Raja Inggris pernah mengirim surat kepada
Sultan Hisyam III, penguasa Andalusia (kini Spanyol).
Berikut petikannya, "Kami telah mendengar
kemajuan ilmu dan industri di negara paduka. Karenanya, kami bermaksud
mengirim putra-putri terbaik kami untuk menimba ilmu di negara paduka yang
mulia agar ilmu pengetahuan tersebar ke negeri kami yang dikelilingi kebodohan
dari empat penjuru." (dikutip dari Dr Muhammad Sayyid Al Wakil dalam
Lamhatun min Tarikhid Daiwati 'Wajah Dunia Islam'.
Isi surat ini membuktikan bahwa peradaban
Islam yang berpusat di Cordova itu adalah sumber ilmu, teknologi, dan cara
hidup masyarakat Eropa. Atas perkenan Hisyam III warga Eropa berduyun-duyun
belajar di madrasah, universitas, dan perpustakaan Islam Mereka terbelalak,
mulanya, ketika mendapati teori bumi itu bulat dan mengelilingi matahari,
bukan seperti doktrin gereja saat itu.
Kebesaran rahmat Allah kepada Cordova
tergambar dalam buku sejarah Al Azhar, yang dikutip Al Wakil. Ketika sang surya
terbenam, kota-kota besar Eropa gelap gulita, sedangkan di Cordova terang
benderang disinari lampu-lampu. Eropa sangat kotor, padahal di Cordova telah
dibangun ribuan WC umum. Eropa terbenam dalam lumpur, di saat yang sama
jalan-jalan di Cordova mulus dan teratur. Bahkan, ketika anak-anak Cordova mulai
masuk sekolah, tokoh-tokoh (raja, bangsawan, dan pendeta) Eropa belum bisa
menulis namanya sendiri.
Dengan kondisi itu, maka mustahil ada manfaat
yang bisa diberikan Eropa. Cordova pun tidak memerlukan apa- apa dari luar
Islam. Fakta ini diakui sejarawan besar Barat Gustave Lebon yang menyatakan,
"Tidak ada hal-hal positif dari bangsa Barat yang brutal itu yang bisa
ditiru dunia Timur."
Benar, sebab mereka baru menggunakan sabun
mandi setelah belajar dari umat Islam pada era perjanjian perdamaian seusai
Perang Salib. Sebelumnya, orang Eropa jarang mandi. Cordova makmur dan
mencurahkan rasa aman kepada rakyat, termasuk warga Kristen dan Yahudi, karena
beriman dan menerapkan Islam dalam segala aspek kehidupan (lihat QS 7:96).
Mereka hanya meniru Daulah Madinah, meski jelas tidak mampu menandingi
keluhuran peradabannya. Kapan umat Islam di Indonesia mengembalikan kejayaan
Madinah dan Cordova?
sepertinya tinggal kenangan sementara menunggu kedatangan Al Mahdi ya pak?
ReplyDelete