Ada seseorang yang telah berhasil menangkap seekor penyu, dengan sangat gembira membawa penyu tersebut pulang ke rumah. Dia ingin menyembelih penyu tersebut kemudian dimasak dengan sedap lalu menyantapnya dengan santai. Namun dia juga tidak ingin dikatakan oleh orang lain sebagai seorang penyembelih yang kejam. Dia mulai berpikir bagaimana caranya agar tidak ada orang yang mengatainya demikian.
Dia memiliki ide. Dia mengisi air sampai penuh ke dalam kuali, lalu memasak dengan api yang besar hingga air tersebut mendidih kemudian menaruh sebatang bambu kecil yang melintas di atas kuali. Dia berpura-pura seolah-olah ingin berunding dengan penyu itu: "Saya mendengar kabar yang mengatakan bahwa kamu sangat piawai dalam merangkak. Saya ingin menyaksikan kebolehanmu. Apabila kamu bisa mendemonstrasikan kepandaian itu di depan saya sekali saja, dengan menelusuri batang bambu ini kamu merangkak ke seberang, maka saya pasti akan melepaskan kamu."
Si penyu malang itu menyaksikan air di dalam kuali (di bawah batang bambu kecil itu) telah mendidih. Uap panas pun terus menyembur ke atas. Bila si penyu terjatuh dari batang bambu kecil itu pastilah nyawanya akan melayang. Dia menyadari bahwa ini adalah jebakan yang sengaja dipasang oleh Si Majikan untuk mencelakainya. Namun si penyu yang malang itu juga menyadari bahwa ini adalah satu-satunya jalan untuk menolong dirinya sendiri. Asalkan dia merangkak dengan ekstra hati-hati, siapa tahu masih bisa mencapai seberang dan menolong diri sendiri, pikirnya. Maka dengan sangat terpaksa, si penyu pun menyanggupinya.
Si penyu itu dengan bertekad bulat mengerahkan seluruh tenaga dan keberaniannya. Dengan sangat hati-hati dia merangkak perlahan-lahan namun mantap. Tak terduga oleh dirinya sendiri, ternyata dia berhasil juga. Ketika telah sampai di seberang dengan selamat, dia pun hampir tak sadarkan diri. Tidak berkutik tergeletak di pinggir kuali.
Si Majikan hampir merasa tidak percaya. Ternyata si penyu ini sangat beruntung. Dalam keadaan yang sangat genting, dengan kans yang sangat minim untuk menolong diri sendiri pun berhasil dilewatinya. Namun demikian, biar bagaimanapun dia masih merasa penasaran. Karena nafsu untuk memakan daging penyu itu masih sangat besar, dengan tidak tahu malunya, dia telah memungkiri janji yang telah diucapkannya sendiri dengan berkata: "Kamu sangat hebat! Sangat piawai! Silakan berdemonstrasi sekali lagi, karena saya masih ingin menyaksikannya sekali lagi. Kali ini setelah kamu sampai kembali ke seberang sini, bagaimanapun juga, saya pasti membebaskan kamu! Ayo, bergerak!"
Si penyu melihat wajah Si Majikan yang begitu licik dan jahat. Dengan sangat marah, dia berkata: "Kamu sebetulnya ingin memakan saya, bukan? Bilang saja! Mengapa mesti harus berbelit-belit? Tak tahu malu!"
Si penyu telah memberikan pelajaran kepada Si Majikan yang telah berlaku munafik dan tercela, juga dengan lantang telah membuka kedok seorang gentleman munafik yang sangat memalukan. Jelas-jelas ingin berbuat jahat namun masih ingin berpura-pura menjadi orang yang budiman.
Dia memiliki ide. Dia mengisi air sampai penuh ke dalam kuali, lalu memasak dengan api yang besar hingga air tersebut mendidih kemudian menaruh sebatang bambu kecil yang melintas di atas kuali. Dia berpura-pura seolah-olah ingin berunding dengan penyu itu: "Saya mendengar kabar yang mengatakan bahwa kamu sangat piawai dalam merangkak. Saya ingin menyaksikan kebolehanmu. Apabila kamu bisa mendemonstrasikan kepandaian itu di depan saya sekali saja, dengan menelusuri batang bambu ini kamu merangkak ke seberang, maka saya pasti akan melepaskan kamu."
Si penyu malang itu menyaksikan air di dalam kuali (di bawah batang bambu kecil itu) telah mendidih. Uap panas pun terus menyembur ke atas. Bila si penyu terjatuh dari batang bambu kecil itu pastilah nyawanya akan melayang. Dia menyadari bahwa ini adalah jebakan yang sengaja dipasang oleh Si Majikan untuk mencelakainya. Namun si penyu yang malang itu juga menyadari bahwa ini adalah satu-satunya jalan untuk menolong dirinya sendiri. Asalkan dia merangkak dengan ekstra hati-hati, siapa tahu masih bisa mencapai seberang dan menolong diri sendiri, pikirnya. Maka dengan sangat terpaksa, si penyu pun menyanggupinya.
Si penyu itu dengan bertekad bulat mengerahkan seluruh tenaga dan keberaniannya. Dengan sangat hati-hati dia merangkak perlahan-lahan namun mantap. Tak terduga oleh dirinya sendiri, ternyata dia berhasil juga. Ketika telah sampai di seberang dengan selamat, dia pun hampir tak sadarkan diri. Tidak berkutik tergeletak di pinggir kuali.
Si Majikan hampir merasa tidak percaya. Ternyata si penyu ini sangat beruntung. Dalam keadaan yang sangat genting, dengan kans yang sangat minim untuk menolong diri sendiri pun berhasil dilewatinya. Namun demikian, biar bagaimanapun dia masih merasa penasaran. Karena nafsu untuk memakan daging penyu itu masih sangat besar, dengan tidak tahu malunya, dia telah memungkiri janji yang telah diucapkannya sendiri dengan berkata: "Kamu sangat hebat! Sangat piawai! Silakan berdemonstrasi sekali lagi, karena saya masih ingin menyaksikannya sekali lagi. Kali ini setelah kamu sampai kembali ke seberang sini, bagaimanapun juga, saya pasti membebaskan kamu! Ayo, bergerak!"
Si penyu melihat wajah Si Majikan yang begitu licik dan jahat. Dengan sangat marah, dia berkata: "Kamu sebetulnya ingin memakan saya, bukan? Bilang saja! Mengapa mesti harus berbelit-belit? Tak tahu malu!"
Si penyu telah memberikan pelajaran kepada Si Majikan yang telah berlaku munafik dan tercela, juga dengan lantang telah membuka kedok seorang gentleman munafik yang sangat memalukan. Jelas-jelas ingin berbuat jahat namun masih ingin berpura-pura menjadi orang yang budiman.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda