Wahai anakku, berhati-hatilah dengan sifat dengki (hasud). Sebab, dengki merupakan seburuk-buruk sifat. Sifat inilah yang menghancurkan dan meluluh lantakkan rumah iblis, menjadikannya sebagai ahli neraka, serta dilaknat oleh Allah Swt., para malaikat, nabi, dan seluruh makhluk-Nya. Coba kamu renung kan, bagaimana mungkin orang yang berakal bersikap dengki, sementara ia sudah mendengar firman-Nya berikut:
“... Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia...." (QS. az-Zukhruf [43]: 32).
"Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad), lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?...." (QS. an- Nisaa' [4]: 54).
Dan, sabda Rasulullah Saw.:
' Kedengkian itu memakan kebaikan sebagaimana api meluluh-lantakkan kayu bakar."
(lihat dalam Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, al-Adab, al-Hasad, 4903. "Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, 'Hati-hatilah kalian dengan kedengkian, karena ia akan memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar." Atau. dalam lafazh lainnya disebutkan, "Rumput kering.*- Dengki ialah seorang hamba mengharapkan hilangnya nikmat dari orang lain, baik ia menginginkannya untuk dirinya sendiri maupun tidak. Hukumnya jelas haram, karena hal ini berarti menyematkan sifat zhalim kepada Allah Swt. Dalam bentuk majas, sifat ini juga digunakan untuk menyebut sifat dongkol, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Majah, dalam Sunan Ibni Majah, az-Zuhd, al-Hasad, nomor 8042. "Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud Ra., ia berkata, 'Rasulullah Saw. bersabda, 'Tidak ada kedengkian, kecuali dalam dua perkara, yakni seseorang yang diberikan harta oleh Allah Swt., kemudian ia menghabiskannya dalam kebenaran dan seseorang yang diberikan hikmah oleh-Nya, lalu ia menjalankannya dan mengajarkannya." Syekh Al-Munawi berkata dalam Faidh al-Qadir jilid 111/414, Al-Ghazali berkata, "Kedengkian itu merusak segala ketaatan serta membangkitkan berbagai kesalahan. Cukuplah bagimu tatkala Allah Swt. memerintahkanmu untuk berlindung dari kejahatan orang yang dengki sebagaimana disebutkan dalam firman- Nya, 'Dan, dari kejahatan pendengki bila ia dengki.' (QS. al-Falaq [113]: 5).")
Serta perkataan sebagian ulama, "Maha Besar Allah Swt. dalam hal kedengkian. Alangkah adilnya Dia. Sifat dengki muncul dari diri pelakunya, kemudian sifat itu membunuhnya." Orang yang dengki merupakan musuh Allah Swt., karena ia menggugat perbuatan-Nya dan penciptaan-Nya, kemudian berusaha menepis-Nya.
Aku zuhud dengan perkataanku ini terhadapmu dan semua yang ada di rumahmu; baik berupa barang, harta,
serta hadiah yang kamu terima. Selama aku masih beradadalam keadaan seperti itu, maka kamu bisa mendapatkan manfaat dari perkataanku, insya Allah.
Sebaliknya, selama pandangan orang yang berbicara masih berada pada imamah (kopiah), pakaian, dan saku, maka kamu tidak akan mendapatkan manfaat dari perkataannya; walaupun ia mengulang-ulangnya dan bersemangat menyampaikannya. Kamu tidak akan pernah mendapatkan manfaat dari perkataannya. Kata-katanya akan menjadi tong kosong yang nyaring bunyinya, tulang tanpa daging, pahit tanpa manis, serta gambar tanpa makna. Pembicaraan orang yang tamak tidak pernah lepas dari pelukan dan rayuan yang tidak berdasarkan kejujuran. Perkataan orang yang tamak (thami') sama dengan ketamakan, karena semua hurufnya kosong, yaitu tha’, mim, dan 'ain.
Wahai para hamba Allah Swt., jujurlah, kalian telah mendapatkan kemenangan. Orang yang jujur tidak akan mundur. Orang yang jujur dalam mengesakan-Nya tidak akan dikalahkan k oleh perkataan nafsu, hawa, dan setan. Orang yang jujur dalam mencintai-Nya tidak mendengar kata-kata pemecatan dan kata tersebut tidak akan masuk ke dalam telinganya. Orang yang jujur dalam mencintai-Nya, rasul-Nya, dan orang-orang yang shalih tidak akan menyerah karena perkataan orang-orang munafik yang tercela. Orang yang jujur mengenal orang yang jujur lainnya, sedangkan orang yang dusta mengenal pendusta lainnya. Cita-cita orang yang jujur berada di langit dan tidak terganggu oleh orang yang berkata, "Sesungguhnya, Allah Swt. menguasai segala urusan. Jika Dia menginginkanmu untuk suatu urusan, maka Dia akan mempersiapkanmu untuk melakukannya."
Wahai anakku, bila kamu memiliki ilmu dan keberkahannya, maka kamu tidak akan berjalan mendekati pintu para penguasa untuk nendapatkan bagian nafsu dan syahwatmu. Orang yang alim tidak memiliki dua kaki yangg digunakan mtuk melangkah menuju pintu para penguasa dan makhluk. Orang yang zuhud tidak akan tunduk kepada keduanya. Orang yang mencintai Allah Swt. tidak memiliki dua bola mata yang digunakan untuk melihat selain-Nya. Orang yang mencintai-Nya dengan sungguh-sungguh, jika bertemu dengan semua makhluk, ia tidak melihat apa pun, selain-Nya. Dunia tidak menjadi berarti di depan mata kepalanya dan akhirat tidak tampak besar pada kedua mata hatinya. Selain Penguasanya? tidak ada yang terlihat besar pida relung hatinya.
Teriakan minta tolong seorang munafik berasal dari lisan dan kepalanya. Sedangkan, teriakan minta tolong orang yang jujur berasal dari hati dan relung jiwanya; hanya berada di pintu Tuhannya serta relung jiwanya berada di dalamnya. Orang , yang jujur akan terus berteriak di di deapn pintu itu sampai ia bisa memasuki rumah-Nya. Demi Allah, kamu telah berdusta dalam segala keadaanmu. Kamu tidak mengenal jalan menuju pintu-Nya, maka bagaimana bisa kamu akan menunjukkan orang lain, padahal kamu buta? Bagaimana kamu dapat menuntun orang lain, sementara hawa dan tabiatmu mengikuti nafsumu dan mencintai kedudukanmu, serta syahwatmu sudah membutakanmu?
Celakalah dirimu, kamu ingin kekal di dunia, padahal dunia bukanlah sesuatu yang beradadi bawah kekuasaanmu. Kapankah kamu akan mendapatkan petunjuk menuju pintu Tuhanmu? Kapankah kamu akan mendahulukan akhirat daripada dunia? Kapankah kamu akan mendahulukan Al-Khaliq 'Azza wa Jalla daripada makhluk? Kapankah kamu mendahulukan shalat daripada menjaga toko? Kapankah kamu mendahulukan orang yang meminta-minta daripada dirimu sendiri? Kapankah kamu menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya? Kapankah kamu bersabar menghadapi bahaya-bahaya yang menghampirimu karena hawa dan kebiasaanmu? Kapankah kamu mendahulukan menyambut seruan-Nya daripada seruan makhluk-Nya?
Wahai anakku, jadilah orang yang berakal, walaupun kamu berada di dunia yang hampir gila. Mendekatlah kepadaku selama maksiat-maksiat itu masih berada di punggungmu sebelum sampai ke hatimu, hingga kamu terbiasa melakukannya, lalu dari biasa menjadi kekufuran. Kenalilah perkara itu. Jagalah yang banyak dengan yang sedikit. Rasulullah Saw. bersabda:
"Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak ada dosanya; walaupun ia mengulangi perbuatan dosa itu sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari. "
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan Ibni Majah, az-Zuhd, Dzikr at-Taubah, 4250, dari Abu Ubaidullah bin Abdullah dari bapaknya. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ad-Dailami dalam Al-Firdaus, 2432 dari Anas Ra., ia berkata, "Rasulullah Saw. bersabda, 'Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa. lika Allah Swt. mencintai seorang hamba, maka dosa apa pun tidak akan memudharatkannya." Az-Zubaidi berkata dalam Ithaf as-Sadah al-Muttaqin jilid IV/506 seraya menambahkan hadits tersebut dengan membacakan firman-Nya sebagaimana berikut:
“... Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri." (QS. al-Baqarah [2]: 222).)
Jika kamu mendengar sabda Rasulullah Saw., kemudian mengamalkannya dengan baik, yaitu dengan mengikuti para sahabat beliau, maka kamu telah memberikan hatimu kepada- Nya dan mendengarkan firman-Nya. Barang siapa yang berhasil mewujudkan ketaatan dan ubudiyah kepada-Nya, maka ia memiliki kemampuan untuk mendengarkan firman-Nya.
Ingatlah pada kisah Nabi Musa As. saat menghampiri kaumnya dengan membawa Taurat yang mengandung perintah dan larangan. Lalu, mereka berkata kepadanya, "Kami tidak akan menerima-Nya sampai kami melihat wajah-Nya." Kemudian, ia menjawab, "Dia tidak memperlihatkan wajah- Nya kepadaku, maka bagaimana mungkin aku dapat mem- perlihatkan-Nya kepada kalian." Lalu, mereka berkata, "Jika kamu tidak bisa memperlihatkan wajah-Nya kepada kami, maka perdengarkanlah firman-Nya kepada kami." Setelah itu, Allah Swt. memberikan wahyu kepadanya, "Bila mereka ingin mendengarkan firman-Ku, hendaklah mereka berpuasa selama tiga hari. Setelah itu, pada hari keempat, mereka harus bersuci, kemudian memakai pakaian yang baru dan suci. Lalu, datanglah bersama mereka, agar mereka dapat mendengarkan perkataan-Ku."
Kemudian, Nabi Musa As. memberitahukan wahyu tersebut kepada mereka, dan mereka pun melakukannya. Setelah itu, mereka datang ke tempat ia bermunajat kepada Allah Swt., yaitu di sebuah bukit. Ia memilih tujuh puluh orang kaumnya dari kalangan para ulama dan orang yang zuhud. Kemudian, Allah Swt. berbicara kepada mereka. Lantas, semuanya meninggal dunia, hanya tinggal ia sendirian. Lalu, ia berkata, "Wahai Allah, Engkau telah mewafatkan umat terbaikku." Ia pun hanya bisa menangis.
Dan As-Suyuthi dalam Al-Fath al-Kabir jilid 111/11 menuturkan dari Salman Ra.,
*Tidak ada sesuatu pun yang lebih dicintai oleh Allah Swt. melebihi seorang pemuda yang bertaubat . Dan, tidak ada sesuatu pun yang lebih dibenci oleh-Nya melebihi seorang tua yang masih bermaksiat Tidaklah ada suatu kebaikan pun yang lebih dicintai oleh-Nya daripada kebaikan yang dilakukan pada malam Jum'at atau pada hari Jum'at. Dan, tidak ada suatu dosa yang lebih dibenci oleh-Nya melebihi dosa yang dilakukan pada malam Jum'at atau pada hari jum'at." Al-Qusyairi berkata dalam Ar-Risalah, "Taubat adalah jenjang pertama para salikin (orang-orang yang melangkah menuju kepada-Nya) dan maqam pertama para thalibin (para pencari-Nya).*
Setelah itu, Allah Swt. merahmati tangisan Nabi Musa As. tersebut dan menghidupkan mereka kembali. Lalu, mereka berkata, "Wahai Musa, kami tidak mampu mendengarkan firman Allah Swt. Maka dari itu, jadilah kamu perantara di antara kami dan Dia." Kemudian, Dia berbicara kepadanya, dan ia menyampaikannya kepada mereka serta mengulang lagi firman-Nya.(Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, jilid 1/289)
Ia mampu mendengarkan firman-Nya, karena kekuatan imannya serta berhasil mewujudkan ketaatan dan ubudiyah kepada-Nya. Sedangkan, mereka tidak mampu mendengarkan firman-Nya lantaran lemahnya iman mereka. Andai saja mereka menerima ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Taurat, menaati perintah dan larangan yang ada di dalamnya, serta beradab dan tidak asal berbicara, maka mereka akan mampu mendengarkan firman-Nya.
Wahai anakku, berusahalah secara maksimal dalam menaati Tuhanmu. Berusahalah memberi kepada orang yang tidak memberimu, berhubungan dengan orang yang memutuskan silaturahmi kepadamu, dan memaafkan orang yang men-zhalimimu. Berusahalah agar badanmu bersama para hamba dan hatimu bersama Tuhan seluruh hamba. Berusahalah untuk jujur dan jangan berdusta. Berusahalah untuk ikhlas serta tidak munafik. Luqman al-Hakim berkata, "Wahai anakku, janganlah memperlihatkan kepada manusia bahwa kamu bertakwa kepada Allah Swt., sedangkan hatimu bermaksiat."
Celakalah dirimu, janganlah kamu menjadi orang yang memiliki dua wajah, dua lisan, dan dua perbuatan. Aku diberikan kekuasaan terhadap setiap pendusta, munafik, dan Dajjal. Aku diberikan kekuasaan terhadap setiap orang yang bermaksiat kepada-Nya. Adapun kelompok yang paling besar maksiatnya adalah iblis dan yang paling kecil adalah orang fasik. Aku diberikan kekuasaan untuk memerangi setiap yang sesat dan menyesatkan, serta menyerukan kebatilan dengan memohon bantuan seraya berseru, "Tiada daya dan upaya, kecuali di tangan Allah Yang Maha Agung lagi Maha Mulia.'
Ya Allah, limpahkanlah taufiq kepada kami terhadap sesuatu yang Engkau ridhai. Berikanlah kami kebaikan di dunia dan akhirat, dan jagalah kami dari azab neraka.
“... Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia...." (QS. az-Zukhruf [43]: 32).
"Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad), lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?...." (QS. an- Nisaa' [4]: 54).
Dan, sabda Rasulullah Saw.:
' Kedengkian itu memakan kebaikan sebagaimana api meluluh-lantakkan kayu bakar."
(lihat dalam Abu Dawud, Sunan Abi Dawud, al-Adab, al-Hasad, 4903. "Diriwayatkan dari Abu Hurairah Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda, 'Hati-hatilah kalian dengan kedengkian, karena ia akan memakan kebaikan, sebagaimana api memakan kayu bakar." Atau. dalam lafazh lainnya disebutkan, "Rumput kering.*- Dengki ialah seorang hamba mengharapkan hilangnya nikmat dari orang lain, baik ia menginginkannya untuk dirinya sendiri maupun tidak. Hukumnya jelas haram, karena hal ini berarti menyematkan sifat zhalim kepada Allah Swt. Dalam bentuk majas, sifat ini juga digunakan untuk menyebut sifat dongkol, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Majah, dalam Sunan Ibni Majah, az-Zuhd, al-Hasad, nomor 8042. "Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud Ra., ia berkata, 'Rasulullah Saw. bersabda, 'Tidak ada kedengkian, kecuali dalam dua perkara, yakni seseorang yang diberikan harta oleh Allah Swt., kemudian ia menghabiskannya dalam kebenaran dan seseorang yang diberikan hikmah oleh-Nya, lalu ia menjalankannya dan mengajarkannya." Syekh Al-Munawi berkata dalam Faidh al-Qadir jilid 111/414, Al-Ghazali berkata, "Kedengkian itu merusak segala ketaatan serta membangkitkan berbagai kesalahan. Cukuplah bagimu tatkala Allah Swt. memerintahkanmu untuk berlindung dari kejahatan orang yang dengki sebagaimana disebutkan dalam firman- Nya, 'Dan, dari kejahatan pendengki bila ia dengki.' (QS. al-Falaq [113]: 5).")
Serta perkataan sebagian ulama, "Maha Besar Allah Swt. dalam hal kedengkian. Alangkah adilnya Dia. Sifat dengki muncul dari diri pelakunya, kemudian sifat itu membunuhnya." Orang yang dengki merupakan musuh Allah Swt., karena ia menggugat perbuatan-Nya dan penciptaan-Nya, kemudian berusaha menepis-Nya.
Aku zuhud dengan perkataanku ini terhadapmu dan semua yang ada di rumahmu; baik berupa barang, harta,
serta hadiah yang kamu terima. Selama aku masih beradadalam keadaan seperti itu, maka kamu bisa mendapatkan manfaat dari perkataanku, insya Allah.
Sebaliknya, selama pandangan orang yang berbicara masih berada pada imamah (kopiah), pakaian, dan saku, maka kamu tidak akan mendapatkan manfaat dari perkataannya; walaupun ia mengulang-ulangnya dan bersemangat menyampaikannya. Kamu tidak akan pernah mendapatkan manfaat dari perkataannya. Kata-katanya akan menjadi tong kosong yang nyaring bunyinya, tulang tanpa daging, pahit tanpa manis, serta gambar tanpa makna. Pembicaraan orang yang tamak tidak pernah lepas dari pelukan dan rayuan yang tidak berdasarkan kejujuran. Perkataan orang yang tamak (thami') sama dengan ketamakan, karena semua hurufnya kosong, yaitu tha’, mim, dan 'ain.
Wahai para hamba Allah Swt., jujurlah, kalian telah mendapatkan kemenangan. Orang yang jujur tidak akan mundur. Orang yang jujur dalam mengesakan-Nya tidak akan dikalahkan k oleh perkataan nafsu, hawa, dan setan. Orang yang jujur dalam mencintai-Nya tidak mendengar kata-kata pemecatan dan kata tersebut tidak akan masuk ke dalam telinganya. Orang yang jujur dalam mencintai-Nya, rasul-Nya, dan orang-orang yang shalih tidak akan menyerah karena perkataan orang-orang munafik yang tercela. Orang yang jujur mengenal orang yang jujur lainnya, sedangkan orang yang dusta mengenal pendusta lainnya. Cita-cita orang yang jujur berada di langit dan tidak terganggu oleh orang yang berkata, "Sesungguhnya, Allah Swt. menguasai segala urusan. Jika Dia menginginkanmu untuk suatu urusan, maka Dia akan mempersiapkanmu untuk melakukannya."
Wahai anakku, bila kamu memiliki ilmu dan keberkahannya, maka kamu tidak akan berjalan mendekati pintu para penguasa untuk nendapatkan bagian nafsu dan syahwatmu. Orang yang alim tidak memiliki dua kaki yangg digunakan mtuk melangkah menuju pintu para penguasa dan makhluk. Orang yang zuhud tidak akan tunduk kepada keduanya. Orang yang mencintai Allah Swt. tidak memiliki dua bola mata yang digunakan untuk melihat selain-Nya. Orang yang mencintai-Nya dengan sungguh-sungguh, jika bertemu dengan semua makhluk, ia tidak melihat apa pun, selain-Nya. Dunia tidak menjadi berarti di depan mata kepalanya dan akhirat tidak tampak besar pada kedua mata hatinya. Selain Penguasanya? tidak ada yang terlihat besar pida relung hatinya.
Teriakan minta tolong seorang munafik berasal dari lisan dan kepalanya. Sedangkan, teriakan minta tolong orang yang jujur berasal dari hati dan relung jiwanya; hanya berada di pintu Tuhannya serta relung jiwanya berada di dalamnya. Orang , yang jujur akan terus berteriak di di deapn pintu itu sampai ia bisa memasuki rumah-Nya. Demi Allah, kamu telah berdusta dalam segala keadaanmu. Kamu tidak mengenal jalan menuju pintu-Nya, maka bagaimana bisa kamu akan menunjukkan orang lain, padahal kamu buta? Bagaimana kamu dapat menuntun orang lain, sementara hawa dan tabiatmu mengikuti nafsumu dan mencintai kedudukanmu, serta syahwatmu sudah membutakanmu?
Celakalah dirimu, kamu ingin kekal di dunia, padahal dunia bukanlah sesuatu yang beradadi bawah kekuasaanmu. Kapankah kamu akan mendapatkan petunjuk menuju pintu Tuhanmu? Kapankah kamu akan mendahulukan akhirat daripada dunia? Kapankah kamu akan mendahulukan Al-Khaliq 'Azza wa Jalla daripada makhluk? Kapankah kamu mendahulukan shalat daripada menjaga toko? Kapankah kamu mendahulukan orang yang meminta-minta daripada dirimu sendiri? Kapankah kamu menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya? Kapankah kamu bersabar menghadapi bahaya-bahaya yang menghampirimu karena hawa dan kebiasaanmu? Kapankah kamu mendahulukan menyambut seruan-Nya daripada seruan makhluk-Nya?
Wahai anakku, jadilah orang yang berakal, walaupun kamu berada di dunia yang hampir gila. Mendekatlah kepadaku selama maksiat-maksiat itu masih berada di punggungmu sebelum sampai ke hatimu, hingga kamu terbiasa melakukannya, lalu dari biasa menjadi kekufuran. Kenalilah perkara itu. Jagalah yang banyak dengan yang sedikit. Rasulullah Saw. bersabda:
"Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak ada dosanya; walaupun ia mengulangi perbuatan dosa itu sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari. "
(Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan Ibni Majah, az-Zuhd, Dzikr at-Taubah, 4250, dari Abu Ubaidullah bin Abdullah dari bapaknya. Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh Ad-Dailami dalam Al-Firdaus, 2432 dari Anas Ra., ia berkata, "Rasulullah Saw. bersabda, 'Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa. lika Allah Swt. mencintai seorang hamba, maka dosa apa pun tidak akan memudharatkannya." Az-Zubaidi berkata dalam Ithaf as-Sadah al-Muttaqin jilid IV/506 seraya menambahkan hadits tersebut dengan membacakan firman-Nya sebagaimana berikut:
“... Sesungguhnya, Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri." (QS. al-Baqarah [2]: 222).)
Jika kamu mendengar sabda Rasulullah Saw., kemudian mengamalkannya dengan baik, yaitu dengan mengikuti para sahabat beliau, maka kamu telah memberikan hatimu kepada- Nya dan mendengarkan firman-Nya. Barang siapa yang berhasil mewujudkan ketaatan dan ubudiyah kepada-Nya, maka ia memiliki kemampuan untuk mendengarkan firman-Nya.
Ingatlah pada kisah Nabi Musa As. saat menghampiri kaumnya dengan membawa Taurat yang mengandung perintah dan larangan. Lalu, mereka berkata kepadanya, "Kami tidak akan menerima-Nya sampai kami melihat wajah-Nya." Kemudian, ia menjawab, "Dia tidak memperlihatkan wajah- Nya kepadaku, maka bagaimana mungkin aku dapat mem- perlihatkan-Nya kepada kalian." Lalu, mereka berkata, "Jika kamu tidak bisa memperlihatkan wajah-Nya kepada kami, maka perdengarkanlah firman-Nya kepada kami." Setelah itu, Allah Swt. memberikan wahyu kepadanya, "Bila mereka ingin mendengarkan firman-Ku, hendaklah mereka berpuasa selama tiga hari. Setelah itu, pada hari keempat, mereka harus bersuci, kemudian memakai pakaian yang baru dan suci. Lalu, datanglah bersama mereka, agar mereka dapat mendengarkan perkataan-Ku."
Kemudian, Nabi Musa As. memberitahukan wahyu tersebut kepada mereka, dan mereka pun melakukannya. Setelah itu, mereka datang ke tempat ia bermunajat kepada Allah Swt., yaitu di sebuah bukit. Ia memilih tujuh puluh orang kaumnya dari kalangan para ulama dan orang yang zuhud. Kemudian, Allah Swt. berbicara kepada mereka. Lantas, semuanya meninggal dunia, hanya tinggal ia sendirian. Lalu, ia berkata, "Wahai Allah, Engkau telah mewafatkan umat terbaikku." Ia pun hanya bisa menangis.
Dan As-Suyuthi dalam Al-Fath al-Kabir jilid 111/11 menuturkan dari Salman Ra.,
*Tidak ada sesuatu pun yang lebih dicintai oleh Allah Swt. melebihi seorang pemuda yang bertaubat . Dan, tidak ada sesuatu pun yang lebih dibenci oleh-Nya melebihi seorang tua yang masih bermaksiat Tidaklah ada suatu kebaikan pun yang lebih dicintai oleh-Nya daripada kebaikan yang dilakukan pada malam Jum'at atau pada hari Jum'at. Dan, tidak ada suatu dosa yang lebih dibenci oleh-Nya melebihi dosa yang dilakukan pada malam Jum'at atau pada hari jum'at." Al-Qusyairi berkata dalam Ar-Risalah, "Taubat adalah jenjang pertama para salikin (orang-orang yang melangkah menuju kepada-Nya) dan maqam pertama para thalibin (para pencari-Nya).*
Setelah itu, Allah Swt. merahmati tangisan Nabi Musa As. tersebut dan menghidupkan mereka kembali. Lalu, mereka berkata, "Wahai Musa, kami tidak mampu mendengarkan firman Allah Swt. Maka dari itu, jadilah kamu perantara di antara kami dan Dia." Kemudian, Dia berbicara kepadanya, dan ia menyampaikannya kepada mereka serta mengulang lagi firman-Nya.(Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa an-Nihayah, jilid 1/289)
Ia mampu mendengarkan firman-Nya, karena kekuatan imannya serta berhasil mewujudkan ketaatan dan ubudiyah kepada-Nya. Sedangkan, mereka tidak mampu mendengarkan firman-Nya lantaran lemahnya iman mereka. Andai saja mereka menerima ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Taurat, menaati perintah dan larangan yang ada di dalamnya, serta beradab dan tidak asal berbicara, maka mereka akan mampu mendengarkan firman-Nya.
Wahai anakku, berusahalah secara maksimal dalam menaati Tuhanmu. Berusahalah memberi kepada orang yang tidak memberimu, berhubungan dengan orang yang memutuskan silaturahmi kepadamu, dan memaafkan orang yang men-zhalimimu. Berusahalah agar badanmu bersama para hamba dan hatimu bersama Tuhan seluruh hamba. Berusahalah untuk jujur dan jangan berdusta. Berusahalah untuk ikhlas serta tidak munafik. Luqman al-Hakim berkata, "Wahai anakku, janganlah memperlihatkan kepada manusia bahwa kamu bertakwa kepada Allah Swt., sedangkan hatimu bermaksiat."
Celakalah dirimu, janganlah kamu menjadi orang yang memiliki dua wajah, dua lisan, dan dua perbuatan. Aku diberikan kekuasaan terhadap setiap pendusta, munafik, dan Dajjal. Aku diberikan kekuasaan terhadap setiap orang yang bermaksiat kepada-Nya. Adapun kelompok yang paling besar maksiatnya adalah iblis dan yang paling kecil adalah orang fasik. Aku diberikan kekuasaan untuk memerangi setiap yang sesat dan menyesatkan, serta menyerukan kebatilan dengan memohon bantuan seraya berseru, "Tiada daya dan upaya, kecuali di tangan Allah Yang Maha Agung lagi Maha Mulia.'
Ya Allah, limpahkanlah taufiq kepada kami terhadap sesuatu yang Engkau ridhai. Berikanlah kami kebaikan di dunia dan akhirat, dan jagalah kami dari azab neraka.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda