Dalam kitab Mir'at az-Zaman, Ibnu Al-Jauzi menyebutkan, banyak fatwa berdatangan kepada Syekh Abdul Qadir dari seluruh penjuru Irak dan negara-negara lainnya. Setiap ada fatwa yang didengarnya, beliau segera mencatatnya, setelah terlebih dahulu membacanya tanpa harus memikirkan kebenarannya. Syekh Abdul Qadir mengeluarkan fatwa berdasarkan madzhab Imam as-Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hambal. Setiap jawaban atas permasalahan tersebut ditunjukkan kepada para ulama, dan mereka takjub atas kecepatan pikiran Syekh Abdul Qadir dalam menjawabnya. Setiap bidang ilmu pengetahuan yang didalami oleh sahabat-sahabatnya, Syekh Abdul Qadir lebih menguasai dibanding mereka, sehingga beliau jauh lebih pandai dibanding seluruh sahabatnya, dan mereka senantiasa butuh kepadanya. Ada sebuah riwayat yang datang dari para pemuka agama, bahwa Syekh Abdul Qadir menguasai tiga belas macam ilmu pengetahuan. Di madrasahnya, Syekh Abdul Qadir mengajar tafsir, hadis, fikih, dan perbedaan madzhab. Di samping itu, banyak muridnya yang belajar membaca al-Qur'an dengan beragam versi bacaan, yang dilaksanakan selepas shalat zhuhur.
Abdur Razzaq, putra Syekh Abdul Qadir, berkata, "Pada suatu hari ada sebuah pertanyaan hukum yang datang dari negeri lain. Pertanyaan itu disampaikan kepada seluruh ulama Irak, namun tidak ada seorang pun yang mampu memberikan jawaban. Permasalahannya adalah, seorang laki-laki bersumpah dengan sumpah talak tiga bahwa dirinya akan beribadah kepada Allah dengan satu jenis ibadah khusus, yang tidak pernah dilakukan orang lain saat berhubungan dengan istrinya. Permasalahan itu kemudian diceritakan kepada ayahku, dan beliau segera mencatatnya. Kemudian beliau mengerjakan thawaf sendirian selama satu minggu. Tetapi tiba-tiba tangan kanannya terbuka, dan orang yang meminta fatwa itu tidak lagi kelihatan di Baghdad."
Dari Hidhir bin Abui Abbas, dari ayahnya, ia berkata, "Pada suatu malam, tahun 550, aku bermimpi berada di madrasah asuhan Syekh Abdul Qadir radhiyallahu anhu. Di sana tampak sebuah tempat yang sangat luas. Di kanan dan kiri tempat itu adalah samudera. Syekh Abdul Qadir sendiri berada di tengah-tengah, dan orang-orang mengelilinginya. Sebagian dari mereka ada yang mengenakan surban biasa, surban dengan satu ujung yang menjuntai, dua juntaian, dan ada pula yang mengenakan surban dengan tiga ujung juntaian." Syekh Ali mengatakan, "Aku berziarah ke makam Imam Ahmad radhiyallahu anhu. Beliau keluar dari dalam kubur dan merangkul Syekh Abdul Qadir, dan memberinya pakaian. Imam Ahmad berkata kepadanya, 'Orang-orang membutuhkanmu untuk belajar ilmu syariat juga ilmu hakikat."'
Syekh Umar berkata, "Suatu malam aku memanggil Jin untuk datang dengan membacakan mantra-mantra. Namun mereka terlambat datang. Beberapa waktu kemudian jin-jin datang dan berkata, “Jangan kauulangi lagi memanggil kami pada saat kami berada di majelis taklimnya Syekh Abdul Qadir.” Aku bertanya kepada jin-jin itu, 'Apakah kalian juga ikut hadir di majelis taklimnya Syekh Abdul Qadir?' Jin-jin itu menjawab, 'Ya. Demi Allah, sebagian dari golongan kami ada yang masuk Islam di hadapannya, dan sebagian lagi ada yang meninggal.'"
Abdur Razzaq, putra Syekh Abdul Qadir, berkata, "Pada suatu hari ada sebuah pertanyaan hukum yang datang dari negeri lain. Pertanyaan itu disampaikan kepada seluruh ulama Irak, namun tidak ada seorang pun yang mampu memberikan jawaban. Permasalahannya adalah, seorang laki-laki bersumpah dengan sumpah talak tiga bahwa dirinya akan beribadah kepada Allah dengan satu jenis ibadah khusus, yang tidak pernah dilakukan orang lain saat berhubungan dengan istrinya. Permasalahan itu kemudian diceritakan kepada ayahku, dan beliau segera mencatatnya. Kemudian beliau mengerjakan thawaf sendirian selama satu minggu. Tetapi tiba-tiba tangan kanannya terbuka, dan orang yang meminta fatwa itu tidak lagi kelihatan di Baghdad."
Dari Hidhir bin Abui Abbas, dari ayahnya, ia berkata, "Pada suatu malam, tahun 550, aku bermimpi berada di madrasah asuhan Syekh Abdul Qadir radhiyallahu anhu. Di sana tampak sebuah tempat yang sangat luas. Di kanan dan kiri tempat itu adalah samudera. Syekh Abdul Qadir sendiri berada di tengah-tengah, dan orang-orang mengelilinginya. Sebagian dari mereka ada yang mengenakan surban biasa, surban dengan satu ujung yang menjuntai, dua juntaian, dan ada pula yang mengenakan surban dengan tiga ujung juntaian." Syekh Ali mengatakan, "Aku berziarah ke makam Imam Ahmad radhiyallahu anhu. Beliau keluar dari dalam kubur dan merangkul Syekh Abdul Qadir, dan memberinya pakaian. Imam Ahmad berkata kepadanya, 'Orang-orang membutuhkanmu untuk belajar ilmu syariat juga ilmu hakikat."'
Syekh Umar berkata, "Suatu malam aku memanggil Jin untuk datang dengan membacakan mantra-mantra. Namun mereka terlambat datang. Beberapa waktu kemudian jin-jin datang dan berkata, “Jangan kauulangi lagi memanggil kami pada saat kami berada di majelis taklimnya Syekh Abdul Qadir.” Aku bertanya kepada jin-jin itu, 'Apakah kalian juga ikut hadir di majelis taklimnya Syekh Abdul Qadir?' Jin-jin itu menjawab, 'Ya. Demi Allah, sebagian dari golongan kami ada yang masuk Islam di hadapannya, dan sebagian lagi ada yang meninggal.'"
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda