Allah Ta'ala dengan sifatNya Ar Rahman akan mengasihi semua makhluk yang telah diciptakanNya dengan jalan mencukupi semua kebutuhan makhluqNya. Dan dalam memberikan dan mencukupi semua kebutuhan mahkluqNya, Allah Ta’ala tidak perduli apakah hambaNya tersebut beriman kepadaNya ataupun mensekutukanNya, baik yang taat kepada-Nya maupun yang durhaka kepada-Nya.
Oleh sebab itu bagi orang-orang yang beriman dengan Asma' Ar Rahman, dia sangat yakin akan ada-Nya Allah Ta'ala yang mengatur segala sesuatu yang ada dilangit dan dibumi.
Allah Ta'ala telah memberikan kepada kita segala apapun yang kita butuhkan untuk hidup didunia ini tanpa memandang apakah kita termasuk orang yang beriman atau ingkar (kafir). Bahkan terkadang kita sering menyekutukanNya, melanggar larangan-laranganNya, tidak mau mematuhi perintah-perintahNya, akan tetapi Dia masih mencukupi segala kebutuhan kita, seperti makan, minum, tempat tinggal, pakaian dan lain sebagainya. Bisa kita bayangkan andaikata Allah hanya mencukupi kebutuhannya orang-orang yang beriman saja niscaya banyak sekali manusia yang mati (sengsara) termasuk diri kita.
Akan tetapi perlu kita ingat bahwa semua yang diberikan Allah kepada kita pasti akan ada hisabnya (pertanggung jawabannya). Semakin banyak yang kita terima maka semakin banyak yang akan kita pertanggung jawabkan. Oleh sebab itu Nabi yang paling terakhir masuk syurga adalah Nabi Sulaiman, karena ia diberikan kerajaan yang tidak pernah dimiliki oleh orang-orang yang sebelum dan sesudahnya. Oleh sebab itu jangan senang-senang saja menikmati fasilitas yang Allah berikan, tetapi pikirkanlah bagaimana nantinya bisa mempertanggung jawabkannya.
Rahman Allah Ta'ala ada empat hal :
1. Umur : "Setiap yang bernyawa pasti akan mati termasuk manusia. Dan apabila waktunya telah tiba, maka tidak bisa dimajukan atau dimundurkan walaupun hanya sekejap. Umur ada dua yaitu kelahiran dan kematian. Dimasa tenggang itulah, yaitu antara lahir dan mati, manusia diberi kesempatan untuk mempergunakannya. Sesuai surat Al A'raaf (7) ayat : 34
34. Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu. Maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya.
Apabila kita sadar bahwa umur itu adalah pemberian Allah, maka kita akan mempergunakannya dengan sebaik-baiknya, maka dari itu hendaklah selalu kita rasakan dan yakini bahwa ada campur tangan Allah dalam umur kita ini. Dan Allah memberi kita kesempatan berupa umur agar kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Surat Al 'Ashr (103) ayat : 11 - 3
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Pada dasarnya yang namanya manusia hanyalah sebentuk jiwa yang tidak memiliki apa-apa. Kemudian Allah memberikan pinjaman berupa jasad dan ruh untuk melakukan aktivitas. Dan jasad ini meliputi mata, kaki, telinga, pikiran, kaki, mulut, lidah dan lain sebagainya. Akan tetapi pinjaman tersebut suatu saat pasti akan diminta oleh yang memiliki yaitu Allah Ta'ala .
Bisa kita bayangkan andaikata Allah tidak memberikan pinjaman mata kepada kita bagaimana kita bisa melihat? Andaikata Allah tidak memberikan pinjaman telinga kepada kita bagaimana bisa mendengar? Begitupun juga dengan hal-hal yang lain.
Jiwa telah dititipi Allah jasad beserta ruh sampai batas waktu tertentu, ada yang batas waktunya pendek dan ada yang panjang Ada yang sebatas bayi, aqil baligh, remaja, dewasa dan ada yang sampai pikun. Ini semua adalah amanah Allah dan sebagai buktinya apabila yang punya (Allah) berkehendak mengambil tidak ada yang bisa menahan. Apabila kita akui bahwa jasad dan ruh ini adalah milik kita, apakah kita bisa menahan agar tidak mati? Oleh sebab itu jangan sekali-kali kita merasa bahwa fisik ini adalah kepunyaan kita, sehingga apabila yang punya mau mengambil kita harus ikhlas.
J
iwa tidak bisa melihat, mendengar, merasa dan lain sebagainya jika tanpa alat, dan alatnya telah dititipi oleh Allah berupa jasad. Sebagai contohnya jiwa ingin mengetahui jam berapa, lalu ia perintahkan mata untuk melihat. Jiwa ingin mendengarkan sesuatu lalu ia perintahkan telinga. Jadi jiwa pada dasarnya tidak punya apa-apa melainkan hanya niat (keinginan).
iwa tidak bisa melihat, mendengar, merasa dan lain sebagainya jika tanpa alat, dan alatnya telah dititipi oleh Allah berupa jasad. Sebagai contohnya jiwa ingin mengetahui jam berapa, lalu ia perintahkan mata untuk melihat. Jiwa ingin mendengarkan sesuatu lalu ia perintahkan telinga. Jadi jiwa pada dasarnya tidak punya apa-apa melainkan hanya niat (keinginan).
Sisi tafakkurnya : Seberapa banyak kita bisa bersyukur dengan waktu yang telah diberikan Allah Ta'ala kepada kita? Dimana didalam waktu tersebut kita diberikan kesempatan oleh Allah Ta'ala untuk melakukan amal-amal ibadah atau amal-amal sholeh. Akan tetapi waktu tersebut banyaklah kita sia-siakan, sehingga sampai batas waktu yang telah ditentukan oleh Allah Ta'ala, barulah kita akan menyesal.
Allah Ta'ala juga telah memberikan fisik kepada kita, yang dengan fisik tersebut kita dapat melakukan seluruh aktivitas didalam kehidupan ini. Sudahkah hal itu kita syukuri, bahwasannya kita dapat melihat, kita dapat mendengar, dapat berbicara, berjalan, berfikir, dan lain sebagainya adalah pemberian (pertolongan) Allah Ta'ala?.
Sisi Do'a Keimanan : Ya Allah, masukkanlah kami kedalam golongan orang-orang yang selalu mempergunakan umur kami untuk ketaqwaan.
Sikap Orang Beriman : Orang-orang yang beriman sangat yakin bahwa kematian pasti terjadi dan tidak tahu kapan waktunya. Dan apabila waktunya telah tiba, maka tidak ada seorangpun yang bisa mengundurkannya walaupun hanya sekejap. Oleh sebab itu tidak ada seorangpun yang bisa menjamin bahwa esok dia masih hidup, atau satu jam lagi masih hidup, atau satu menit lagi dia masih hidup.
Sikap Orang Bertaqwa : Orang-orang yang bertaqwa akan memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya agar menjadi amal disisi Allah Ta'ala. Jangan sampai waktu-waktu dia buang secara sia- sia yang tidak bisa menjadi amal disisi Allah Ta'ala.
Oleh sebab itu sangat rugi bagi seseorang yang menyiakan-nyiakan waktunya hanya untuk memenuhi hawa nafsunya. Hendaknya kita gunakan umur kita untuk menjalankan perintah Allah Ta'ala dan menjauhi segala laranganNya.
Untuk itu didalam beramal jangan sekali-kali kita tunda atau menunggu hari esok. Karena belum tentu hari esok kita masih hidup. Dan Allah Ta'ala tidak menuntut hari esok, tetapi yang dituntut adalah hari ini. Makanya untuk sesuatu yang belum terjadi, kita tidak boleh mengatakan pasti tetapi katakanlah insya-Allah- Allah Ta'ala mengajarkan Insya-Allah agar manusia tidak thulul amal (panjang angan-angan) dan tidak menunda-nunda berbuat kebaikan.
Apapun yang kita lakukan hendaknya, menambah ilmu, menambah keimanan, menambah amal sholeh atau menambah ketawakkalan. Setiap saat kita harus merasakan bahwa ajal telah dekat.
Sebetulnya hidup manusia diibaratkan seperti perjalanan. Yang namanya perjalanan pasti ada waktu, yaitu berangkat jam berapa dan akan sampai jam berapa. Atau berangkat hari apa dan akan sampai hari apa. Begitupun juga perjalanan hidup manusia dimulai dari kelahiran dan suatu saat akan sampai kepada kematian dan akan bertemu dengan Allah Ta'ala.
Oleh sebab itu bagi orang-orang yang bertaqwa mengambil dunia ini secukupnya, sedangkan untuk kehidupan akhirat dia bersungguh- sungguh menyiapkan bekal sebanyak-banyaknya. Akan tetapi orang- orang fasik memperbanyak untuk kehidupan dunia, sementara untuk kehidupan akhirat tidak dia pikirkan. Inilah orang-orang yang tertipu dengan kehidupan dunia.
Sisi Do'a Ketaqwaan : "Ya Allah, jadikanlah umur kami ini menjadi umur yang bermanfaat dan barokah. (Yaitu bermanfaat untuk diri sendiri dan barokah untuk orang lain). Dan jadikanlah umur kami ini umur yang selalu terbimbing untuk bertaqwa kepada-Mu".
Sikap Orang Bertawakkal : Orang-orang yang bertawakkal tidak pernah pusing tentang umur (ajal). Kapanpun ajalnya tiba, dia serahkan seutuhnya kepada Allah Ta'ala. Dia selalu sibuk menyiapkan bekalnya untuk mati. Dan apabila dia sakit dan berobat, maka niatnya hanya untuk menambah kesabaran.
Akan tetapi bagi orang-orang yang memperturutkan hawa nafsu berfikir bagaimana dia tidak mati. Dia sibuk memperbanyak bekal hidupnya didunia, sementara bekal mati tidak dia pikirkan. Padahal setiap saat Allah Ta'ala berkuasa mencabut nyawa hamba- hambaNya.
Orang-orang fasik sangat takut dengan mati karna akan meninggalkan dunia ini. Sedangkan orang-orang yang bertawakkal tidak pernah takut, bahkan lebih cepat lebih bagus. Karena jika dia masih hidup, dia sangat takut akan bertambah berbuat dosa kepada Allah Ta'ala.
Orang-orang yang bertawakkal didalam melakukan ketaqwaan (amal-amal sholeh) tidak pernah mengharapkan balasan dunia. Sedikitpun dia tidak butuh dengan pujian, sanjungan dan penghormatan dari orang lain.
Sikap Orang Mukhlis : Dia sangat ikhlas andaikata sekarang Allah Ta'ala mencabut nyawanya, sedikitpun tidak ada penolakan didalam dirinya. Oleh sebab itu orang-orang mukhlis tidak pernah takut mati, bahkan dia sangat rindu ingin segera bertemu dengan Allah Ta'ala.
K
arena Allah Ta'ala telah menjanjikan kebahagiaan yang tiada taranya berupa syurga yang penuh kenikmatan. Didalamnya dia akan diberi isteri yang menyenangkan, yang tidak pernah marah dan sangat cantik luar biasa. Diberi makanan dan minuman yang sangat nikmat, alamnya bak pelangi dan lain sebagainya.
arena Allah Ta'ala telah menjanjikan kebahagiaan yang tiada taranya berupa syurga yang penuh kenikmatan. Didalamnya dia akan diberi isteri yang menyenangkan, yang tidak pernah marah dan sangat cantik luar biasa. Diberi makanan dan minuman yang sangat nikmat, alamnya bak pelangi dan lain sebagainya.
Akan tetapi bagi orang-orang yang hatinya masih dipenuhi dengan kehidupan duniawi, dia akan takut untuk mati. Dia takut kehidupan anak-anaknya nanti bagaimana apabila dia telah mati, dia takut kehidupan isterinya bagaimana apabila dia telah mati. Dan lain sebagainya.
Rizki : Allah Ta'ala telah menjamin rizki setiap hamba-hambaNya, mulai dari dalam kandungan sampai ajalnya menjemput. Karena tidaklah mungkin seseorang bisa hidup tanpa rezeki, sedangkan Allah telah menentukan ajal. Oleh sebab itu selama manusia masih hidup dimuka bumi, Allah Ta'ala pasti menjamin rizkinya.
Sisi tafakkurnya : Seberapa banyak kita bisa bersyukur dengan rizki yang telah dijamin oleh Allah Ta'ala terhadap diri kita? Sehingga rizki tersebut dapat menjadi sarana bagi kita didalam beribadah dan beramal sholeh. Sedangkan rizki itu sendiri datangnya dari Allah Ta'ala, bukan atas kemampuan diri kita sendiri didalam memperolehnya.
Akan tetapi kita selalu berfikir bahwasannya rizki yang kita terima tersebut diperoleh atas usaha diri kita sendiri, sehingga kita tidak dapat bersyukur atas rizki yang telah diberikan Allah Ta'ala kepada diri kita.
Sisi Do'a Keimanan : Ya Allah ya Tuhan kami, masukkanlah kami kedalam golongan orang-orang yang bersyukur atas rizki yang Engkau berikan kepada kami.
Sikap Orang Beriman : Orang-orang yang beriman sangat yakin bahwa selama dirinya masih hidup, Allah Ta'ala pasti akan menjamin rizki kepadanya, sebagai modal untuk melakukan ketaqwaan kepada Allah Ta'ala.
Sikap Orang Bertaqwa : Orang-orang yang bertaqwa akan menggunakan rizki yang Allah Ta'ala berikan untuk melakukan amal-amal sholeh (nafkah dijalan Allah Ta'ala).
Rizki yang Allah Ta'ala berikan tidak hanya sebatas harta saja. tetapi bisa berupa ilmu dan tenaga. Oleh sebab itu orang-orang yang bertaqwa merasakan bahwa rizki yang Allah Ta'ala berikan kepadanya sangat lebih sehingga dia selalu berfikir bagaimana bisa memanfaatkan rizki tersebut agar bisa menjadi amal disisi Allah Ta'ala.
Akan tetapi bagi orang-orang yang memperturutkan hawa nafsunya, dia selalu merasa kurang atas rizki yang Allah Ta'ala berikan, sehingga selamanya dia tidak akan pernah bersyukur dan tidak pernah untuk nafkah dijalan Allah Ta'ala (amal sholeh).
Sisi Doa Ketaqwaan :
Ya Allah, jadikanlah rizki kami ini rizki yang halal, dan jadikanlah dengan rizki itu kami dapat melakukan ketakwaan kepada-Mu.
Sikap Orang Bertawakkal : Orang-orang yang bertawakkal tidak pernah takut untuk menggunakan rizki yang Allah Ta'ala berikan untuk melakukan ketaqwaan (amal sholeh). Karena dia yakin apabila niatnya benar, maka Allah Ta'ala akan membayarnya diakhirat dengan syurga yang penuh kenikmatan. Akan tetapi apabila digunakan untuk kefasikan akan dibalas diakhirat dengan azab yang pedih didalam neraka.
Orang-orang yang bertawakkal apabila dia telah melakukan ketakwaan, dia serahkan sepenuhnya kepada Allah Ta'ala. Dia tidak mempermasalahkan apakah Allah Ta'ala akan menggantinya atau tidak. Karena didalam menafkahkan rizki semata-mata niatnya karena Allah Ta'ala dan untuk kehidupan akhirat (balasan dihari akhir).
Sedangkan masalah kehidupan dunia, dia serahkan seutuhnya kepada Allah Ta'ala. Sedikitpun dia tidak mengharapkan balasan dunia dari nafkah yang ia keluarkan dijalan Allah Ta'ala.
Apapun yang diberikan Allah Ta'ala didunia ini, sedikitpun tidak mempengaruhi dirinya. Andaikata dia melakukan ketaqwaan, kemudian Allah Ta'ala memberikan kesusahan, sedikitpun dia tidak berburuk sangka kepada Allah Ta'ala. Yang penting dia telah melakukan amal dan mendapatkan kebaikan diakhirat, itulah yang dia inginkan.
Sikap Orang Mukhlis : Orang-orang mukhlis tidak pernah mempermasalahkan berapapun rizki yang Allah Ta'ala berikan kepadanya. Berapapun yang Allah Ta'ala berikan inilah yang dia manfaatkan untuk beramal sholeh setelah tercukupi kebutuhannya.
Abu Bakar As Shiddiq adalah salah satu orang yang bisa bertawakkal dan ikhlas secara penuh. Hal ini disebabkan karena keimanannya kepada Allah Ta'ala juga penuh dan ketaqwaan yang beliau lakukan juga sesuai dengan syareat yang benar. Hal ini terbukti pada saat Rasulullah SAW mengumumkan untuk berjuang dijalan Allah Ta'ala, maka Abu Bakar segera datang menyerahkan seluruh harta yang dimilikinya. Pada saat Rasulullah SAW bertanya: "Apa yang engkau tinggalkan buat keluargamu, wahai Abu Bakar?" Maka Abu Bakar menjawab : "Aku tinggalkan Allah dan RasulNya".
Akan tetapi apabila keimanan kita belum sampai seperti keimanan Abu Bakar, maka jangan sekali-kali kita berbuat seperti ini. Karena keimanan Abu Bakar kepada Allah Ta'ala sangat tinggi dan keluarganya-pun juga sama. Sehingga mereka semua bisa bertawakkal dan ikhlas secara penuh kepada Allah Ta'ala.
Penghidupan : Allah Ta'ala telah menentukan penghidupan kepada semua hamba-hambaNya, agar antara yang satu dengan yang lainnya bisa saling membantu. Surat Az Zukhruf (43) ayat : 32
"Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan"
Didalam ayat ini sangat jelas bahwa Allah Ta'ala telah menjamin penghidupan setiap hambaNya didalam menjalani kehidupan dimuka bumi ini. Ada yang menjadi petani, pedagang, karyawan, polisi dan lain sebagainya. Dan penghidupan yang diberikan ini adalah sebuah amanah yang harus dikelola dengan sebaik-baiknya.
Oleh sebab itu masalah penghidupan tidak perlu kita pusingkan. Karena Allah memberikan penghidupan kepada hamba-hambaNya disesuaikan dengan kemampuan sang hamba dalam menerimanya. Yang paling penting apabila kita menjadi petani jadilah petani yang baik (islami), apabila menjadi pegawai jadilah pegawai yang baik (islami), apabila menjadi pejabat jadilah yang baik (islami), begitu juga dengan yang lainnya.
Dalam menjalani hidup ini ada orang yang sanggup kaya dan ada yang tidak. Oleh sebab itu apabila kita diberi kaya maka itulah yang terbaik dan apabila diberi miskin itu juga yang terbaik. Bukan berarti Allah tidak sayang kepada kita, karena yang paling ringan hisabnya nanti diakhirat adalah orang-orang miskin. Sedangkan bagi orang-orang yang kaya akan ada dua pertanyaan. Dari mana mendapatkan harta dan digunakan untuk apa harta tersebut.
Bagi orang yang miskin kelihatannya susah didunia ini tetapi nanti diakhirat ia akan senang karena hisabnya ringan. Sebagai contohnya orang yang buta. Didunia ini kelihatannya susah akan tetapi diakhirat ia senang karena tidak perlu mempertanggung jawabkan kedua matanya. Sedangkan bagi orang-orang yang kedua matanya bisa melihat, nanti akan kebingungan mempertanggung jawabkannya dihadapan Allah. Begitu juga dengan hal-hal yang lain.
Akan tetapi masalah penghidupan ini juga ditentukan oleh pilihan manusia itu sendiri. Apabila seseorang memilih ketaqwaan akan menjadi ini dan apabila memilih kefasikan akan menjadi ini. Oleh sebab itu apabila ada orang yang menjadi pencuri, perampok, pelacur atau yang lainnya, maka hal itu adalah pilihannya sendiri bukan ketentuan dari Allah Ta'ala.
Sebetulnya penghidupan ini tidak hanya masalah pekerjaan saja, tetapi bisa dengan yang lain. Kita menjadi suami atau isteri siapa, menjadi bapak atau ibu siapa, menjadi anak siapa, menjadi tetangga siapa, menjadi teman siapa, dan lain sebagainya itu semua adalah penghidupan yang harus kita jalani dengan sebaik-baiknya.
Jadilah kita suami atau isteri yang baik, jadilah bapak atau ibu yang baik, jadilah anak yang baik, jadilah tetangga yang baik, jadilah teman yang baik, jadilah karyawan yang baik dan lain sebagainya.
Sisi lafakkurnya : Pada dasarnya kita tidak punya kemampuan apa-apa, lalu Allah Ta'ala menentukan penghidupan kepada kita, yang dengan penghidupan tersebut kita dapat beramal. Dan segala sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah Ta'ala bagi manusia didalam penghidupannya adalah yang terbaik, yang telah disesuaikan dengan bentuk fisiknya, wajahnya, lingkungannya, keluarganya dan rizkinya. Dan dengan aktivitas itulah manusia ditawari oleh Allah Ta'ala berupa amal. Oleh sebab itu sudahkah kita bersyukur atas ketentuan Allah Ta'ala didalam penghidupan kita?
Sisi Do'a Keimanan: Ya Allah, jadikanlah kami termasuk golongan orang-orang yang ridho terhadap penghidupan yang Engkau tentukan bagi kami.
Sikap Orang Beriman : Orang-orang yang beriman sangat yakin bahwa apapun penghidupan yang Allah Ta'ala tetapkan kepada dirinya adalah pasti yang terbaik. Yang penting dia selalu berusaha untuk memilih jalan ketaqwaan.
Sikap Orang Bertaqwa : Orang-orang yang bertaqwa akan berusaha menjadi orang yang baik disisi Allah Ta'ala, sesuai dengan syareat yang telah Allah dan RasulNya tentukan. Jika menjadi petani, dia berusaha menjadi petani yang baik. Jika menjadi pedagang, dia berusaha menjadi pedagang yang jujur dan tidak sumpah palsu. Jika menjadi pejabat, dia berusaha menjadi pejabat yang baik. Jika menjadi polisi, dia berusaha menjadi polisi yang baik. Jika menjadi karyawan, dia akan berusaha menjadi karyawan yang baik. Jika menjadi guru, dia akan berusaha menjadi guru yang baik. Begitupun juga dengan yang lainnya.
Orang-orang yang bertaqwa tidak pernah bingung menjadi apapun didunia ini. Yang paling penting dia bisa melakukan ketaqwaan kepada Allah Ta'ala. Karena jika seseorang tidak ditentukan penghidupannya, niscaya akan menjadi susah untuk mencari amal.
Sisi Do'a ketaqwaan : Ya Allah, jadikanlah penghidupan kami ini sebagai sarana bagi kami untuk dapat mengumpulkan amal yang sebanyak-banyaknya.
Sikap Orang Bertawakkal : Orang-orang bertawakkal tidak memperdulikan penghidupannya hari ini menjadi apa, esok akan menjadi apa dan lusa akan menjadi apa. Yang penting apa yang ditentukan Allah Ta'ala saat ini, dia manfaatkan intuk mengumpulkan amal, sehingga bisa menjadi bekal mtuk menghadap-Nya.
Penghidupan itu tidak hanya masalah pekerjaan saja. Akan tetapi kita menjadi saudaranya siapa, menjadi suami atau isterinya sapa, bertempat tinggal dimana, punya tetangga siapa, itu semua juga penghidupan. Oleh sebab itu bagi orang-orang yang bertawakkal tidak mempermasalahkan semua itu, yang penting dia bisa mendapatkan amal dengan penghidupan yang telah Allah Ta'ala berikan kepadanya.
Sikap Orang Mukhlis : Dia akan menerima dengan ikhlas penghidupan apapun yang diberikan oleh Allah Ta'ala kepadanya. Yang penting dia akan memanfaatkan penghidupannya tersebut untuk mendapatkan amal disisi Allah Ta'ala.
Karena tujuan Allah Ta'ala memberikan penghidupan adalah untuk mencari amal bukan untuk mencari uang atau kekayaan. Apabila yang kita inginkan didalam penghidupan itu adalah sebuah amal, maka kita tidak akan merasa berat untuk menjalaninya. Akan tetapi apabila yang kita inginkan uang dan kekayaan, maka kita akan melakukan apapun untuk mendapatkan pekerjaan, walaupun harus menyuap dan melanggar hokum-hukum Allah Ta'ala.
Dan bagi orang-orang mukhlis dia tidak pernah iri terhadap penghidupan yang diberikan Allah Ta'ala kepada orang lain. Karena dia yakin orang lain kuat menerima penghidupan itu sedangkan dirinya tidak kuat apabila diberikan penghidupan itu.
4. Balak dan Nikmat : Selama seseorang masih hidup, maka dia akan diuji dengan dua hal yaitu balak dan nikmat. Allah akan mengampuni atau eningkatkan keimanan hambaNya dengan kedua ujian tersebut.
Sesungguhnya balak (kesusahan) ataupun nikmat (kesenangan) yang kita terima adalah datangnya dari Allah Ta'ala, tinggal bagaimana cara kita untuk ensikapinya. Apabila kita menerima balak disebabkan karena kesalahan yang kita lakukan, maka cara mensikapinya dengan bertaubat dan memperbaiki diri. Apabila kita menerima balak dalam bentuk ujian, maka cara mensikapinya dengan bersabar. Sedangkan jika kita menerima nikmat hendaklah kita mensyukurinya dan menggunakannya sesuai dengan syareat yang telah ditentukan oleh Allah Ta'ala dan RasulNya.
Sisi tafakkurnya : Seberapa banyak kita bisa bersyukur dengan ujian balak dan nikmat yang Allah berikan? Karena dengan balak dan nikmat itulah kita dapat memahami (menyadari) bahwasannya diri kita tidak dapat menolak balak tersebut atau mendatangkan nikmat bagi diri kita sendiri. Sehingga dengan balak dan nikmat tersebut kita dapat meyakini bahwa kita tidak memiliki daya upaya sedikitpun didalam menjalani hidup ini.
Lalu dengan balak dan nikmat itulah diri kita dapat merasa yakin (beriman) kepada Allah Ta'ala, bahwa hanya Allah sajalah yang dapat melepaskan balak dan memberikan nikmat.
Sisi Do'a Keimanan : Ya Allah, masukkanlah kami kedalam golongan hamba-hambaMu yang bersabar apabila Engkau uji kami, dan bersyukur apabila Engkau beri nikmat kepada kami.
Sikap Orang Beriman : Orang-orang yang beriman sangat yakin bahwa balak atau nikmat yang dia terima semata-mata datangnya dari Allah Ta'ala. Karena hanya Allah Ta'ala yang dapaf memberikan manfaat dan mudhorat.
Sikap Orang Bertaqwa : Orang-orang yang bertaqwa apabila menerima balak (musibah) dia bersabar dan apabila menerima nikmat dia bersyukur.
Siai Do'anya : Ya Allah, tambahkanlah kesabaran bagi kami apabila mendapatkan balak (musibah), dan tambahkanlah rasa syukur kedalam hati kami apabila menerima nikmat, agar kami dapat menambah keimanan kepada-Mu.
Sikap Orang Bertawakkal : Orang-orang yang bertawakkal tidak pernah mempermasalahkan balak atau nikmat yang Allah Ta'ala berikan, karena semuanya itu ada kebaikan didalamnya.
Apabila diberi balak dia bersabar, maka hal itu adalah kebaikan baginya. Dan apabila diberi nikmat dia bersyukur, maka hal itu juga kebaikan baginya.
Didalam Al Qur'an Allah Ta'ala sering berfirman bahwa Dia beserta orang-orang yang sabar. Dan Allah Ta'ala juga berfirman bahwa orang-orang yang pandai bersyukur akan ditambah nikmat-Nya oleh Allah Ta'ala dan apabila kufur sesungguhnya azab Allah Ta'ala sangat pedih. Sesuai surat Al Baqarah (2) Ayat : 153
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar."
Dan Surat Ibrahim (14) Ayat : 7
Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Sikap Orang Mukhlis : Dia akan menerima dengan ikhlas apapun yang diberikan Allah Ta'ala kepadanya. Apakah Allah Ta'ala akan memberikan nikmat atau memberikan balak.
Akan tetapi bagi orang-orang yang fasik, dia tidak mau apabila diberi balak. Yang dia inginkan adalah diberi nikmat terus menerus, sehingga mereka berdo'a "Tolak Balak".
A. Sikap orang-orang yang telah meneladani Asma' Ar Rahman
Dia selalu menerima semua ketentuan-ketentuan Allah Ta'ala yang berlaku atas dirinya dengan sabar dan tawakkal, baik masalah umur, rizki, penghidupan, balak dan nikmat.
Didalam kehidupannya dia tidak pernah membeda-bedakan antara manusia yang satu dengan yang lainnya, karena mereka semua sama- sama makhluk Allah Ta'ala. Sehingga ketika dia dibutuhkan, maka dia selalu siap untuk membantu, kecuali 2 (dua) hal. Pertama, masalah kemusyrikan (menyekutukan Allah Ta'ala) dan kedua masalah tolong menolong dalam kedzoliman. Surat Al Kaafiruun (109) : 6
"Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku."
Surat Al Maaidah (5) : 2
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar- syi'ar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu, dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Didalam tolong-menolong kepada sesama manusia, kita harus mengikuti aturan-aturan Allah Ta'ala. Jangan sampai kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan-aturan Allah Ta'ala. Bantulah setiap orang yang membutuhkan bantuan, tolonglah setiap orang yang membutuhkan pertolongan tanpa melihat siapa orangnya, kecuali dua hal diatas.
Hal ini untuk memperlihatkan Rahman-Nya Allah Ta'ala, agar supaya dengan apa yang kita lakukan tersebut dia dapat merasakan kasih Allah Ta'ala kepada dirinya, sehingga dia-pun bisa meyakini ada-Nya Allah Ta'ala.
B. Contoh do'a bagi yang ingin meneladani Asma’ Ar Rahman
Ya Allah, jadikanlah kami sebagai perantara-Mu untuk dapat membantu manusia didalam menyiapkan sarana bagi ketaqwaan mereka kepada-Mu, sehingga mereka dapat melihat kasih-Mu kepada mereka.
Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yang rela mengorbankan hartanya, jiwanya dan tenaganya, agar manusia bisa beriman kepada Allah Ta'ala dan menempuh jalan yang lurus, sehingga bisa selamat didunia dan diakhirat.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda