Suatu hari Nabi Muhammad saw berjalan-jalan di
pasar, diikuti banyak orang. Di tengah jalan, ia melihat bangkai seekor anak
kambing yang daun telinganya kecil. Nabi menghampiri lalu mengangkatnya seraya
bertanya, "Siapa yang mau membelinya?" Massa menjawab, "Kami
tidak mau, tidak ada manfaatnya bagi kami."
"Kalau diberi gratis, apakah kalian
mau?"
"Bahkan, bila kambing itu masih hidup,
kami juga menolaknya karena telinganya cacat. Apalagi sekarang anak kambing
itu sudah jadi bangkai." Mendengar itu Nabi bersabda, "Demi Allah,
sesungguhnya dalam pandangan Allah, dunia lebih hina daripada bangkai ini
menurut anggapan kalian." (HR Muslim)
Ini wajar karena bangkai tak lagi berbahaya.
Bangkai pun tak kuasa menggoda dan menyesatkan orang hingga saling menganiaya.
Bangkai siapa pun atau hewan apa pun takkan bisa menggunjing dan memfitnah. Sebaliknya,
isi dunia bisa mengawali penghancuran manusia oleh peradaban imperialisme
beberapa negara. Karena muatan perut bumi, seperti tambang minyak atau emas,
penganiayaan hingga pembantaian ribuan orang masih terjadi hingga kini.
Selain itu, kemampuan meraih nikmat dunia
dijadikan kriteria kesuksesan sehingga ditirulah peradaban negara atau orang
yang paling mampu meraih nikmat fisik dunia. Ukuran sejati kemanusiaan, yakni
ketakwaan dan keluhuran akhlak, tersingkirkan. Padahal, itulah standar penilaian
Allah.
"Jangan sekalipun kamu teperdaya akan
kebebasan orang-orang kafir bergerak (karena kekayaan dan kemajuan ekonominya)
di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, selanjutnya tempat tinggal
mereka ialah neraka Jahannam, dan Jahannam itu adalah seburuk- buruknya tempat
tinggal." (QS 3:196-197).
Sabda Nabi di awal tulisan ini hendaknya
menyadarkan mereka yang selama ini terlalu memuliakan dunia. Tak jarang harta
atau jabatan seseorang dijadikan standar kemuliaan. Akibatnya, bukan cuma saat
berbisnis atau muamalah lain, bahkan dalam dakwah sekalipun, kerap muncul
keengganan mengakui kebenaran dakwah orang- orang yang lebih miskin daripada
yang didakwahi. Jadi, tinggalkanlah penilaian kemuliaan atau kebenaran pada
diri seseorang yang didasari ukuran keduniaan.
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda