Setelah sholat subuh, aku, istri dan anakku telah meninggalkan desaku, dan titipan orang semua ku titipkan pada ibuku.
Ibuku maklum dengan posisiku, jika aku
lebih lama tinggal, itu akan menjadikanku malah tak bisa istirahat,
padahal masalah manusia pun di mana saja ada.
Aku langsung naik mobil ke Tuban kota, dan menaiki Bus jurusan semarang.
——————————————-
Majlis sudah berdiri, tapi jam’iyah dzikir toreqoh Qodiriyah wa Naqsabandiyah belum ku mulai.
Malah selama ini, orang daerahku belum
ada yang tau aku ini orang toreqoh, dan taunya aku orang yang belajar
ilmu pengobatan, dengan media do’a, padahal apa yang ku miliki dan ku
bisa hanyalah anugerah Alloh semata, bukan karena aku sakti atau punya
kelebihan tertentu. Orang hanya taunya kulitnya saja.
Apalagi sifatku yang tertutup dan tak
pernah melakukan atau berlagak seperti orang punya ilmu, sehingga semua
orang akan merasa aku seperti teman dan orang yang bebas lepas bisa di
terima di setiap kalangan.
Tapi Kyai Askan makin menggebu-gebu
memusuhiku, aku di bilang dukun prewangan lah, di katakan tukang tiup
botol dan airnya di jual, tapi semua orang yang pernah ku tolong malah
yang mendebat akan semua tuduhan kyai Askan, karena memang aku tak
pernah meminta apa-apa pada orang yang ku tolong, bahkan jika orangnya
miskin dan payah hidupnya tak jarang pulang malah ku beri oleh-oleh.
Sebab bagiku keikhlasan itu perlu bukti nyata, lepas luar dalam, tak
mencari nama walau sebesar titik debu, aku sampai memperingatkan
orang-orang yang mendebat kyai Askan, ku katakan, “Jangan seperti itu,
jangan di debat, itu tak baik.”
“Kami tak rela, kyai di buruk-burukkan.” jawab mereka.
“La aku di jelek-jelekkan kan tak
berkurang apa-apa, kyai Askan juga menjelekkanku, kalau dia haus dan
lapar juga makan dari uangnya sendiri, itu malah akan mengambil dosaku,
Nabi saja ketika di jelek-jelekkan orang kafir, lalu Abu Bakar
membelanya, Nabi marah kepada Abu Bakar. Lalu Abu Bakar bertanya:
‘kenapa aku tak boleh mendebat sumpah serapah mereka,’ ‘karena sebelum
kamu menjawab sumpah serapah mereka, malaikat yang membalas sumpahan
mereka, tapi ketika kamu yang membalas sumpah mereka, maka para malaikat
pada pergi.’ ; jadi biarkan aku di jelek-jelekkan, jangan di bantah,
diam saja, kesabaran itu perlu di uji, kebersihan hati itu hanya akan di
keruhkan oleh rasa benci, jadi diam, rasakan, masihkah hati itu suka
panas, atau sakit hati? ataukah tenang, jernih, bening, sabar, tawakal,
syukur, di situ nilai ilmu seseorang itu manfaat tidak bagi diri atau
tidak bermanfaat bagi diri, terjawab, dengan praktek nyata, bukan dengan
kata-kata, aku ini ikhlas, aku ini tawakal, aku ini sabar, la kalau
cuma kata-kata, anak kecil juga bisa.”
Alhamdulillah orang yang sebelumnya
membelaku dan mendebat kyai Askan kemudian perlahan sudah mau menuruti
apa yang aku harapkan, berarti aku berhasil menanamkan kadar ilmu ke
hati kepahaman mereka.
Perlahan tapi pasti, setiap hari di
majlisku ada orang yang mulai datang, dan berkumpul, bukan untuk mengaji
kitab kuning, bahkan aku tak pernah meminta mereka datang, mereka
datang dengan kemauan sendiri, lalu mendengar ulasanku tentang agama,
seperti orang yang ngobrol, tapi semua antusias, tak pernah sekalipun
aku memerintah sholat, tapi aku jelaskan dengan saripatinya amal,
sehingga semua sering malah merasa rindu kalau tak hadir di rumahku.
Malah ada yang sampai mengatakan sehari tak melihat wajahku, hatinya
merasa risau, jadi kadang ada yang datang ke rumah, hanya ingin menatap
wajahku, ya aku ndak papa, kadang sampai ada yang datang sehari tiga
kali, kayak orang makan saja, dan cuma bersalaman denganku dan duduk
dua-lima menit lalu pamit, dan banyak yang mencintai diriku melebihi
kecintaannya kepada dirinya sendiri, kadang ada suami istri yang setiap
hari datang, hanya ingin mencium tanganku, padahal mereka berumur 60 an
tahun, ya aku dengan senang hati memberikan tangan yang ingin di cium,
kadang ada nenek-nenek yang sudah udzur lalu menangis-nangis minta di
doakan bisa meninggal khusnul khotimah, dan meminta di ijinkan mencium
tanganku, semua hanya kehendak Alloh yang memiliki rahasia.
Pagi-pagi sudah ada tamu seorang ibu-ibu seumuran 50 an tahun.
“Ada apa bu?” tanyaku.
“Saya ini dari Jakarta.” jelasnya.
“Wah jauh-jauh ada keperluan apa bu? Saya jadi tak enak membuat ibu jauh-jauh datang.”
“Saya ada perlu untuk keperluan anak saya.”
“Kenapa anaknya bu?” tanyaku.
“Anakku lumpuh, sudah sembilan tahun,
seluruh badannya tak bisa di gerakkan sama sekali. Bahkan tangan dan
kaki, juga mulutnya sudah tak bisa bergerak.” cerita.
“Lalu maksud ibu datang ke rumah saya?”
“Ya saya mau minta anak saya di do’akan, supaya di sembuhkan dari kelumpuhan.”
“La awalnya bisa lumpuh bagaimana bu?”
“Karena kecelakaan dik, ya pertama kecelakaan tak apa-apa, kelumpuhan terjadi setelah setahun mengalami kecelakaan.”
“Lalu kata dokter bagaimana?” tanyaku.
“Kata dokter urat saraf yang di punggung ada yang putus dan kejepit tulang.” jawabnya.
“Juga pernah di bawa ke pengobatan alternatif?”
“Ya kan sudah 9 tahun lumpuhnya, di mana
ada tung..!, ada pengobatan yang kami dengar, maka kami berusaha
mendatangi, mari to dik di lihat anak saya.”
“Walah bu…, saya itu sebenarnya tak bisa
mengobati apa-apa, jadi kalau saya datang ke rumah ibu di Jakarta, sudah
jauh-jauh ya percuma, tak akan membuat perubahan.” jelasku.
“Lalu saya bagaimana?”
“Ya ibu ku kasih air saja, nanti di minumkan dan di lapkan airnya ke seluruh tubuhnya.” kataku.
“Baik dik,” katanya.
Lalu ku beri air mineral, yang sebelumnya ku tiup dulu, dengan meminta pada Alloh kesembuhan untuk anaknya.
——————————————-
Besoknya ibu yang kemaren datang lagi.
“Gimana, ada apa lagi bu, kok ibu kemaren datang, sekarang datang lagi, apa gak jauh Jakarta?”
“oo saya juga kan asli Pekalongan dik, jadi ini masih di rumahku Pekalongan.”
“ooo kirain dari Jakarta langsung, rupanya tinggal disini.., lalu ini ada apa bu?”
“Alhamdulillah, anak perempuanku yang
lumpuh, tadi pagi mulutnya sudah bisa bicara, tangannya juga sudah bisa
bergerak, juga kakinya bisa di gerak-gerakkan.”
“Ya syukur, bagus itu.” kataku.
“Jadi saya kesini, mau mengajak adik ini ke rumahku, tolong di pegang anak aku.” kata ibu itu.
“Bukannya aku tak mau bu, tapi banyak
orang lain yang juga membutuhkanku, jadi ini baru ibu yang meminta, nah
kalau sehari dua puluh orang yang meminta seperti ibu, apakah saya tidak
wira-wiri kemana-mana, apa tidak menjadikan saya super sibuk, ibu tak
beri air saja dan di pakai seperti kemaren.” kataku, semua orang itu
selalu kalau berpenyakit pasti ingin cepat sembuh, seperti sulapan.
“Iya tak apa-apa, tapi boleh tidak kalau ada orang yang mau mengobati, dengan di urut.”
“Ya monggo, silahkan saja bu, itu hak
penuh ibu, mau meminta orang lain mengobati, aku ini kan bukan mengobati
bu, tapi berdo’a, jadi soal kesembuhannya bukan urusanku, tapi itu
urusan Alloh.” kataku.
Dua hari kemudian ibu yang anaknya lumpuh itu datang lagi.
“Kenapa lagi bu…?” tanyaku melihat wajahnya sedang sedih.
“Itu nak, kok punggung anakku jadi pada melepuh,” katanya.
“Melepuh bagaimana bu?”
“Ya melepuh, melembung dan di dalamnya ada airnya gitu.” jawabnya.
“oo itu mungkin anak ibu alergi terhadap
minyak tertentu, atau karena lumpuh jadi tidak bergerak, sehingga
punggungnya yang ada minyak gorengnya jadinya panas.”
“Apa karena ku pijitkan ya?”
“Wah aku sendiri tak tau… di belikan saja salep, atau di panggilkan dokter kulit.” kataku.
dia pun mohon diri.
dia pun mohon diri.
Kadang orang tak sabar, maunya segala sesuatu itu sembuh seperti sulap.
Malamnya seseorang datang dengan membawa
saudaranya yang sakit katanya di kuasai jin, selalu saja mendapat
bisikan, sehingga sering tingkah lakunya tak karuan. Mungkin lagi musim
orang di kuasai jin, jadi beberapa hari ke depan yang datang adalah
orang yang di kuasai jin.
“Awalnya bagaimana kok di kuasai jin
itu?” tanyaku pada yang biasa di rasuki, dia masuk rumahku yang
terpagar, maka jinnya tak berani masuk, banyaknya jin yang mencoba
menjadikan pemuda bernama Khadiq itu jadi budaknya, sehingga di depanku
sadar total.
“Awalnya saya kerja di Semarang, pas
musim ninja itu saya di isi oleh seorang guru silat di daerah Mangkang,
ya awalnya saya tak mau, tapi mau juga karena ya siapa tau ada baiknya,
maka setelah di isi, di suruh menelan kapas dan gotri yang katanya sudah
di jampei, aku jadi berani, aku juga di beri ilmu yang kalau naik bus
tak bayar, maka aku kemana-mana naik bus tak pernah bayar.”
“Wah itu tak bener, ya kasihan sopir
busnya dan kondekturnya dong, la kalau semua penumpang kayak sampean
naik busnya tak bayar, apa gak sopirnya dan kondekturnya nangis, kan
mereka juga punya anak bini, lagian misal sampean jadi sopir busnya, apa
sampean mau semua penumpang yang naik bus gratis semua.” kataku.
“Ya tidak.” jawab Khadiq.
“Kalau diri tak mau di rugikan orang lain, maka orang lainpun punya perasaan sama tak mau kita rugikan.” jelasku.
“Apa ilmu yang ku amalkan salah? Sehingga aku di kuasai jin?” tanyanya.
“Sebenarnya di kuasaimu itu bagaimana?” tanyaku balik.
“Aku ini sering mendengar bisikan, kalau
aku harus ke suatu tempat, misal kemaren aku di suruh di simpang lima
Semarang katanya akan ada yang memberi hadiah padaku, lalu aku dari pagi
sampai sore di simpang lima Semarang, tapi sampai sore aku tak
menemukan apa-apa, maka aku melangkah pulang, tapi baru saja aku
melangkah, ada bisikan katanya aku gagal, karena tak sabar, padahal
hadiahnya baru datang lima menit lagi.” jelas Khadiq.
“hehehe… itu tipu daya jin, mana ada
orang mau memberi hadiah kamu, la yang nabung di bank, dapat undian saja
belum tentu dapat hadiah, itu hanya mau menaklukkanmu, agar kamu mau di
perintah sekehendaknya jin, agar kamu jadi pijakan dia di neraka, soal
lima menit dia bilang gagal, juga hanya akal-akalan dia, misal baru
nunggu satu jam kamu kemudian balik juga akan di katakan bisa lima
menit, tiga menit, agar ada penyesalan di hatimu, dan besoknya kalau di
suruh kayak gitu mau.”
Dia manggut-manggut.
“Tapi aku malah pernah di suruh menunggu
di pasar Kedungwuni, dan katanya akan ada bos yang memberi uang diriku,
tapi ya seperti itu aku katanya gagal karena tak sabar, aku malah pernah
di suruh berdiri di tepi laut Pekalongan sampai malam, katanya aku akan
di beri uang yang banyak….”
“Sebenarnya masalahmu itu cuma bisikan,
seandainya aku menolongmu juga, percuma, jika kau selalu mengikuti
bisikan-bisikan itu, bisikan itu ada tiga, satu khotir rokhmani, artinya
bisikan dari Alloh, dua khotir malaki atau bisikan dari malaikat, tiga
khotir syaitoni yaitu bisikan dari syaitan, juga jin itu, sekalipun kau
di bisiki untuk membaca alqur’an, atau di suruh sholat sekalipun, maka
itu tak ada pahalanya, menjalankan amal ibadah itu harus lillahi ta’ala,
karena Alloh ta’ala, setiap niat puasa romadhon, bukankah
ujung-ujungnya lillahi ta’ala, artinya karena Alloh ta’ala, ikhlas,
bukan karena bisikan jin, ya kalau sholat karena nuruti bisikan jin,
artinya kalau jin tak nyuruh sholat, maka tak sholat, kalau jinnya
nyuruh sholat, lantas sholat, ya nanti kamu di akherat ndak punya amal
sama sekali, kamu akan di perintah oleh Alloh meminta pahala pada jin,
apa jin bisa memberi surga? ya tidak sama sekali.”
Khadiq diam saja, entah diam karena menyelami kata-kataku, atau karena pikirannya kosong.
Sebenarnya seseorang itu cenderung apa
yang membisikinya itu di anggap kebenaran, atau anak kecil yang bisa
melihat hal gaib lantas di anggap kelebihan, padahal itu malah akan
mengganggu aqidah, karena kemudian ada kebiasaan ketergantungan pada
selain Alloh, padahal wama kholaqtul jinna wal insa illla liya’budun,
manusia dan jin itu di ciptakan untuk menghamba, jadi menghamba pada
Alloh, apapun itu kok menjadikan kita tak menghamba lagi pada Alloh,
maka tandanya kita itu menyalahi dasar penciptaan atau rencana kita di
ciptakan.
Seorang perempuan tua membawa anaknya
yang di katakannya di kuasai jin ke rumahku, nama anaknya Jalal, menurut
Ibunya, awalnya jalal tidak apa-apa, lalu di pondokkan di Tegal Rejo
Magelang, dan setelah menjalankan amalan hizib Ghozali, maka prilaku
Jalal mulai berubah, suka marah-marah, kalau sudah meminta barang harus
segera di penuhi, misal pengen motor baru pas jam dua belas malam, maka
seketika itu harus di penuhi, ya sekalipun orang tuanya punya uang, kan
juga dealer motornya sudah tutup, Jalal tak mau tau, dan terus
marah-marah, apa-apa di banting dan kemudian ketahuan kalau Jalal telah
kerasukan atau hilang akal karena telah di kuasai jin.
Ketika masuk rumahku, sama Jinnya pun melepaskan diri, dan tak berani masuk, karena rumahku terpagar gaib.
“Bagaimana kau bisa di kuasai jin..? ” tanyaku.
“Tak tau ustad.” jawab Jalal
“Kok tak tau?” tanyaku lagi.
“Ya aku sendiri rasanya badanku lemah sekali, apa hizib yang ku pelajari tak benar?” tanya Jalal.
“Ya benar saja, siapa yang mengatakan tak
benar? Cara mempelajari yang di haruskan di pondok yang tak benar, dan
mengamalkan ilmu itu kan tak asal mengamalkan, tapi mengamalkan ilmu itu
harus urut,” kataku.
“Urut bagaimana ustadz?” tanya Jalal.
“Ya urut dari pertama, dari dasar, kayak
orang bangun rumah itu harus urut, di gali pondasi di sesuaikan rumah
yang akan di bangun, lalu di buat pondasi dari corcoran yang kokoh kuat,
pondasinya di tunggu kering, artinya pondasi di istiqomahkan, jadi
menetap, kering kukuh kuat setelah di yakini pondasi kering dan telah di
yakini telah benar-benar kering, baru ke atas , penguat dinding di cor,
tiang-tiang di bentuk di cor, agar teguh dan kuat, lalu di bangun
dindingnya di sesuaikan dengan rancangannya, sampai terus selesai semua
dan sampai gentengnya, kalau tiba-tiba, di bangun temboknya, lalu
genteng, baru pondasi di gali tanahnya, ku yakinkan akan banyak orang
terkubur oleh rumah itu, sama dengan amaliah ilmu, akhirnya jika
pembangunannya terbalik balik, maka ku pastikan akan banyak orang setres
dan di kuasai jin, apapun di dunia ini, harus urut, itu aturan Alloh,
atau di namakan sunnatulloh, masak nasi saja kalau di rebus dulu, nyuci
berasnya belakangan tak akan jadi, ada sarat, ada sareat, sarat itu alat
yang akan di pakai, kayak mau masak nasi, harus ada ompreng, ada, air,
ada kompor, ada gas, ada selang, ada beras, jadi kelengkapan itu harus
ada semua, masak nasi tak ada berasnya, maka tidak di katakan masak
nasi, masak nasi ada kompornya, nasi sudah di cuci sudah di dalam
ompreng, sudah lengkap airnya, kompor sudah nyala apinya, tapi ompreng
tak di taruh di atas kompor, maka seribu tahun di tunggui juga beras tak
akan mateng jadi nasi, jadi ada sarat, sare’atnya harus benar, sare’at
itu cara, la sampai jadinya sarat dan sare’at itu menjadi nasi yang
matang dan enak di makan, sampai terciptanya api bisa nyala dari gas,
dan bisa membuat nasi menjadi matang dan enak, lalu di makan masuk ke
tubuh, itu namanya hakikatnya nasi rencananya di masak, jika Alloh tidak
menempatkan ilham pada manusia, sehingga manusia tidak punya maksud
untuk memasak nasi maka sarat dan sare’at tak akan pernah ada, jadi
penetapan Alloh atas niat memasak, lalu gerak tubuh melakukan gerakan
memindah ompreng, mencuci beras, menggerakkan urat dan melakukan gerakan
yang seperti terancang dan terencana dengan berurutan, sampai
menghasilkan nasi yang matang, itu namanya hakikat, berlakunya qodo’ dan
qodarnya Alloh di setiap kejadian.” jelasku panjang lebar.
“Mempelajari ilmu karena tak berurutan
lalu di kuasai jin karena hati belum teguh ikhlas, jiwa belum kukuh
kuat, ruh masih goncang, dan tubuh belum mengalami latihan, ya samalah
membangun rumah, dana belum mencukupi, apa-apa masih ngutang, semen
belum ada, juga tanah adalah tanah yang labil, jika di paksakan
membangun rumah, ya rumahnya jadi tiga hari temboknya retak, sepuluh
hari orangnya ketimpa tembok dan mati, jangan menyalahkan amalan karena
mempelajari tak sesuai aturan kemudian diri di kuasai jin, jangan
menyalahkan rumah yang menimpa penghuninya, karena membangunnya tidak
tepat dan dari awal di rancang yang benar.” jelasku.
“Lalu bagaimana ustad anakku ini?” tanya Ibu itu.
“Biar ku kasih air, dan pagar badan, tapi nanti amalannya jangan di amalkan lagi ya?” kataku ku tujukan pada Jalal.
“Ya ustadz.” jawab Jalal.
Dan Jalal dan Ibunya pun pulang, beberapa hari ibunya datang, mengucapkan terima kasih. karena Jalal telah sembuh.
Saat di majlisku ada banyak tamu, dan
semua sedang bicara denganku, masuk dua orang lelaki dan perempuan,
tiba-tiba yang lelaki tersungkur mengaduh-aduh berguling-guling, aku
cepat bangkit, dan ku pegang kepalanya, lalu dia mulai tenang.
“Kenapa pak?” tanyaku.
“Tak tau mas kyai, tiba-tiba kepalaku rasanya pening sekali.” jawab lelaki setengah tua yang mengenalkan diri bernama Tohir.
“Bapak mempunyai amalan apa?” tanyaku.
“Saya orang toreqoh mas.” kayanya.
“La kok sampai punya khodam jin?”
“ya tak tau.” jawabnya.
“Toreqoh sampean apa yang di ikuti?” tanyaku.
“Toreqoh qodiriyah wa naqsabandiyah.” jawabnya.
“La berarti sama dengan toreqoh saya.” jawabku.
“Saya malah sudah di bai’at beberapa kali.”
“Wah hebat itu, la saya aja baru di bai’at sekali.”
“Panjenengan ini baru di bai’at sekali,
kok ya saya tak punya kelebihan yang kayak penjenengan yang bisa
berbagai macam ilmu dan kelebihan.”
“hehehe… gini lo pak, walau sama-sama
toreqoh, tapi dalam toreqoh itu ada namanya kedudukan, yang ahli bai’at
saja, ada ahli bai’at badal, dan ahli talkin itu ada ahli talkin badal,
badal artinya ganti, jadi orang yang di bai’at oleh ahli baiat dan ahli
talkin badal ya selamanya tak punya kedudukan apa-apa, berpuluh tahun
menjalankan toreqoh ya tak punya kelebihan apa-apa, karena selamanya
menjadi prajurit rendahan, tak punya kedudukan, ya kayak dalam
ketentaraan orang yang di angkat oleh hansip paling jadi penjaga pos
kamling, jangan harap menjadi jendralnya tentara, ya kalau jadi penjaga
pos kamling terus petentang petenteng membawa pistol, bisa-bisa malah di
tangkap polisi, jadi dalam toreqoh juga ada kedudukan, jika seseorang
di bai’at oleh wali qutub, wali ghous, wali abdal ahli talkin, ahli
bai’at, ahli silsilah, ahli tawasul, ahli sanad, ahli nasab, wali qutub
artinya yang di jadikan sandaran semua wali, wali ghous artinya yang
punya kekuasaan menolong, wali abdal artinya sudah punya cap
menggantikan wali pilihan, ahli talkin, artinya mempunyai kekuatan
menalkin, ahli bai’at, artinya mempunyai kekuasaan membai’at, ahli
silsilah, artinya punya kekuasaan mengangkat dan menurunkan silsilah
toreqoh, ahli tawasul artinya punya bisa di jadikan penghubung pokok
kepada guru di atasnya, ahli nasab artinya nasabnya menyambung sampai
Nabi, la kok di bai’at orang seperti itu ya langsung punya kelebihan,
walau belum menjalankan amalan apa-apa, jadi walau minta bai’at atau
talkin itu tak asal meminta bai’at dan talkin sembarangan.”
“Wah ternyata ada seperti itu ya?”
” ya..”
Karya : Febrian
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda