SYEKH Nuruddin, penulis kitab Balijat al-Asrar, mengatakan, Abui Ma'ali Ahmad dan Muhammad, ayahku, Ali bin Muhammad bin Abdur Razzaq bin Isa al-Hilali al-Baghdadi bercerita pada saya. Beliau berkata, Al-Qadhi Abu Saleh Nashr bin Abdur Razzaq bin Sayyid Syekh Abdul Qadir al-Jaylany bin Shalih Junki Dausat bin Abdullah bin Yahya az-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullah bin al- Hasan bin al-Hasan bin Ali bin Abu Thalib radhiyallahu anhu. menyampaikan kabar, "Aku berkata, Abdur Razzaq, putra Syekh Abdul Qadir, termasuk orang yang dapat dipercaya (tsiqah). Putra 'Abdur Razzaq, Abu Saleh Nashr, juga termasuk orang yang tsiqah dan sanad riwayatnya dapat diterima."
Kita memiliki banyak riwayat yang menceritakan keagungan peristiwa kelahiran Syekh Abdul Qadir. Ibnu An-Najjar berkata, Syekh Abdul Qadir lahir pada tahun 471 H. Sementara para sejarawan lainnya mengatakan, bahwa Syekh Abdul Qadir lahir pada tahun 470-an. Syekh Abdul Qadir sendiri sempat ditanya tentang masa kelahirannya, beliau menjawab, "Saya tidak tahu tahun berapa tepatnya saya dilahirkan. Akan tetapi saya datang ke Baghdad pada usia delapan belas tahun. Pada tahun itu An-Namimi meninggal dunia (seorang ulama madzhab Hanbali yang memiliki nama lengkap Rizqullah bin Abdul Wahhab)."
Syekh An-Namimi wafat pada bulan Jumadil Awwal tahun 488 H. Ibu Syekh Abdul Qadir bernama Fathimah, yang akrab dipanggil Ummu al-Jabbar, dan bergelar Ummu al-Khair. Al- Yunaiti berkata, "Ummul Khair adalah orang yang sangat baik dan salehah." Abu Sa'id Al-Hasyimi berkata, "Ummu al-Khair adalah pemuka orang-orang salehah. Ummu al- Khair adalah putri seorang Syekh yang zuhud, Abu Abdullah ash-Shauma'i, dan seorang putri yang baik dan salehah." As- Syanthufi menyampaikan sebuah riwayat dari jalur Syekh Al- Arif Muhammad ar-Rabbani al-Qazwini bahwa Ash-Shauma'i adalah salah satu guru paling agung yang pernah dijumpainya, doa-doanya cepat terkabulkan, salah satu Syekh dan pemuka agama dari kawasan Kailan. Jika ada seseorang yang membuat Syekh ash-Shauma'i ini marah besar, maka orang tersebut segera ditimpa musibah. Beliau adalah seorang yang memiliki banyak karamali.
Musa al-Yunaiti juga menuturkan jalur nasab di atas dengan sanad dari Syekh Mufarraj bin Syihab, as-Syanthufi menuturkan bahwa pada suatu hari ia berada di majlis taklim Syekh Abdul Q3dir radhiyallahu 'anhu. Pada saat itu beliau sedang berpidato, namun tiba-tiba berhenti bicara dan kelopak matanya mengucurkan air mata. Beliau berkata, "Ibuku telah meninggal dunia". Mufarraj bin Syihab pun berkata, "Kami pun segera mencatat peristiwa itu. Dan beberapa waktu kemudian ada berita yang sampai pada kami bahwa ibu Syekh Abdul Qadir memang meninggal pada hari itu. Sedangkan saudara laki-laki Syekh meninggal dunia pada usia remaja, ayahnya meninggal dunia ketika beliau masih kecil, sehingga hanya ibunya sendiri yang menanggung hidupnya. As-Syanthufi menyampaikan riwayat dengan sanad dari Nashr bin Abdur Razzaq, ia berkata, "Aku mendengar para pemuka agama 'ajami (non-Arab) menerima kabar dari ayah-ayah mereka, bahwa Syekh Abdul Qadir radhiyallahu 'anhu tidak menetek pada susu ibunya di bulan Ramadan." Dalam riwayat lain, terdapat tambahan informasi bahwa pada waktu itu Hilal sedang tertutup awan. Orang-orang bertanya pada ibunya Syekh Abdul Qadir, lalu sang ibu berkata bahwa pada hari itu Abdul Q3dir kecil tidak menetek pada susunya. Dari sanalah orang-orang tahu bahwa hari itu sudah memasuki bulan Ramadan. Asy- Syanthufi menambahkan, bahwa sejak saat itulah Abdul Q3dir dikenal sebagai bayi yang memiliki keutamaan, bayi yang tidak menetek pada bulan Ramadan. Beliau memiliki seorang bibi bernama Aisyah Salehah.
Sifat dan Akhlak Syekh Abdul Qadir radhiyallahu 'anhu
Syekh Al-Muwaffiq berkata, "Syekh Abdul QSdir bertubuh kurus, tinggi semampai, dada lebar, jenggot panjang, alis mata yang hitam, suaranya tegas." Ibrahim bin Sa'id ad-Dari berkata, "Abdul Qadir mengenakan pakaian seorang ulama besar, dan mengendarai keledai."
Kita memiliki banyak riwayat yang menceritakan keagungan peristiwa kelahiran Syekh Abdul Qadir. Ibnu An-Najjar berkata, Syekh Abdul Qadir lahir pada tahun 471 H. Sementara para sejarawan lainnya mengatakan, bahwa Syekh Abdul Qadir lahir pada tahun 470-an. Syekh Abdul Qadir sendiri sempat ditanya tentang masa kelahirannya, beliau menjawab, "Saya tidak tahu tahun berapa tepatnya saya dilahirkan. Akan tetapi saya datang ke Baghdad pada usia delapan belas tahun. Pada tahun itu An-Namimi meninggal dunia (seorang ulama madzhab Hanbali yang memiliki nama lengkap Rizqullah bin Abdul Wahhab)."
Syekh An-Namimi wafat pada bulan Jumadil Awwal tahun 488 H. Ibu Syekh Abdul Qadir bernama Fathimah, yang akrab dipanggil Ummu al-Jabbar, dan bergelar Ummu al-Khair. Al- Yunaiti berkata, "Ummul Khair adalah orang yang sangat baik dan salehah." Abu Sa'id Al-Hasyimi berkata, "Ummu al-Khair adalah pemuka orang-orang salehah. Ummu al- Khair adalah putri seorang Syekh yang zuhud, Abu Abdullah ash-Shauma'i, dan seorang putri yang baik dan salehah." As- Syanthufi menyampaikan sebuah riwayat dari jalur Syekh Al- Arif Muhammad ar-Rabbani al-Qazwini bahwa Ash-Shauma'i adalah salah satu guru paling agung yang pernah dijumpainya, doa-doanya cepat terkabulkan, salah satu Syekh dan pemuka agama dari kawasan Kailan. Jika ada seseorang yang membuat Syekh ash-Shauma'i ini marah besar, maka orang tersebut segera ditimpa musibah. Beliau adalah seorang yang memiliki banyak karamali.
Musa al-Yunaiti juga menuturkan jalur nasab di atas dengan sanad dari Syekh Mufarraj bin Syihab, as-Syanthufi menuturkan bahwa pada suatu hari ia berada di majlis taklim Syekh Abdul Q3dir radhiyallahu 'anhu. Pada saat itu beliau sedang berpidato, namun tiba-tiba berhenti bicara dan kelopak matanya mengucurkan air mata. Beliau berkata, "Ibuku telah meninggal dunia". Mufarraj bin Syihab pun berkata, "Kami pun segera mencatat peristiwa itu. Dan beberapa waktu kemudian ada berita yang sampai pada kami bahwa ibu Syekh Abdul Qadir memang meninggal pada hari itu. Sedangkan saudara laki-laki Syekh meninggal dunia pada usia remaja, ayahnya meninggal dunia ketika beliau masih kecil, sehingga hanya ibunya sendiri yang menanggung hidupnya. As-Syanthufi menyampaikan riwayat dengan sanad dari Nashr bin Abdur Razzaq, ia berkata, "Aku mendengar para pemuka agama 'ajami (non-Arab) menerima kabar dari ayah-ayah mereka, bahwa Syekh Abdul Qadir radhiyallahu 'anhu tidak menetek pada susu ibunya di bulan Ramadan." Dalam riwayat lain, terdapat tambahan informasi bahwa pada waktu itu Hilal sedang tertutup awan. Orang-orang bertanya pada ibunya Syekh Abdul Qadir, lalu sang ibu berkata bahwa pada hari itu Abdul Q3dir kecil tidak menetek pada susunya. Dari sanalah orang-orang tahu bahwa hari itu sudah memasuki bulan Ramadan. Asy- Syanthufi menambahkan, bahwa sejak saat itulah Abdul Q3dir dikenal sebagai bayi yang memiliki keutamaan, bayi yang tidak menetek pada bulan Ramadan. Beliau memiliki seorang bibi bernama Aisyah Salehah.
Sifat dan Akhlak Syekh Abdul Qadir radhiyallahu 'anhu
Syekh Al-Muwaffiq berkata, "Syekh Abdul QSdir bertubuh kurus, tinggi semampai, dada lebar, jenggot panjang, alis mata yang hitam, suaranya tegas." Ibrahim bin Sa'id ad-Dari berkata, "Abdul Qadir mengenakan pakaian seorang ulama besar, dan mengendarai keledai."
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda