Oleh: Muhammad Akis
(Sumber: Oase, eL-Ka hal. 32, Sabili No. 3 TH. XVII 27 Agustus 2009 / 6 Ramadhan 1430)
Suatu hari, seorang hamba sahaya menghadap kepada Umar bin Abdul Aziz. Dia bermimpi pada hari kiamat dia melihat Abdul Malik bin Marwan jatuh ke dalam neraka tatkala baru saja melangkahkan kakinya di jembatan Shirat al-mustaqim. Begitu juga para khalifah lainnya, mengalami nasib sama.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz terlihat meneteskan air mata ketika mendengarkan penjelasan dari hamba yang sedang bertutur di hadapannya. Rasa takut seketika bergemuruh dalam benaknya. Beliau berpikir, apakah dia termasuk penguasa yang zalim dan tidak menjalankan amanah dengan baik sehingga kelak di akhirat akan menanggung beban yang sangat berat.
Bagaimana dengan Umar sendiri. Baru mau dijelaskan, isak tangisnya kian tak terbendung. Dia kemudian berusaha menenangkan Umar bin Abdul Aziz, namun sang khalifah semakin kencang tangisannya.
Hamba itu kemudian bersuara lantang dan menjelaskan kelanjutan mimpinya, “Saya melihat Anda berhasil melewati Shiratal Mustaqim dan masuk surga dengan selamat.” Seketika Umar bin Abdul Aziz terdiam. Sejak saat itu beliau semakin sadar akan beban berat yang dipikul sebagai penguasa, dan bertekad akan lebih adil dan amanah dalam menjalankan pemerintahannya.
Pada hari akhirat nanti, tidak satu orang pun yang tidak melewati Shiratal Mustaqim, jembatan setebal rambut dibelah tujuh dan terbentang di atas nyala api neraka.
——————————————————————————————————————————————————
“Tidak beriman orang yang tidak memegang amanat, dan tidak beragama orang yang suka memungkiri janji.” (HR ad-Dailami)
(Sumber: Oase, eL-Ka hal. 32, Sabili No. 3 TH. XVII 27 Agustus 2009 / 6 Ramadhan 1430)
Suatu hari, seorang hamba sahaya menghadap kepada Umar bin Abdul Aziz. Dia bermimpi pada hari kiamat dia melihat Abdul Malik bin Marwan jatuh ke dalam neraka tatkala baru saja melangkahkan kakinya di jembatan Shirat al-mustaqim. Begitu juga para khalifah lainnya, mengalami nasib sama.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz terlihat meneteskan air mata ketika mendengarkan penjelasan dari hamba yang sedang bertutur di hadapannya. Rasa takut seketika bergemuruh dalam benaknya. Beliau berpikir, apakah dia termasuk penguasa yang zalim dan tidak menjalankan amanah dengan baik sehingga kelak di akhirat akan menanggung beban yang sangat berat.
Bagaimana dengan Umar sendiri. Baru mau dijelaskan, isak tangisnya kian tak terbendung. Dia kemudian berusaha menenangkan Umar bin Abdul Aziz, namun sang khalifah semakin kencang tangisannya.
Hamba itu kemudian bersuara lantang dan menjelaskan kelanjutan mimpinya, “Saya melihat Anda berhasil melewati Shiratal Mustaqim dan masuk surga dengan selamat.” Seketika Umar bin Abdul Aziz terdiam. Sejak saat itu beliau semakin sadar akan beban berat yang dipikul sebagai penguasa, dan bertekad akan lebih adil dan amanah dalam menjalankan pemerintahannya.
Pada hari akhirat nanti, tidak satu orang pun yang tidak melewati Shiratal Mustaqim, jembatan setebal rambut dibelah tujuh dan terbentang di atas nyala api neraka.
——————————————————————————————————————————————————
“Tidak beriman orang yang tidak memegang amanat, dan tidak beragama orang yang suka memungkiri janji.” (HR ad-Dailami)
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda