Ia
adalah wanita yang fasih lisannya, indah tutur katanya. Di
kalangan wanita, ia termasuk orang yang disegani karena ketegasannya. Khaulah juga termasuk
wanita berkecukupan ekonomi. Ia bahkan sering berinfak kepada suaminya yang
relatif miskin. Semua itu ia jalani karena mengharap ridha Allah semata.
Suaminya adalah Aus bin Shamit, saudara
Ubadah bin Shamit. Suaminya adalah pahlawan dua perang pertama, Badar dan Uhud
serta peperangan lainnya bersama Rasulullah Ia termasuk tokoh atau setidaknya
sahabat senior. Loyalitasnya terhadap Allah dan Rasulnya tidak diragukan lagi.
Dari pernikahannya, mereka dikaruniai seorang putra, Ar-Rabi'.
Laiknya
bahtera rumah tangga kebanyakan, kerikil senantiasa ada. Terkadang tidak hanya
berupa kerikil-kerikil kecil yang mengganggu suasana
rumah tangga, bahkan batu besar sekalipun biasa pula terjadi. Barangkali logika kedua lebih tepat kita
sandarkan kepada kasus yang dialami keluarga Khaulah.
Suatu ketika, perselisihan Khaulah dengan suaminya
memuncak. Entah apa sebabnya hingga sedemikian benci Aus kepada istrinya ini.
Meski Aus bin Shamit termasuk salah satu Syuyukh Badar, namun tidak
berarti orang-orang yang terlibat di dalamnya adalah maksum. Tidak, yang
namanya manusia, ada saja celah kelemahannya. Aus marah. Dalam kemarahannya, ia
men-zhihar istrinya. "Kamu bagiku sudah seperti punggung
ibuku."
Setelah mengucapkan kalimat mungkar ini, Aus pergi
menuju perkumpulan sahabat-sahabatnya, la ikut terlibat perbincangan dengan
para sahabat dalam majelis itu. Tak lama berselang, rasa ingin mengumpuli istri
mengusiknya. Ia pulang untuk menunaikan hajat khususnya ini.
Sesampainya di rumah, ia menyampaikan hasratnya kepada
Khaulah dengan nada lembut. Seakan tak pernah terjadi insiden beberapa menit ke
belakang. Ternyata rayuan Aus yang biasanya langsung membangkitkan kewanitaan
Khaulah, kali ini tidak mempan. Khaulah menolak. Ia enggan melayani suaminya sebelum
ia mengetahui hukum Allah yang berkaitan dengan perkataan suaminya tadi.
"Tidak. Demi Dzat yang jiwa
Khaulah ada dalam kekuasaannya, jangan engkau menyentuhku sampai Allah dan
rasulnya menghukumi soal ini. Engkau tadi telah mengucapkan perkataan mungkar."
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda