(Barang siapa yang meninggalkan perbuatan dosa, maka
akan lembutlah hatinya), maka hati tersebut akan senang menerima nasihat dan ia
khusyu’/memperhatikan akan nasihat tersebut. (Barang siapa yang meninggalkan
sesuatu yang haram) baik dalam hal makanan, pakaian dan yang lainnya (dan ia
memakan sesuatu yang halal maka akan jerniglah pikirannya) didalam bertafakur
tentang semua ciptaan Allah yang menjadi petunjuk akan adanya Allah Ta’ala yang
menghidupkan segala sesuatu setelah kematiannya demikian pula menjadi petunjuk
akan keEsaan Allah dan kekuasaanNya dan ilmuNya. Dan yang demikian ini terjadi
apabila ia mempergunakan fikirannya dan melatih akalnya bahwa Allah SubhanaHu
Wata’ala yang menciptakan dia dari nuthfah di dalam rahim, kemudian menjadi
segumpal darah, kemudian menjadi segumpal daging, kemujdian Allah menjadikan
tulang dan daging dan urat syaraf serta menciptakan anggota badan baginya.
Kemudian Alah memberinya pendengaran, penglihatan dan semua anggota badan,
kemudian Allah memudahkannya keluar sebagai janian dari dalam rahim ibunya, dan
memberinya ilham untuk menyusu ibunya, dan Allah menjadikannya pada awwal
kejadian dengan tanpa gigi gerigi kemudian Allah menumbuhkan gigi tersebut
untuknya, kemudian Allah menanggalkan gigi tersebut pada usia 7 tahun kemudian
Allah menumbuhkan kembali gigi tersebut. Kemudian Allah menjadikan keadaan
hambanya selalu berubah dari kecil kemudian tumbuh menjadi besar dan dari muda
berubah menjadi tua renta dan dari keadaan sehat berubah menjadi sakit.
Kemudian Alah menjadikan bagi hambaNya pada setiap hari mengalami tidur dan
jaga demikian pula rambutnya dan kuku-kukunya manakala ia tanggal maka akan
tumbuh lagi seperti semula.
Demikian pula malam dan siang yang selalu bergantian,
apabila hilang yang satu maka akan disusul dengan timbulnya yang lain. Demikian
pula dengan adanya matahari, rembulan, bintang-bintang dan awan dan hujan yang
semuanya datang dan pergi. Demikian pula bertafakur tentang rembulan yang
berkurang pada setiap malamnya, kemudian menjadi purnama, kemudian berkurang
kembali. Seperti itu pula pada gerhana matahari dan rembulan ketika hilang
cahayanya keudian cahaya itu kembali lagi. Kemudian berfikir tentang bumi yang
gersang lagi tandus maka Allah menumbuhkannya dengan
berbagai macam tanaman, kemudian Allah menghilangkan lagi tanaman tersebut
kemudian menumbuhkannya kembali. Maka kita akan dapat berkesimpulan bahwa Allah
Dzat yang mampu berbuat yang sedemikian ini tentu mampu untuk menghidupkan
sesuatu yang telah mati. Maka wajib bagi hamba untuk selalu bertafakur pada hal
yang demikian sehingga menjadi kuatlah imannya akan hari kebangkitan setelah
kematian, dan pula ia mengetahui bahwa Allah pasti membangkitkannya da membalas
segala amal perbuatannya. Maka dengan seberapa imannya dari hal yang demikian
yang membuat kita bersungguh-sungguh melaksanakan ta’at atau menjauhi ma’siyat.
Nashoihul Ibad - Al Alim Alamah Syaikhina Nawawi Al
Bantany.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda