Orang-orang yang dekat dengan Alloh
s.w.t, dan para ahli syurga gemar berdoa kepada-Nya kerana doa itu
adalah perhubungan kasih sayang di antara Tuhan dengan hamba-Nya. Alloh
s.w.t. ‘memanjakan’ hamba-Nya dengan membuka pintu doa, tanda kecintaan
Alloh pada hamba itu Alloh menggerakkan pada hati hamba agar berdo’a,
lalu Alloh memberi karunia berupa terijabahnya do’a, dan jika Alloh itu
menghendaki orang itu jauh dari-Nya maka Alloh menjadikan orang itu
malas meminta dan berdo’a, dan menimbulkan syak wasangka kalau meminta
itu menunjukkan ketamakan, padahal Alloh itu tempat meminta, tanda
kekuasaan-Nya adalah mampu mengabulkan semua permintaan bagaimanapun
sulitnya, tapi hamba yang ingin Alloh jauhkan itu seakan tak percaya
atau merasa dirinya kotor, atau alasan tertentu sehingga hamba itu di
dalam pikirannya jauh untuk bergantung pada Alloh, jika lisan kita hati
kita cenderung meminta pada Alloh, berarti Alloh itu tengah menyayangi
kita, sebab tak ada yang berdesir di dalam hati seorang manusia, itu ada
dan berdesir lalu menjadi suatu amal ibadah, kecuali Alloh menjadikan
ijin untuk terjadi dan berlaku.
Suhandi ketika datang padaku pertama
kali, wajahnya amat gelap oleh aura syaitan, walau sekalipun aku tau apa
yang pernah dia lakukan, maka aku harus bersikap bukan orang yang
menghakimi, semua manusia bagiku punya proses perjalanan, dan jika kita
selalu menyalahkan orang lain, atau menfonis salah orang lain dengan
segala masa lalunya maka tak akan bisa kita menjadikan manusia lain
menjadi benar, semua orang akan terlihat salah, padahal semua orang itu
punya pintasan perjalanan, yang tak selalu baik, tapi sekalipun seorang
pelacur, maka tak ada yang bercita-cita menjadi pelacur, sekalipun
perampok maka tak ada yang bercita-cita menjadi perampok.
“Mas.. saya mau minta tolong, agar usaha saya bisa maju.” kata Suhandi.
“Ya ikut saja dzikir di sini, nanti juga akan maju…, tapi mungkin kamu akan lama.” kataku.
“Kenapa begitu mas?”
“Ya orang itu kan bisa maju usahanya,
bisa melaju cepat sebuah motor, kalau di dalam mesinnya motor itu bersih
dari kotoran dan kerak, kalau karaten, kotor, tentu jalannya akan
lambat, dalam motor harus di servis dulu, apa yang rusak parah harus di
ganti, kalau bannya saja jadi angka delapan lalu motor di paksa jalan,
itu hanya akan menyusahkan yang mengendarai, bisa jadi dari Surabaya ke
Jakarta, sepanjang perjalanan motor akan di pikulnya, ya daripada
seperti itu mendingan jangan bawa motor, kalaupun motor terpaksa di bawa
maka harus di tumpangkan ke bus, sama dengan sebuah usaha jika kok
usaha itu sudah lubang sana-sini, mending di tinggalkan, mencari usaha
baru, walau hasilnya lebih sedikit, setidaknya akan bisa menutup lubang
di usaha lama, tapi kok usaha sudah remuk, masih di paksakan jalan, maka
bisa di pastikan usaha bukannya akan menemui kebaikan, tapi akan malah
makin mengalami kerugian,” jelasku, walau terus terang aku ini nol besar
dalam bidang usaha.
“Wah kalau meninggalkan usahaku yang lama ya sulit mas…” kata Suhandi.
“Ya itu terserah sampean, saya juga bukan orang yang mengerti dengan usaha, itu hanya saran saya saja.”
“Ya saya hanya minta do’anya saja mas.” kata Suhandi.
“Ya sekali lagi ku contohkan motor, biar
mudah pembahasannya, ini misal motor setelah tabrakan lalu bannya lepas,
dan apa-apanya patah, rantainya juga putus, lalu di letakkan di depan
pendo’a yang paling tangguh sekalipun, maka di do’akan siang malam juga
tak akan motor itu kembali seperti semula, artinya tetap saja motor itu
hancur, artinya begini, apa yang sudah terlihat jelas di depan mata,
maka itu penyelesaiannya dengan cara yang terlihat di depan mata, ya
kalau tali putus di sambung, tangan kotor di cuci, tak bisa tali putus
lantas di do’akan, saranku carilah usaha lain, yang bisa di harap
hasilnya walau sedikit, tapi terus menerus sehingga bisa menambal lubang
di usaha yang sekarang, tapi tak mau juga tak apa-pa.” jelasku.
Dan Suhandi masih terus menggeluti
usahanya, hutangnya makin membengkak, setiap setoran pendapatannya hanya
untuk membayar bunganya hutang, dan pendapatannya tak mencukupi untuk
sekedar menutup bunga, tapi berulang kali Suhandi tak juga mau
meninggalkan usahanya, seakan telah ada keterikatan dengan usaha yang
mungkin pernah menjadikan kaya, sehingga Suhandi terseret dalam
keterjebakan yang tak berkesudahan, seperti tikus yang muter-muter di
lubang jebakan, dan telah tak bisa keluar, memang lebih sulit memberi
saran seseorang yang telah terjebak oleh itung-itungan akalnya, dan
selalu mengandalkan itungan matematika. Aku hanya menggelengkan kepala
jika Suhandi meminta saran, karena walaupun dia meminta saranku
seakan-akan saranku itu hanya seperti angin lalu saja, dia sudah
terlanjur terperangkap oleh daya hisap pikirannya sendiri, dan mengejar
hayalan yang tak ada bentuknya.
Mengeluarkan orang yang terjebak oleh
mimpi dan hayalannya itu lebih sulit, seperti orang yang tengah mabuk
pil ektasi, di bilangi bagaimanapun itu hanya akan melelahkan diri
bicara saja, maka aku hanya berharap Alloh memberikan kesadaran dari
sisi yang mungkin lebih baik nanti kesudahannya, aku hanya memerintahkan
Suhandi rajin sholat, dan menjalankan ibadah, yang selama ini di
tinggalkannya, sebagai orang yang menyampaikan, maka aku hanya wajib
menyampaikan, secara penerimaan dan hasil nantinya itu bukan urusanku
lagi, aku yakin jika kehendak baik dan di sertai suatu kebenaran
menyampaikan akan berhasil baik.
Berulang kali aku menyarankan pada
Suhandi, dan berulang kali aku juga tau kalau dia tak akan menerima
dengan akalnya, tapi aku tetap tak bosan menyampaikan.
“Apakah nanti usahaku akan membaik ?” tanyanya.
“Dalam usaha dan keseharian, orang itu
tak beda, dengan ibadah, jika tak mau di beri peringatan oleh Alloh
dengan cara halus, maka akan di beri peringatan dengan cara kasar.”
jelasku.
“Bagaimana itu cara halus, dan bagaimana itu cara kasar?” tanya Suhandi.
“Cara halus seperti puasa, jika tak ingin
nanti di peringatkan oleh Alloh dengan cara kelaparan, sakit perut,
kesusahan mendapatkan rizqi untuk mengisi perut, dan selalu urusan perut
itu sangat menyulitkan, maka lakukanlah puasa, guncangkanlah hati
dengan dzikir, kejutkan hati dengan lafadz jajalah, agar diri tak di
peringatkan Alloh dengan gempa bumi dan sambaran petir, jadi segala
sesuatu kita ini mau ngambil cara halus memperingatkan diri dengan
instropeksi, jika kita di peringatkan Alloh dengan gempa bumi, banjir
bandang, badai petir, agar kita mampu membaca setiap gerak dan perbuatan
itu semua ada maksudnya, karena alam ini menunjukkan keberadaan Alloh
di segala aspek apapun yang wujud.”
“Kamu itu sudah terlalu banyak makan barang haram.” kataku.
“La saya bisnis halal kok mas.” jawab Suhandi.
“Ya kalau sistim yang kamu pakai, sistim
makai sogok agar dapat pinjaman, lalu mengganti uang senang karena belum
bisa membayar hutang itu ndak di benarkan dalam islam, walau itu ada
dalam kesepakatan.”
“Berarti itu haram?”
“Iya itu tak boleh.”
“Tapi semua orang menjalankan.”
“Walau semua menjalankan, kalau haram ya
tetap haram, kayak di suatu daerah misal minuman memabukkan di jual
bebas, minuman memabukkan ya tetap haram, atau di kawasan pelacuran,
lalu semua orang melacur, pelacuran ya tetap haram, atau di Bali di
pantai, semua orang telanjang, ya telanjang tetap haram, jadi halal
haram itu tidak bisa di tentukan oleh sedikit banyak orang kayak pilihan
kepala desa, kalau haram ya selamanya haram, sekalipun semua penduduk
di muka bumi menjalankannya.”
“Wah lalu bagaimana mas?”
“Makanya itu jadi sulit, jalan
satu-satunya kamu bertaubat dengan sungguh-sungguh, ingat setetes
minuman memabukkan itu 41 hari ibadah tertolak, walau dalam kewajiban
gugur jika menjalankan sholat, tapi sholatnya hanya menggugurkan
kewajiban, juga makan makanan yang haram, maka do’nya tertolak, jadi
berdo’a tak ubahnya membaca bacaan cersil.”
“Wah kok ada yang kayak gitu ya?”
“Ya kalau ndak percaya, sekarang saja di tes, kamu berdo’a minta hujan, apa hujan akan turun, gampang kan untuk tau..?”
“Ya saya do’anya jelas ndak di terima mas.”
“La memangnya Alloh terhalang menerima do’a, tidak kan..?”
Alloh s.w.t saja yang mencipta,
meletakkan hukum dan peraturan, membagikan rizki dan lain-lain. Dia
menentukan urusan dengan bijaksana dan adil, termasuk urusan mengenai
diri kita dan apa yang terjadi pada kita. Kita memandang diri kita dan
kejadian yang menimpa kita dalam sekop yang kecil. Alloh melihat kepada
seluruh alam dan semua kejadian, tanpa keliru pandangan-Nya kepada diri
kita dan kejadian yang menimpa kita, juga tidak beralih pandangan-Nya
dari makhluk-Nya yang lain. Maha sempurna Alloh suci dari cela.
Bahkan Alloh amat memperhitungkan
sedetail sampai urusan paling kecil, sampai urusan pigmen di kulit,
sehingga orang tak berpenyakit belang karena pigmen kulitnya tercukupi,
juga kelengkapan molekul zat dalam darah, kekurangan dari salah satu zat
saja orang akan sakit, juga kelebihan satu saja zat dalam darah orang
juga sakit, jadi ukurannya harus konsisten dan saling melengkapi dengan
zat lain. Misal gula darah seseorang dalam darah lebih maka seseorang
akan sakit juga jika zat asam, berarti semua telah di atur Alloh
sedemikian rupa, agar manusia itu bisa bergerak dengan gerakan yang
saling mendukung apa yang di dalam tubuh, dalam pengaturan Alloh itu ada
pengaturan secala fisikal, dan ada pengaturan secara ruh, dan hati,
sama dalam pengaturan dalam ruh, yang sama sekali tak pernah terlihat
itu, tak beda pengaturannya dengan pengaturan lahiriyah. Cuma dalam
pengaturan lahir, badan lahir ini butuh makanan lahir, jika kita makan
maka kecukupan kebutuhan badan atas zat yang di butuhkan sangat
mempengaruhi lahiriah seseorang, maka manusia itu bisa di lihat jika
kurang salah satu zat yang di butuhkan tubuhnya, dengan sendirinya akan
terlihat lemes, sakit, malas.
Tak beda dengan pengaturan lahiriah, yang
membutuhkan asupan makanan lahir, maka asupan batiniyah, ruh juga
membutuhkan makanan yang sifatnya tidak membuat ruh, dan hati, juga
pikiran, menjadi sakit, walillahi asma’ul khusna fad’uhu biha, yang
menjadikan ruh itu Alloh, yang menjadikan hati itu Alloh, yang
menjadikan kejernihan pikiran kesehatan hati dan sekaligus yang
menempatkan ilham dan aneka macam pengetahuan itu adalah Alloh, la ilma
lana illa maa ‘alamtana, tidak ada yang memberi pengetahuan kecuali
Alloh yang memberi pengetahuan, pengetahuan itu cahaya, cahaya dengan
Alloh itu tak bisa di pisahkan, karena Alloh itu cahaya itu sendiri,
kebijakan, ilmu, dan apa yang memancar dari Alloh itu yang menjadi
kebutuhan ruh, makanya dalam diri Alloh itu terdapat asma’ul husna,
kadang hati itu butuh ketenangan, kesabaran, maka ada nama Alloh
Assobir, yang di butuhkan oleh kebutuhan hati dan ruh atas sabar, lalu
sering -sering asma sabar itu kita sebut-sebut, sehingga seperti cahaya
yang membekas pada sesuatu yang di sinari, jika di upayakan untuk di
sinari dan selalu di upayakan, maka hati akan membekas rasa sabar,
karena bekas rasa sabar dari cahaya sabar yang di milki Alloh, juga jika
hati membutuhkan rizqi, maka ada Alfatah, yang membuka, ada Al wahab,
yang banyak memberi, dan ada Arrozaq, yang memberi rizqi, wama min
dzabattin fil ardhi illa ‘alallohi rizqoha, tak ada apapun yang berjalan
di muka bumi ini kecuali Alloh lah yang memberi rizqi, maka jiwa
membutuhkan itu, lalu jiwa harus mencari cahaya atas kebutuhannya rizqi,
sekalipun di luar sibuk mencari rizqi sementara hati sama sekali gelap
dari rizqi, sekalipun dapat rizqi maka rizqi itu hanya sesuatu yang
tidak bisa di manfaatkan untuk dunia akheratnya hanya habis untuk
foya-foya, sebab hati gelap dari kepahaman untuk apa kegunaannya rizqi,
kemudian semua hidup hanya sia-sia, sebab tanpa adanya sinkron antara
jiwa dengan badan, tanpa adanya singkron antara mesin motor dengan bodi,
juga sama jika mesin motor itu bagus, sementara bannya lepas, maka
motor juga tak akan bisa jalan, seperti manusia juga, jika yang dalam
dan luar tidak saling mendukung dan saling melengkapi, maka bisa di
pastikan manusia itu akan berjalan dalam rel yang tak ada keseimbangan,
bisa jadi lelah lahirnya, atau lelah batinnya.
Jika kemudian mesin motor, di beri mesin
dokar, tentu ndak nyambung, juga roda bis meledak lalu di ganti roda
sepeda mini, tentu juga tak akan nyambung, segala sesuatu harus sesuai
porsinya, orang dewasa saja di suruh makan makanan bayi tiap hari yang
dari pisang di hancurkan di campur nasi, atau bubur, maka manusia dewasa
akan lemas, karena tak cukup dengan asupan gizinya, begitu juga, motor
di naiki sejak lama, mesinnya tak pernah di servis, oli tak pernah di
ganti, bensin tak pernah di di isi, bisa pasti mesinya akan ngadat,
manusia juga begitu jika hatinya tidak pernah di beri makan dengan
dzikir, apa yang di butuhkan hati sama sekali tak pernah di teliti, lalu
asupan gizinya, makanannya yaitu dzikir tak pernah di lakukan, maka
bisa pasti hati itu akan ngadat, rusak, suka sekali sombong, suka sekali
tamak, rakus, tak sukur, mengeluh, pengumpat, tak sabar, pendengki,
kasar, lacut, buruk sangka, suka meremehkan orang, tak terima dengan
keadaan, dan berbagai macam sifat buruk tumplek bleg, apalagi seperti
misal motor yang sudah tau mesinnya rusak, kok malah di paksakan jalan,
maka akan makin rusaknya parah, hati juga gitu, jika sudah tau suka
mengumpat, suka mengeluh, suka menghina orang, tapi kok ndak mau
menyadari itu adalah penyakit yang merusakkan hati, kok terus di
lanjutkan, maka akan makin mencari kata-kata paling kotor untuk di
umpatkan, itu bukan menunjukkan hebat tapi seperti motor yang suaranya
makin keras dan makin memekakan telinga, itu bukan motor yang benar,
tapi yang rusak, sama kok makin hati itu suka mengumpat dengan lisan dan
menemukan umpatan yang paling jelek, itu bukan menunjukkan diri makin
berilmu, tapi makin rusak.
Orang yang tidak berbekas pada hatinya
akan kesempurnaan Allah s.w.t itu adalah orang dungu. Dia masih juga
merungut tentang perjalanan hukum takdir Ilahi, seolah-olah Tuhan harus
tunduk kepada hukum makhluk-Nya. Bagi yang cenderung mengikuti latihan
kerohanian perlulah berusaha untuk melenyapkan kehendak diri sendiri dan
hidup dalam aturan Allah menjalankan hidup lahir sesuai dengan jalan
Alloh, dan menjalankan kehidupan batin dengan memberi asupan-asupan
makanan bathin yaitu di sesuaikan dengan apa yang di butuhkan batin agar
hati tersinari nur ilahiyah, rasa syukur menjadi udara, kesabaran jadi
air, dan ketenangan jadi bumi pijakannya, kepada siapa saja hati lapang,
jauh dari iri, sebab syukur dengan apa yang di miliki, dan jauh dari
mengumpat karena sabar dengan keadaan yang di hadapi, manusia siapapun
pasti yang di cari kebahagiaan dunia juga kebahagiaan akherat, kebaikan
dunia juga kebaikan akherat, dan keduanya perlu ilmunya, dan keduanya
perlu pekerjaannya masing-masing, jika salah mengambil langkah, maka
sekalipun sesal dengan menangis darah itu tak akan membuat waktu yang
telah lalu kembali, apalagi jika diri sudah mati.
Jangan sekali-kali mengeluhkan takdir
kerana Penentu Takdir tidak pernah berbincang dengan sesiapa pun dalam
menentukan arus ketentuan-Nya. Takdir itu tiada siapapun dapat mengubah,
kecuali Alloh yang sanggup mengubah, jika Alloh tak sanggup meengubah
maka namanya bukan ‘ala kulli syai’ing qodiir, artinya melakukan apapun
itu kuasa, jadi Alloh itu kuasa melakukan apapun, termasuk merubah
taqdir seseorang yang buruk ingin di rubah menjadi baik, kita yang
manusia, jika khawatir taqdir buruk ternyata telah di tuliskan untuk
kita, maka kita tinggal meminta pada Alloh agar taqdir yang buruk di
rubah menjadi baik, tentunya kita harus mendekatkan diri pada Alloh,
baru mengajukan permintaan, orang lapor polisi aja harus datang mendekat
ke kantor polisi, orang lapor mau nikah harus mendekat ke kantor urusan
agama, Alloh sama sekali tak mengharap kita itu mendekat, sebab kita
mendekat atau kita menjauh, sama sekali tak menguntungkan bagi Alloh,
tapi kita yang butuh Alloh, bukan Alloh yang butuh kita.
Jika kita mahu mengenali Allah s.w.t kita
tidak boleh melihat-Nya pada satu aspek saja. Jika kita melihat Allah
al-Ghafur (Maha Pengampun), kita juga harus melihat Allah al-‘Aziz (Maha
Keras).
Jika kita melihat Allah al-Hayyu (Yang Menghidupkan) kita juga harus melihat Allah al-Mumit (Yang mematikan). Jika kita dapat melihat semua Sifat-sifat Allah s.w.t dalam satu kesatuan barulah kita dapat mengenali-Nya dengan sebenar-benarnya siapa itu Alloh. Bila Allah s.w.t dikenali dalam semua aspek, hikmat kebijaksanaan-Nya dalam menentukan sesuatu perkara pada sesuatu masa tidak terlindung lagi dari pandangan mata hati. Hati yang tidak mahu tunduk kepada Maha Pengatur tidak akan menemui kedamaian. Seperti orang yang sudah di gariskan makan dengan mulut, lalu berusaha makan makanan lewat lubang telinganya, sungguh akan menganiaya dirinya sendiri atau orang yang sudah di tetapkan melihat dengan mata, lalu mencoba melihat dengan lidahnya, pasti akan sulit mengenali barang karena tidak adanya optik di lidah, juga jika berusaha mengecap makanan dengan matanya pasti akan merasakan perih tak berkesudahan jika merasakan sambel, itu merupakan tanda jelas kalau manusia atau hewan apapun itu tak bisa melepaskan diri dari ketentuan Alloh, jika berusaha melepas diri dari ketentuan Alloh, itu hanya akan menganiaya dirinya sendiri , Waktu, ruang dan kejadian akan membuatnya gelisah kerana nafsunya tubuhnya, tidak akan mau di ajak memenuhi yang di luar jangkauan, tidak dapat menguasai semua itu. Dia inginkan sesuatu perkara pada satu masa sedangkan Maha Pengatur inginkan perkara lain. Kehendak makhluk tidak dapat mengatasi kehendak Tuhan. Jika ingin hati menjadi tenteram usahakan agar hati sentiasa ingat kepada Allah s.w.t. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah”. Ketahuilah! hanya Dengan “zikrullah” itu, tenang tenteramlah hati manusia. (Ayat 28 : Surah ar-Ra’d) menunjukkan bagaimanapun tidak bisa tidak manusia kalau ingin bahagia dunia akherat maka harus menyesesuaikan diri dengan aturan yang Alloh berikan, lalu ridho dan menerima bulat, mensyukurinya seperti Alloh tentukan makan makanan dari mulut, maka itu kita terima, kita syukuri dengan menjaga mulut rajin menyikat gigi, dan menghindari makanan yang membuat gigi pada lepas, misal makan sekrup, baut dan koral, atau makan tiang listrik, sebab ada makanan manusia yang mencocoki manusia, nah itu yang kita sesuaikan dengan kebutuhan, sama dengan hati.
Jika kita melihat Allah al-Hayyu (Yang Menghidupkan) kita juga harus melihat Allah al-Mumit (Yang mematikan). Jika kita dapat melihat semua Sifat-sifat Allah s.w.t dalam satu kesatuan barulah kita dapat mengenali-Nya dengan sebenar-benarnya siapa itu Alloh. Bila Allah s.w.t dikenali dalam semua aspek, hikmat kebijaksanaan-Nya dalam menentukan sesuatu perkara pada sesuatu masa tidak terlindung lagi dari pandangan mata hati. Hati yang tidak mahu tunduk kepada Maha Pengatur tidak akan menemui kedamaian. Seperti orang yang sudah di gariskan makan dengan mulut, lalu berusaha makan makanan lewat lubang telinganya, sungguh akan menganiaya dirinya sendiri atau orang yang sudah di tetapkan melihat dengan mata, lalu mencoba melihat dengan lidahnya, pasti akan sulit mengenali barang karena tidak adanya optik di lidah, juga jika berusaha mengecap makanan dengan matanya pasti akan merasakan perih tak berkesudahan jika merasakan sambel, itu merupakan tanda jelas kalau manusia atau hewan apapun itu tak bisa melepaskan diri dari ketentuan Alloh, jika berusaha melepas diri dari ketentuan Alloh, itu hanya akan menganiaya dirinya sendiri , Waktu, ruang dan kejadian akan membuatnya gelisah kerana nafsunya tubuhnya, tidak akan mau di ajak memenuhi yang di luar jangkauan, tidak dapat menguasai semua itu. Dia inginkan sesuatu perkara pada satu masa sedangkan Maha Pengatur inginkan perkara lain. Kehendak makhluk tidak dapat mengatasi kehendak Tuhan. Jika ingin hati menjadi tenteram usahakan agar hati sentiasa ingat kepada Allah s.w.t. “(yaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah”. Ketahuilah! hanya Dengan “zikrullah” itu, tenang tenteramlah hati manusia. (Ayat 28 : Surah ar-Ra’d) menunjukkan bagaimanapun tidak bisa tidak manusia kalau ingin bahagia dunia akherat maka harus menyesesuaikan diri dengan aturan yang Alloh berikan, lalu ridho dan menerima bulat, mensyukurinya seperti Alloh tentukan makan makanan dari mulut, maka itu kita terima, kita syukuri dengan menjaga mulut rajin menyikat gigi, dan menghindari makanan yang membuat gigi pada lepas, misal makan sekrup, baut dan koral, atau makan tiang listrik, sebab ada makanan manusia yang mencocoki manusia, nah itu yang kita sesuaikan dengan kebutuhan, sama dengan hati.
Apa yang tidak menjadi porsinya hati,
maka kita hindari dan kita bersihkan, seperti benci, iri dengki,
sombong, ujub, itu bukan porsinya hati, juga bukan layak untuk di
konsumsi, seperti mulut mengkonsumsi besi dan koral, konsumsinya hati
adalah dzikir. Berimanlah kepada Allah s.w.t dan beriman juga kepada
takdir. Lepaskan yang sebab musabab yang menjadi pagar nafsu menutup
hati.
Suhandi datang wajahnya kelihatan sangat keruh sekali, aku yakin dia pasti sangat banyak masalah.
“Ada masalah lagi…? ” tanyaku sambil menyalakan rokok LA kesukaanku.
“Iya mas. Aku mau di ciduk polisi.” jawabnya dengan nada khawatir.
“Kenapa mau di ciduk?”
“Aku punya banyak hutang mas, dan orang yang ku mengutang padanya itu melaporkanku ke polisi.”
“Ya itu kesalahanmu, harusnya kamu itu
jangan bayar hutang dengan mengutang lagi, masak bayar hutang dengan
meminta barang dan memberi giro kosong, dengan mengatakan nanti mau di
bayar sekalian, lalu setelah jatuh tempo, giro tidak di isi, malah minta
barang lagi dengan alasan kalau itu akan di pakai bayar hutang yang
sebelumnya, aku saja mumet dengan cara berpikir yang kmu pakai, kalau
aku lebih simpel pikiran, mending bisnis yang langsung jadi, ndak pakai
muter-muter, ulur-uluran kertas yang tak ada isinya begitu, ya mending
jualan pisang goreng, pisang goreng terjual dan uang di pegang, ya kayak
caramu yang kamu pakai itu bisa saja sukses, tapi nanggung hutang yang
segitu banyaknya, ya bagiku tak sanggup, bukan tak sanggup nanggung
secara tak mau bayar, tapi takutnya aku mati hutangku belum di bayar,
makanya sekalipun aku ini hidup miskin, makan seadanya, malah kerjaan
cuma ngurusi jama’ah, ndak punya kerjaan lain, dan miskin, tapi kalau di
suruh ngutang terus terang aku takut, jadi hutang se perak saja aku
ndak punya, bagiku hidup itu simpel saja, hidup sederhana, apa adanya,
di jalan Alloh, hutang tak punya, dan mati tak berat meninggalkan dunia,
karena tak ada tanggungan yang harus di tanggung, ya ndak pegang uang
ndak papa,yang penting keluarga kecukupan, jadi aku orang yang tak
berpikiran muluk-muluk.”
“Tapi kenyataannya aku terlanjur begini, mungkin dulu perhitunganku salah, sehingga aku mengalami seperti ini.”
“Ya menurutku bukan salah lagi, amat
salah, karena apa selama ini yang kamu makan saja sudah menhadikan rizqi
yang kamu terima tidak berkah.”
“La terus solusinya bagaimana mas?” tanya Suhandi.
“Ya solusinya kamu harus taubat, mandi taubat tiap jam dua belas malam ke atas.”
“Lalu masalah aku mau di ciduk polisi bagaimana mas..”
“Ya di hadapi dengan jantan, kan kamu berani melakukan harus berani menanggung akibatnya.”
“Tapi saya di bantu do’a mas, biar saya selamat.”
“Ya kalau soal itu aku do’akan kamu selamat.” kataku sambil menyalakan rokok yang kedua.
“Sebenarnya siapa orang yang melaporkanmu ke polisi?”
“Ini orang kajen mas, yang melaporkanku kakaknya yang punya urusan hutang denganku.” jawab Suhandi.
“Lo kok bisa kakaknya yang melaporkan?”
“Iya mas, malah kalau aku ke tempat orang
yang punya hutang padaku itu, kakaknya itu yang selalu marah-marah
padaku, dan seakan ingin memaksaku.”
“Ya coba nanti aku lihat bagaimana, yang
penting kamu itu banyak-banyak bertaubat, dan banyak-banyak mendekatkan
diri pada Alloh, agar di tolong oleh Alloh, kalau aku sendiri cuma
bisanya mendo’akan, kalau kamu sendiri tak mau mendekatkan diri pada
alloh, ya aku percuma saja mendo’akan. Ya kayak nyiram air bersih ke
comberan, berapa kali di siram juga air bersihnya akan ikut menjadi
comberan, karena selama ini salah jalan, menjalankan hal yang di larang
agama, kayak suka pergi kedukun, belum lagi makanan yang kamu makan
adalah makanan yang haram dari riba, jadi apa-apa sudah di tolak oleh
Alloh, tapi kalau kamu serius, sungguh-sungguh, Alloh itu juga dzat yang
penuh kasih sayang, pintu taubatnya lebih luas dari bumi dan seisinya,
jangan lupa wirid yang ku beri di jalankan dengan tekun.”
“Wah aku wiridnya tak pernah selesai mas, malah baru dapat bismillah seratus juga sudah ketiduran.”
“Ya kalau gitu, kamu pantas di tangkap polisi.”
“Lho kok gitu mas?”
“Ya iya, la kalau mau di suruh
menjalankan peringatan halus supaya mendekat dengan Alloh, dengan cara
dzikir, kamu malah tidur, ya kalu di ingatkan secara halus tak
mengindahkan, ya Alloh akan menjadikanmu di tangkap polisi, mungkin
dengan di penjara kamu akan sadar”.
“Oalah kok malah gitu to mas, mbok saya di do’akan to mas biar tak di penjara.”
“Ya kamu kalau ndak mau di masukkan
penjara ya dzikirnya di perkuat, jangan malas, kalau tidur, anak kecil
juga bisa, semua orang juga senang, la kamu kan punya masalah, kok malah
lebih memilih tidur, ya nanti tidur saja di penjara kan lebih banyak
waktu.”
“Waduh bagaimana mas, saya tak mau di penjara.”
“Ya kalau tak mau di penjara, dzkir yang ku beri itu di tuntaskan, kan selama ini dzikirmu tak ada yang tuntas,”
“Tapi kan sudah aku bayar besoknya mas.”
“Kalau besoknya tak tuntas, kan itu
namanya sama saja hutang di bayar hutang, ya kayaknya memang kamu itu
sudah terlanjur kebiasaan diri membayar hutang pakai hutang, masak
sampai dzikir saja di utang, dan di bayar dengan hutang.”
Karya : Febrian
No comments:
Post a Comment
Silahkan Tinggalkan Comment Anda