kebutuhan yang basic, seperti respek dan prestis, untuk bisa mengangkat semangat timnya dengan lebih baik.
“Passion” yang Berbuah “Vision”
Perkembangan teknologi serta globalisasi membuka kesempatan yang jumlahnya tidak berbatas dan memberi kesempatan untuk para pemimpin lebih asik, lebih passionate dalam mencermati minat dan sasarannya. Hal ini juga yang mempermudah para pemimpin untuk menggambarkan visinya dengan kata-kata, deskripsi dan imajinasi yang lebih mudah dimengerti bawahan. Tidak sulit bagi pemimpin sekarang menggambarkan visi se- menggelegar “I have a dream.” - nya Martin Luther King. Passion jugalah yang membuat pemimpin inspiratif tidak sekadar memikirkan “what’s in it for me” tetapi berobsesi pada “big idea”—nya.
Oleh: Eileen Rachman, EXPERD -Kompas, 26 September 2007
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda